Gubernur Aceh akan Lepas Tim Ekspedisi Kekejaman Van Daalen ke Gayo-Alas

oleh
Tiga wartawan senior asal Aceh, penggagas Ekspedisi kekejaman Van Daalen di Gayo-Alas. (Foto : doc. LK. Ara)
Tiga wartawan senior asal Aceh, penggagas Ekspedisi kekejaman Van Daalen di Gayo-Alas. (Foto : doc. LK. Ara)

Bengkulu-LintasGayo.co : Tim Ekspedisi Kekejaman Van Daalen ke Tanah Gayo Alas yang berangkat dari Jakarta beberapa hari lalu dari Jakarta saat ini sudah berada di Bengkulu.

“Rombongan sudah berada di Bengkulu, dalam beberapa hari kedepan InsyaAllah akan tiba di Banda Aceh,” kata LK. Ara, salah seorang tim ekspedisi tersebut, Minggu 3 Mei 2015.

Setelah tiba di Banda Aceh nanti, kata Penyair kondang ini, rencananya rombongan yang dari Jakarta dilepas oleh Ketua Forbes (Forum Bersama) Anggota DPR dan DPD RI asal Aceh, Prof Bachtiar Aly, Jum’at 24 April 2015 lalu itu akan kembali dilepas oleh Gubernur Aceh, Dr. Zaini Abdullah menuju Gayo Lues.

“Semoga perjalanan ini berjalan dengan baik tanpa kendala, mohon do’a restunya,” tandas LK. Ara seraya mengungkapkan jika ekspedisi tersebut turut diliput media berbahasa Inggris di Jakarta agar dibaca oleh dunia secara luas.

Seperti diberitakan harian Serambi Indonesia beberapa hari lalu, ekspedisi Van Daalen telah membantai 2.926 penduduk Gayo dan Alas dengan korban laki-laki, juga perempuan dan anak-anak. Itulah salah satu episode perang Aceh yang paling kelam dan mengundang protes di Den Haag.

Peristiwa pembantaian itu berlangsung di sepuluh benteng di Tanah Gayo Alas, yaitu Benteng Pasir, Gemuyang, Durin, Badak, Rikit Gaib, Penosan, Tampeng, Kute Reh, Likat, dan Benteng Lengat Baru.

Pelepasan Tim Ekspedisi kekejama Van Daalen di Jakarta. (Foto : Fikar W. Eda)
Pelepasan Tim Ekspedisi kekejama Van Daalen di Jakarta. (Foto : Fikar W. Eda)

Ekspedisi menyusuri kekejaman pasukan kolonialis Belanda pimpinan Van Daalen di Tanah Gayo Alas digagas tiga wartawan senior, HM Iwan Gayo, penerima hadiah Adinegoro 1981, LK Ara, dan Oedin Dela Rosa. Dimaksudkan untuk meneliti dan merekonstruksi kembali episode paling kelam di benteng terakhir perang Aceh-Belanda.

Dua buah mobil disiapkan untuk kepentingan ekspedisi tersebut. Diperkirakan akan memakan waktu lebih dari tiga bulan. Kepada wartawan harian Serambi Indonesia, Fikar W. Eda, disebutkan Iwan Gayo, mereka berangkat dari Jakarta menuju Medan dn selanjutnya mencapai Tanah Alas Aceh Tenggara, dan diteruskan ke Belangkejeren dan Aceh Tengah, Bener Meriah.

Pembantaian yang dilakukan pasukan Van Daalen di Tanah Gayo Alas berlangsung selama tiga bulan, 8 Februari -23 Juli 1904. Peristiwa mengerikan itu direkam oleh anggota juru foto dan juru tulis Van Daalen, CJ. Kempes. Foto-foto jepretan Kempes itu kemudian banyak menghiasai buku-buku sejarah.

Perang Gayo Alas melawan kolonialis adalah episode terakhir dari perang Aceh setelah maklumat perang yang diumumkan Belanda pada 26 Maret 1873.

“Itu adalah operasi genosida dan tindakan frustasi Belanda terhadap Aceh yang telah membangkrutkan negeri itu,” kata Iwan Gayo mengutip berita Serambi Indonesia.

Van Daalen memiliki nama lengkap Gotfried Coenraad Ernst van Daalen, lahir di Makassar, 23 Maret 1863 dan mati di Den Haag 22 Februari 1930 dalam usia 66 tahun. Pada 1888 Van Daaken dioindah-tugaskan ke Aceh dari Jawa, untuk membasmi muslimin yang melakukan perang perlawanan di Tanah Gayo Alas. Saat berangkat ke Tanah Gayo -Alas, Van Daalen diperkuat oleh sepuluh brigade marsose. Ekspedisi itu mengantarkan Van Daalen menjadi komandan dalam Millitaire Willems – Orde pada 14 September 1904 dan diangkat menjadi Gubernur Militer Aceh oleh Van Heuts.(Kh)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.