Istilah-istilah Gayo tentang Puasa

oleh
Ilsutrasi Shalat. (LGco_Khalis)

Catatan : Kha A Zaghlul

GAYO, salahsatu suku bangsa yang menurut hasil penelitian arkeologi di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang Takengon sudah mendiami wilayah pegunungan Provinsi Aceh di tepi danau Lut Tawar tidak kurang dari 8400 tahun silam. Gayo dikenal dengan kekayaan bahasanya, termasuk menyangkut puasa (pasa). Berikut beberapa diantaranya :

Tekorik
Berasal dari dua kata, yakni tuk/tauk yang berarti teriakan/pekikan dan korik berarti ayam. Bagi warga Gayo, tekorik menunjukkan waktu imsak telah tiba atau saat memulainya ibadah puasa.

Tekorik juga bermakna sahur. Mangan tekorik berarti makan sahur.

Rungu, Murungu
Kata ini berarti membangunkan orang tidur. Dalam bulan Ramadhan berbagai cara murungu diantaranya dengan alat pengeras suara dari Masjid atau Mersah (Mushalla).

Di sejumlah kampung ada juga murungu dengan cara membunyikan bedil oloh (meriam bambu), ada juga serombongan remaja yang berkeliling kampung dengan memukul sesuatu pengiring syair-syair Islam.

Dulu, cara murungu juga menggunakan tamur (beduk) namun saat ini nyaris tidak dilakukan lagi.

Pasa Soh
Sebutan masyarakat Gayo untuk puasa tanpa mangan tekorik (makan sahur, puasa kosong), merupakan salahsatu dinamika dalam bulan Ramadhan. Hampir setiap orang yang berpuasa mengalaminya. Disini kita tidak membahas soal hukum, namun lebih kepada sebab dan akibat terjadinya pasa soh.

Biasanya, pasa soh terjadi diawal-awal Ramadhan karena para ibu rumah tangga belum terbiasa bangun pada dinihari melakukan aktivitas menyiapkan masakan untuk keluarga. Atau karena memang ketiduran, tidak mendengar seruan Uwet Tekorik (bangun sahur) dari pengeras suara masjid/menasah dan pekikan sahur dari remaj-remaja yang berkeliling kampung membangunkan warga untuk sahur. Sering juga karena lupa men-set alarm handphone.

Seseorang yang menjalani pasa soh tentu berbeda dengan orang berpuasa dengan persiapan minum dan makan sahur yang cukup. Jika bersabar, orang yang diketahui berpuasa tanpa makan sahur biasanya lebih dihargai saat berpuasa.

“Ponga serloni pasa soh ya, kite dih mubuetne,” demikian sering diucapkan warga Gayo yang umumnya petani kopi jika mengetahui salah seorang rekannya sedang pasa soh.

Pasa Lojok
Sebuah istilah untuk puasa ecek-ecek atau puasa tidak sesungguhnya. Biasa diistilahkan untuk puasa anak-anak kecil yang sedang belajar berpuasa.

Istilah pasa lojok juga sebagai sindiran yang disematkan kepada orang yang seharusnya sudah wajib berpuasa namun mangkir.

Loha
Orang yang berbuka puasa (batal puasa) sebelum waktu berbuka tiba disebut loha. Biasanya karena ada penyebab, misalnya karena sakit atau karena puasanya telah batal karena amarah dan sebab-sebab lain yang membatalkan puasa.

Istilah loha juga dipakai untuk batal puasa diakhir Ramadhan yang disebabkan karena perbedaan pendapat penentuan awal Ramadhan. Seseorang yang pemahamannya akhir Ramadhan sudah tiba namun pelaksanaan shalat Ied masih dilangsungkan keesokan harinya maka orang loha puasa, membatalkan puasa sebelum waktu berbuka tiba seperti biasanya.

Bagi sedikit orang, Loha kerap dibarengi atau dikait-kaitkan dengan pelaksanaan penyembelihan hewan ternak kerbau yang dagingnya untuk keperluan jamuan makan setelah hari Raya Idul Fitri.

Mulape
Merupakan sebutan untuk lapar

Gerahen, Peldahan
Sebutan untuk haus

Mulalen Pasa
Istilah Mulalen Pasa kedengarannya menjurus ke negatif jika diartikan ke bahasa Indonesia karena berarti melalaikan, melupakan yang berasal dari kata lale (lalai). Namun di Gayo Mulalen Pasa bermakna berbagai upaya positif agar orang berpuasa tidak melulu merasakan lapar dan haus sehingga menginginkan makan dan minum.

Mulalen pasa biasanya untuk anak-anak dengan mengajaknya beraktivitas menunggu waktu berbuka puasa. Biasanya dengan memancing ikan, berjalan-jalan atau aktivitas lain yang disukai anak-anak si i lalen (yang dilalaikan).

Bebuke, Bebuken
Bebuke berarti berbuka puasa. Sedang bebuken merupakan sebutan untuk penganan atau menu berbuka puasa (ta’jil). Urang Gayo mempunyai menu berbuka yang khas diantaranya lepat tunu (lepat panggang), wih tau (air tebu), ragi (tape beras, ubi), cecah bajik (sambal mentah dengan bahan utama putik buah nangka sebesar jempol tangan) dan ditumbuk dengan buah-buahan lainnya seperti nenas, jambu biji, terong Belanda, gula aren, garam dan lain-lain.

Karena dataran tinggi Gayo banyak tersedia sayur-sayuran, menu berbuka khas lainnya adalah pecal (pecel) berbahan utama pucukni Jepang, labu Jepang, kacang-kacangan dan lain-lain.

Korong, Korongen
Korong berarti kenyang. Sementara Korongen sebutan negatif untuk kenyang yang berlebihan. Istilah senada dengan korongen juga ada Sernengen, Tengeng. 

Istilah-istilah lain kemungkinan masih ada, cuma saja luput dari tulisan ini. Selain itu, juga masih ada isitilah lain menyangkut puasa namun tidak disebutkan disini karena penyebutan maupun maknanya sama dengan istilah umum dalam Islam ataupun bahasa Indonesia.[]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.