Shalat Tarawih, Jaga Kualitasnya!

oleh

Mutiara Ramadhan Bersama LintasGayo.co (3)

Oleh : Muhammad Nasril*

NasrilSHALAT tarawih merupakan salah satu amalan sunat yang sangat di anjurkan dalam bulan Ramadhan, ia dilakukan pada malam hari mulai dari setelah Isya sampai batas terakhir yaitu terbitnya fajar shadiq, sehingga shalat tarawih sah kalau dilakukan shalat isya terlebih dahulu. Shalat tarawih boleh dilakukan sendiri dan lebih dianjurkan dilakukan secara berjamaah.

Mengenai jumlah rakaat Shalat tarawih ini menjadi hal yang menarik, karena perbedaan pendapat para ulama sudah ada sejak dulu sampai sekarang masih sering diperdebatkan, bedanya, para ulama saling menghargai atas perbedaan tersebut dan tidak saling menyalahkan apalagi menghujat bagi yang tidak melakukan seperti mereka. Perbedaan dalam pelaksaannya tidak perlu diperbesarkan, masing-msing individu mengamalkan dengan dalil yang ia yakini itu betul dan kuat, karena persoalan furu’iyyah tidak tepat untuk dijadikan sabagai alasan untuk debat kusir apalagi sampai pecah kongsi.

Di Aceh ada yang melaksanakan shalat tarawih dengan jumlah rakaat 20 kemudian dilanjutkan dengan Witir 3 raka’at, ada juga yang melaksanakan 8 rakaat kemudian Witir 3 rakaat, ini manyoritas pelaksaanaan terawih yang di Aceh pada tempat yang berbeda, jarang atau bahkan hampir tidak ada yang melakukan 36 rakaat atau lebih di Masjid atau Meunasah di Aceh. Dalam pelaksanaannya rata-rata melakukan salam setiap selesai  2 rakaat, akan tetapi juga ada yang melakukan setiap 4 rakaat sekali salam.

Perbedaan jumlah rakaat dan tatacara pelaksanaan tersebut, mendidik kita untuk bisa menerima perbedaan dan semakin menghargai orang lain, jangan saling menghujat dan menjatuhkan, karena yang paling penting dalam pelaksanaan tarawih adalah menjaga kualitasnya bukan saja kuantitas, kalau sanggup 20 rakaat silahkan kalau mau 8 rakaat juga silahkan, yang penting tetap menjaga kualitasnya, tidak sekedar shalat untuk melepaskan anjuran saja, kalau ada Imam yang sedikit santai dan lama membaca ayat, kita sudah gusar, ngomel dan lain-lainnya karena masih dipikiran ada gangguan dan  terbayang kolak, bubur dan lain-lainnya sisa buka puasa yang belum habis tadi.

Belajar sabar sejenak dalam shalat, tidak perlu buru-buru, agar Imam dan makmum juga bisa membaca ayat dengan santai, ruku’, Tuma’ninah dan rukun lainnya, karena menghadap Allah itu perlu totalitas, tidak sekedar melaksanakan begitu saja. Walaupun Imam membaca surat yang panjang atau ayat pendek yang paling penting adalah benar bacaannya, tidak ada korupsi Tajwid dan makharijul huruf disana. Shalat tarawih itu relaks, santai, bukan seperti lomba lari marathon, bagi yang cepat sampai finish dia yang juara, sehingga berlomba-lomba cepat selesai, padahal dalam pelaksanaan ibadah shalat tarawih sangat diperlukan kekhusyukan.

Sekarang, jangan dilihat dari jumlah rakaatnya, itu tergantung individu yang melaksanakan, akan tetapi yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya sedikit lebih tenang dan khusyuk dan tidak buru-buru, sehingga imam begitu nyaman membaca ayat dan makmum bisa mnyimak dan tadabbur dari bacaan Imam karena hikmah dari shalat tarawih  adalah untuk menyuburkan keimanan dan ketaqwaan kita di bulan yang penuh rahmat dan berkah ini, seperti dalam Hadits Rasulullah SAW  bersabda “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kita mengaku bahwa dalam shalat harus ada tuma’ninah, harus ada kekhusyu’an, harus ada keheningan dengan tujuan satu yaitu  agar kita dapat berkonsentrasi dengan tenang pada Allah SWT.  Jadi, tinggalkan perdebatan tentang kuantitas atau jumlah rakaat Tarawih dan fokus pada kualitasnya. []

*Penghulu di Nisam Aceh Utara

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.