Peneliti Utama Center for Prehistoric and Austronesian Studies; Gayo, Aceh dan Indonesia Bangga Punya Loyang Mendale

oleh
Prof. Truman Simanjuntak

Laporan Khalisuddin

Prof. Truman Simanjuntak
Prof. Truman Simanjuntak

Penelitian arkeologi di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang Takengon untuk kesekian kalinya dilakukan yang dimulai sejak tahun 2009. Dan di bulan Juni 2015, tim yang dipimpin Ketut Wiradnyana membuka beberapa kotak gali di Loyang Mendale di bagian timur yang lokasinya bersisian dengan Simpang KKA persis di patok 2 kilometer dari pusat Kota Takengon.

Lokasi ini pernah dikeruk dengan alat berat yang tanah urukannya untuk tanah timbun tanggul danau Lut Tawar, Mendale-Boom Takengon. Pengerukan di lokasi ini diam-diam dihentikan karena ditemukan 2 kerangka manusia yang saat itu diduga sebagai korban konflik Aceh. Demikian menurut warga setempat yang mengetahui proses pengerukan tersebut.

Penelitian Ketut dan kawan-kawan kali ini yang berlangsung selama 20 hari hingga 19 Juni 2015 seperti penelitian sebelumnya, selalu ada kejutan-kejutan karena ditemukan “sampah-sampah” yang “beda” tentang bukti kehidupan manusia ribuan tahun silam.

Kejutan kali ini semakin berbeda karena para aktor-aktor papan atas urusan Arkeologi di negeri ini turut hadir ke Loyang Mendale. Prof. Truman Simanjuntak yang disebut Ketut sebagai “Presiden Ilmu Austronesia” bersama Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, I Made Griye ditemani Kepala Balai Arkeologi Medan, Baskoro Daru Tjahjono menyambangi Loyang Mendale.

Sebelum tiba di Mendale mereka mengaku biasa saja. Namun kemudian takjub dan mengeluarkan statemen-statemen “mahal” alias “penting” soal temuan Ketut Wiradnyana dan kawan-kawan.

Berikut paparan Prof. Truman Simanjuntak selaku Peneliti Utama/Profesor Riset di Pusat Arkeologi Nasional dan Center for Prehistoric and Austronesian Studies (CPAS) kepada LintasGayo.co, Kamis 18 Juni 2015 di Takengon :

Takengon atau danau Lut Tawar punya potensi yang sangat besar dalam tinggalan sejarah dan budayanya. Tidak banyak daerah seperti ini, ada sekuensi budaya yang cukup panjang, berkelanjutan, terdapat beberapa tahapan hunian manusia yang berbeda dengan peradaban yang berbeda pula.

Loyang Mendale 2
Loyang Mendale 2

Sementara di pantai timur Aceh hingga Sumatera Utara cenderung satu periode yang kita kenal sebagai budaya hoabinh. Perhitungan saya sementara, ada dua pendukung budaya yang sama dalam waktu berbeda, neolitik. Pendatang pertama berbahasa Asiatik, mereka datang dari Asia Tenggara daratan sekitar 7000 tahun lalu berbudaya neolitik yang ditunjukkan dengan tembikar dan alat batu.

Yang kedua, masuk lagi budaya yang sama dengan tutur Austronesia yang berasal dari Asia Tenggara kepulauan. Berdasarkan bukti-bukti linguistik yang ada, mereka berasal dari Taiwan, lalu ke Filipina, Sulawesi, Kalimantan dan menyebar kemana-mana termasuk ke Takengon.

Satu lagi, saya duga ada budaya Dongson di Loyang Mendale yang sudah lebih maju budayanya karena mampu berinterkasi dengan masyarakat lain hingga ratusan kilometer melalui jalur sungai-sungai dari pegunungan hingga pesisir pantai. Cuma saja Ketut Wiradnyana belum menemukan buktinya. Pasti ada, cuma belum ditemukan saja buktinya.

Jika ini ditemukan, maka menjadi bukti bahwa populasi disini terus berkembang, berlanjut dari masa ribuan tahun lalu hingga proto sejarah bahkan sejarah.

Dari temuan di Loyang Mendale ada keramik-keramik yang sangat maju. Dengan teknologi dan pembakaran yang tinggi dihasilkan bejana-bejana berbahan tanah liat yang kualitasnya lebih bagus. Sudah semacam guci-guci. Artinya apa?, Itu barang impor. Disini ditemukan juga pembuatan gerabah-gerabah lokal. Ada bukti proses pembuatan disini. Dan ini sangat menarik.Dan kita akan berupaya menemukan penanggalannya.

Ada rangkaian hunian yang berkelanjutan dari manusia-manusia pendukung budaya yang berbeda.Lebih jauh lagi artinya, situs disini sangat mendukung kehidupan manusia. Sumber daya pendukungnya tersedia sehingga orang tidak cepat-cepat pergi dari sini. “Ada dua pendukung ekonomi, pertama ekologi danau, dan kedua ada biota darat yang sangat mendukung kehidupan manusia di periode neolitik

Temuan arkeologi di Takengon ini memberi kontribusi bagi sejarah nasional. Ini memperkaya sejarah nasional dan akan masuk dalam buku besar Indonesia dalam arus sejarah nasional dalam kesempatan update mendatang.

Penelitian ini harus memberikan rekomendasi dibidang pendidikan, bidang pelestarian,bidang pemasyarakatan dan bidang pemanfaatan.

Dibidang pendidikan, mestinya selain masuk dalam buku nasional tentunya untuk wilayah ini menjadi muatan lokal, bukan hanya lingkup kabupaten tapi lingkup provinsi. Aceh punya tinggalan-tinggalan yang sangat local genius yang perlu diketahui generasi muda. Situs Mendale penting untuk lokal, regional, nasional dan global.

Hoabihnian itu menyangkut Asia Tenggara, dan di pedalaman Indonesia temuan arkeologi yang paling meyakinkan ya disini. Indonesia mesti bangga karena temuan ini karena telah mengisi kekosongan data dari periode tersebut.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.