Sebutan Bener Meriah Melenceng, Reje Untuk Gecik Juga Tidak Tepat

oleh
Mahmud Ibrahim

 

Tgk. Mahmud Ibrahim
Tgk. Mahmud Ibrahim

Takengon-LintasGayo.co : Sebutan resmi ‘Reje’ untuk para Kepala Kampung atau Gecik di Kabupaten Aceh Tengah tidak tepat. Demikian ditegaskan Tgk. Mahmud Ibrahim, sejarawan Gayo.

“Reje itu feodal, saya tidak sepakat dengan sebutan itu untuk Gecik di Gayo Aceh Tengah ini,” kata Tgk. Mahmud Ibrahim di Bintang Takengon, Rabu 20 Mei 2015.

Kata Reje itu, kata dia, bukan bahasa Gayo, “Raja dalam bahasa Gayo adalah Merah yang artinya pemimpin yang gemasih,” sebut Mahmud.

Atas persoalan ini, dia mengkhawatirkan lama kelamaan istilah-istilah bahasa Gayo akan hilang, begitu juga sejarah jika eksekutif dan legislatif di Gayo tidak menaruh perhatian khusus.

“Soal proses penetapan sebutan Reje beberapa tahun lalu saya tidak diikutkan, herannya, usulan perubahan nama-nama jalan dengan nama Gayo juga tidak digubris, begitu juga soal Lembaga Adat Gayo,” ujar Mahmud dengan nada kesal.

Bener Meriah, Mestinya Bener Meria

Tgk. Mahmud Ibrahim juga mengoreksi nama Kabupaten Bener Meriah. “Yang betul Bener Meria, bukan Bener Meriah. Bener itu artinya belangi, indah dan Meria itu mulia.” ungkap Mahmud.

Jadi, katanya, Bener Meria artinya indah dan mulia, “kalau Bener Meriah sekarang artinya indah dan gembira berhura-hura, kita pilih mana,” katanya bertanya.

Kerisauannya itu sudah dia katakan kepada anggota DPRRI, Tagore agar berupaya menggantikan nama Bener Meriah itu.

“Soal identitas harus ada upaya pembenahan agar tidak hilang, saya sudah katakan kepada Tagore. Dan mengerjakannya tidak bisa sendiri-sendiri, mesti bersama bergamdengan tangan,” pesan Tgk. Mahmud Ibrahim yang juga sebagai ulama kharismatik di Gayo.[kh]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.