Terlahir Dari Anak Petani Kopi, Dian Fitri Ahli Menggores Kanvas Kaligrafi

oleh

Dian FitriDia pernah menguji kemampuannya dalam menggores kuas di Sukabumi dan Banten. Karya karya kaligrafinya dalam kelas naskah/ mushaf, kini benar-benar diharapkan mampu membawa harum nama Aceh Tengah.

Di arena MTQ se- Aceh ke 32 di Nagan, Putri asal Gegarang, Jagong ini, sudah masuk final. Walau tak mudah menembus final, Dian Fitri, begitu nama yang melekat ditubuhnya, memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikannya.

“Saya pernah mengikuti perlombaan kaligrafi di Banten dan Sukabumi. Ilmu yang saya dapat di sana akan saya praktekkan di sini demi Aceh Tengah. Tolong doakan saya,” sebut Dian Fitri, ketika ditemui, di Blang Teugoh, Nagan Raya, tempat kontingen Aceh Tengah menginap.

Ternyata Dian memiliki masa pahit dan sulit dalam mendalami ilmu agama. Saat awal dia dikirim orang tuanya (Sudadi/Suprapti) ke MAS Al Muslimun, Lhoksukon, dia sering kesurupan, bahkan ada yang meminta untuk kembali ke Takengen (Gegarang), agar tidak melanjutkan pendidikan.

“Ada yang mengajak saya pulang, bahkan orangnya banyak,” sebut Dian. Mengingat pengalamannya. Setelah sebulan di Lhoksukon, anak pertama dari 4 bersaudara ini nekat ikut tetangga pulang ke Gegarang, tidak melanjutkan pendidikan. Namun sang ayah yang mengandalkan hidup dari kopi, bersikeras agar anaknya menimba ilmu agama dan harus bisa melawan tantangan hidup.

Setelah menjalani terapi, akhirnya putri kelahiran 16 Februari 1995 ini mampu menyelesaikan sekolahnya dan melanjutkan ke STKIP Suluh Bangsa di Suka Bumi, jurusan Tarbiyah Bimbingan konseling (BK).

Dian menjadi pioner bagi warga Jagong, khususnya Gegarang. Berkat kegigihanya menuntut ilmu di Dayah Al Muslimun ini, sekarang anak-anak Gegarang dan Jagong mulai mengikuti jejaknya. Kini dari sana sudah ada satu mobil anak-anak yang bersekolah di MAS Muslimun Lhoksukon, kata Dian.

Saat sedang menimba ilmu di Sukabumi, Dian diminta kembali untuk membela daerahnya. Sebagai Putri dari negeri dingin Gayo Lut, Dian siap dan menunjukkan kemampuannya. Didampingi pelatihnya Alwi Umar, Hirman Lutfi (guru mulok khat di MAN 1 Takengon), dan Ikmal (guru bahasa Arab MTsN 1 Takengon), Dian bercerita polos tidak ada beban.

Dia pernah membela Aceh Tengah di Subulussalam, kegemarannya sudah ditekuninya sejak kelas 3 MTsN. Kini, Selasa (25/8/2015) Dian bersama Ermi sedang berjuang mengharumkan nama Aceh Tengah dalam bidang kaligrafi di klasifikasi yang berbeda. Dian di naskah- mushaf, Ermi di temporer.

Saat berlatih di penginapan kontingen, para pelatih terlihat setia mendampingi peserta MTQ. Alam Syuhada (Syariat Islam) dan Amrun Saleh Kepala Kemenag, yang dipercayakan sebagai pimpinan kontingen, terharu melihat kesungguhan para qari dan qariah.

“Mereka sudah berusaha maksimal. Ada nilai plus dalam MTQ kali ini, rata-rata kontingen Aceh Tengah bertengger diantara 4 sampai 10 besar, walau hanya tiga ke final. Namun yang semi final belum diketahui apakah masuk juara harapan,” sebut Amrun Saleh.

Dian, yang memperhatikan Alam Syuhada dan Amrun ikut menyaksikan karya, tidak lagi menunjukkan rasa sungkannya. Tetap dia mainkan kuas dan paduan warna cat. Gadis ini sempat hampir kalah ketika ada bujukan untuknya, agar meninggalkan dunia pendidikan Islam.

Namun berkat dorongan orang tua dan hidayah Allah, akhirnya, dia mampu melawan gangguan mahluk halus yang senantiasa membayanginya. Hasil kerja kerasnya, membuat dia termasuk salah satu dari 3 putri Aceh Tengah yang menembus ke final.

Belum diketahui pengumuman resmi, siapa yang bakal meraih juara pertama. Pengumuman pemenang itu akan diumumkan dewan hakim saat dilangsungkan penutupan MTQ, Rabu (26/8/2015) malam.

Kontingen Aceh Tengah berharap dalam pengumuman nanti, ada nama Dian, Yasarah dan Ermi Daini sebagai juara pertama. (Rel)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.