Melongok Gaya Hidup Manusia Prasejarah Mendale

oleh
2015-06-08 15.19.50
Cangkir gerabah yang ditemukan di kotak eskavasi S1T6s3 di Mendale

Catatan: Muhammad Syukri

Gaya hidup seorang manusia, salah satunya dapat dilihat dari alat dan perkakas yang digunakannya. Di era modern saat ini, gaya hidup seseorang ditandai dengan gadget, mobil  atau pakaian yang digunakan. Wajar apabila kemudian manusia pada abad ke-21 berlomba-lomba mengumpulkan “fulus” untuk mengimbangi gaya hidup itu.

Dimasa prasejarah, khususnya pada era budaya neolitik, gaya hidup manusia Mendale ditandai dengan perkakas dan jenis gerabah yang digunakan. Seperti dikatakan arkeolog Ketut Wiradnyana yang sedang melakukan eskavasi di Mendale Aceh Tengah, gerabah merupakan benda mewah yang mewakili gaya hidup dan stratifikasi sosial mereka.

Makin unik pola hias gerabah suatu kelompok manusia prasejarah, maka nilai kemewahannya makin tinggi. Fragmen gerabah yang ditemukan di kotak eskavasi Mendale rata-rata berkualitas tinggi dengan berbagai pola hias. Diantara fragmen gerabah itu ada jenis black ware, slip merah dengan pola hias mirip kerawang, gerabah poles merah, termasuk gerabah berwarna coklat metalik.

Penemuan fragmen gerabah dari bahan berkualitas, serta teknik pembuatannya yang sangat telaten, benar-benar mencengangkan banyak pihak. Kehidupan manusia prasejarah yang dikenal sebagai manusia gua, ternyata mampu menghasilkan produk gerabah berkualitas tinggi. Dibandingkan produk gerabah saat ini yang dibuat secara manual, jelas produk manusia prasejarah itu lebih rapi dan unggul. Itulah sedikit contoh gaya hidup manusia Mendale.

Bagaimana sebenarnya gaya hidup manusia Mendale 3000 tahun lalu? Hari ini, Senin 8 Juni 2015, tim arkeolog dari Balar Medan menemukan sebuah benda yang sangat fenomenal. Benda itu makin memperjelas pola gaya hidup manusia prasejarah tersebut. Benda berbentuk cangkir gerabah dengan pola hias garis vertikal dapat dipastikan sebagai wadah penampung air, semacam mug dalam kehidupan modern.

Secara keseluruhan, kondisi cangkir gerabah itu masih utuh, kecuali bibir cangkir yang mengalami sedikit kerusakan. Panjang cangkir gerabah itu 11,5 cm, garis tengah mulut cangkir 8,7 cm dan garis tengah bagian bawahnya adalah 7 cm. Melihat pola hias garis vertikal pada dinding cangkir, diduga pola hias itu untuk memperkuat pegangan tangan pada badan cangkir.

Bagi Ketut Wiradnyana, temuan cangkir gerabah yang masih utuh adalah yang pertama sepanjang sejarah eskavasi yang pernah dilakukannya. Dia yakin, penemuan itu akan menggegerkan dunia arkeologi. Bukan mustahil, penemuan itu dapat mengubah teori tentang budaya austronesia di bagian barat Indonesia.

Sangat mungkin, pola migrasi autronesia yang sudah baku di dunia arkeologi, sepertinya diperlukan revisi. Bagaimana tidak, penemuan cangkir gerabah itu kembali membuktikan tingginya estetika dalam kehidupan sosial manusia prasejarah Mendale. Gaya hidup mereka ternyata sudah tertata layaknya manusia modern, ada cangkir, piring, peralatan memasak, sampai kapak batu yang ditempa mirip kapak besi.

Barangkali sulit untuk dibantah apabila cangkir gerabah itu digunakan pula  oleh manusia Mendale, layaknya manusia modern yang menggunakannya sebagai wadah minuman kopi, teh atau jamu. Bayangkan, sepulang berburu manusia Mendale duduk bersila didalam ceruk. Hujan rintik-rintik yang kerap turun di kawasan itu mendorongnya harus berteduh. Diantara butiran hujan itu, mata mereka memandangi view Danau Laut Tawar yang terlihat sangat jelas dari sana.

Didepannya,  seonggok api unggun, dan cangkir gerabah berisi minuman khas mereka saat itu. Sesekali, diseruputnya minuman dari cangkir itu sambil memandangi awan yang sedang menyelimuti Burni Kelieten dan Bur Birah Panyang. Pelan-pelan, matahari mulai tenggelam ke ufuk Barat, senja berganti dengan malam. Bersama cangkir itu, manusia prasejarah Mendale menghabiskan malam dengan anak dan isterinya.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.