Jadi Objek Wisata Purbakala, Situs Arkeologi Gayo Mulai Bergairah

oleh
Pengunjung di Loyang Mendale. (LGco_Khalis)
Antusias dengan temuan-temuan sisa kehidupan pra sejarah di Loyang Mendale Takengon. (LGco_Kha@Zaghlul)
Antusias dengan temuan-temuan sisa kehidupan pra sejarah di Loyang Mendale Takengon. (LGco_Kha@Zaghlul)

Takengon-LintasGayo.co : Selama dua pekan terakhir, peneliti dari Balai Arkeologi Medan melanjutkan penelitian terhadap situs manusia prasejarah Gayo di Loyang Mendale dengan membuka kotak ekskavasi yang lebih dekat ke jalan Takengon-Bintang. Selama itu pula hilir mudik masyarakat yang melintas sering menyinggahi lokasi penelitian. Sebelumnya banyak yang belum mengetahui ada penelitian manusia prasejarah yang merupakan nenek moyang urang Gayo itu.

Ketua tim peneliti, Ketut Wiradnyana, Jum’at 12 Juni 2015 mengatakan, situs prasejarah Gayo itu saat ini sudah bergairah menjadi salah satu objek wisata kepurbakalan di tanoh Gayo.

“Selama dua pekan meneliti di situs Loyang Mendale II, kunjungan meningkat. Kami (tim peneliti) kerap kewalahan melayani masyarakat yang berkunjung,” kata Ketut.

Dia menduga, meningkatnya kunjungan ke loyang Mendale II disebabkan, lokasi penelitian yang tak jauh dari jalan nasional Takengon-Bintang yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun luar sambil menikmati keindahan Danau Lut Tawar.

“Selama ini situs purbakala ini kurang diketahui masyarakat luas. Hanya bercerita dari mulut ke mulut. Lokasi penelitian di Mendale I dan Loyang Ujung Karang juga tak terlihat dari jalan raya. Mungkin karena lokasi penelitian sekarang ini sudah terlihat dari jalan, maka warga mampir sekedar ingin tahu apa yang tengah dikerjakan,” terangnya.

Ketut dan para Ceh Didong Gayo
Ketut dan para Ceh Didong Gayo

Dilanjutkan, tim penelitian setidaknya memiliki kendala saat kunjungan masyarakat meningkat. Tapi, Ketut tak mau ambil pusing atas kejadian itu. “Saat pengunjung datang, pasti mereka bertanya-tanya. Sedikit risih juga, karena kita lagi bekerja. Tapi, ambil enjoy aja, enggak ada kendala berarti. Malah saya senang banyak orang yang tau situs ini,” ujarnya.

Melihat semakin bergairahnya situs arkeolog di Gayo jadi objek wisata, Ketut menyarankan agar pemerintah setempat mengelolanya sebaik mungkin dengan melibatkan semua pihak.

“Jika objek wisata purbakala atau jadi open site museum, biasanya pemerintah bekerjasama dengan tim arkeolog. Ini perlu dilakukan, mengingat situs ini belum selesai di teliti, sehingga kemungkinan ada penemuan-penemuan spektakuler. Kalau tidak ada komunikasi, bisa-bisa situs ini rusak karena pembangunan yang salah,” tandas arkeolog asal Kabupaten Jembrana-Bali ini.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.