Ini dampak masuknya partikel padat ke DLT dan Wih Pesangen

oleh
Pante Menye Bintang. dari udara. (LGco_Khalis)

Darmawan Masri

Perbedaan warna air danau di kawasan Pante Menye-Bintang. (LGco_Khalis)
Perbedaan warna air danau di kawasan Pante Menye-Bintang. (LGco_Khalis)

Danau Lut Tawar merupakan salah satu ikon dari Dataran Tinggi Gayo. Danau kebanggaan masyarakat Gayo ini berpenghuni ikan endemik Depik (Rasbora tawarensi). Namun, dalam beberapa tahun belakangan, kondisi Danau Lut Tawar mulai memprihatinkan.

Banyaknya penimbunan yang dilakukan masyarakat dan pemerintah dipinggiran danau, menyebabkan banyaknya partikel padat yang masuk ke perairan. Kondisi ini sama dengan daerah aliran sungainya di DAS Peusangan.  Belum lagi sampah rumah tangga yang langsung dibuang ke danau oleh masyarakat yang tinggal diseputarannya.

Masuknya partikel padat berupa tanah dan lan (lumpur) serta sampah rumah tangga yang terbawa air hujan ke Danau Lut Tawar dan Aliran Sungai Peusangan (Gayo : Wih Pesangen) memiliki beberapa dampak yang sangat mengkhawatirkan, demikian disampaikan praktisi perikanan dan lingkungan di Aceh Tengah, Munawardi, Selasa 21 April 2015.

Dampak tersebut, katanya lagi, membuat perairan akan semakin dangkal karena tingginya laju sedimentasi yang dihasilkan dari material padat yang yang masuk ke perairan. “Partikel padat seperti tanah dan lan (lumpur) langsung ke danau dan aliran Wih Pesangen, dapat menyebabkan pendangkalan yang luar biasa, sehingga berefek meluapnya air,” ucap Munawardi di Takengon. (Baca : Intensitas hujan tinggi, ‘Wih Pesangen tiel’).

Jika kondisi itu terus menerus berlangsung, bisa dipastikan Danau Lut Tawar akan semakin menyempit dan aliran sungai Peusangan akan mengalami kondisi yang sama. Sehingga, saat hujan kembali turun, keduanya tak mampu menampung air, kemudian dengan mudah akan ditumpahkan kebagian lain yang lebih rendah lainnya.

“Sungai bisa abrasi, kalau di danau air akan menggenangi daratan hingga menghancurkan tanaman masyarakat yang berada dipinggiran danau (Gayo : lemo),” sebut Munawardi.

Aliran Wih Pesangen tiel (keruh). (Ist)
Aliran Wih Pesangen tiel (keruh). (Ist)

Dia juga menjelaskan, pinggiran danau dan sungai dulunya banyak terdapat rawa. Dimana fungsi rawa adalah sebagai penyimpan air tatkala intensitas air yang masuk ke perairan tinggi. “Rawa-rawa yang ada diseputaran danau dan aliran Wih Pesangen saat ini sudah padat, sehingga tak lagi mampu menyerap air saat musim hujan, makanya akan terjadi lemo dan aliran sungai akan meluap,” jelasnya.

Disaat musim kemarau, lanjutnya lagi, air-air yang tersimpan di rawa akan dikeluarkan sedikit demi sedikit. Kondisi itu akan tetap menjaga air di suatu perairan termasuk Danau Lut Tawar, agar tidak turun secara drastis.

“Rawa akan mengeluarkan air saat musim kemarau, saat ini itu tidak berlaku lagi di Danau Lut Tawar hanya sebagian saja rawa yang masih berfungsi. Bisa kita lihat buktinya, saat musim kemarau terjadi walau hanya berlangsung singkat penyusutan air di Danau Lut Tawar sangat drastis karena sudah dialirkan melalui inlet nya (Wih Pesangen),” katanya.

Dampak lainnya, yang disebabkan partikel padat masuk ke perairan adalah, jika partikel membawa zat beracun, otomatis akan mengganggu habitat ikan di suatu peraiaran. Zat beracun dihasilkan dari pestisida yang aktivitasnya banyak dilakukan petani seputaran Danau Lut Tawar dan Wih Peusangan. “Bisa saja ikan-ikan menjadi mati. Kemudian air yang ada disana akan menjadi racun bagi masyarakat,” ujar Munawardi.

Dia berharap, ada penanganan serius terhadap hal ini dari pihak berwenang. Jika tidak, dikhawatirkan kondisi tersebut akan lebih mengkhawatirkan lagi. Terlebih, daerah Gayo memiliki catatan intensitas hujan yang relatif tinggi setiap tahunnya.

Akankah danau kebanggaan masyarakat Gayo itu akan tetap lestari, mari kita jaga lingkungan disekitar kita.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.