Ketut : Siapa bilang membuang teori lama itu susah?

oleh
Ketut Wiradnyana di Loyang Mendale Takengon. (LGco-Kha A Zaghlul)
Ketut Wirandyana. (Foto : LGco_Khalis)
Ketut Wirandyana. (Foto : LGco_Khalis)

Takengon-LintasGayo.co : Mengubah teori yang telah bertahan lama dengan teori baru adalah hal yang sangat mudah, demikian disampaikan Ketut Wiradnyana, M.Si seorang arkeolog dari Balai Arkeologi Medan, Jum’at 3 Maret 2015 di Takengon.

Pernyataan tersebut dijawab atas pertanyaan LintasGayo.co, terkait materi ajar mata pelajaran Sejarah SMA tentang sebaran penduduk austronesia di Nusantara yang masih mengunakan teori Proto dan Detro Melayu dimana menurut ilmu arkeologi sudah ketinggalan zaman dan tidak digunakan lagi sejak tahun 1970-an dan guru mata pelajaran Sejarah di SMA harus mengupdate bahan ajarnya, (Baca : Ketut : Guru Sejarah SMA Harus Mengupdate Bahan Ajarnya).

“Siapa bilang membuang teori yang sudah lama itu susah?, walau dia sudah bertahan puluhan atau ratusan tahun pun mengubahnya sangat gampang. Asalkan, teori terbaru didukung oleh bukti-bukti yang kuat. Otomatis teori lama sudah tidak dipakai dan ketinggalan zaman,” ungkap Ketut.

Dilanjutkan, jika semua guru Sejarah mengajarkan teori baru yang telah didukung oleh bukti-bukti kuat, maka teori tentang sebaran penduduk yang masih menggunakan teori Proto dan Detro Melayu harus berubah ke teori baru. Walaupun teorinya baru ditemukan.

“Tidak sulit kan mengubahnya. Dalam keilmuan jika suatu penelitian terbaru memiliki data yang mencukupi dan memadai maka suatu teori itu akan berubah,” ungkapnya.

“Pemahaman saya jika semua guru memberikan bahan ajar menggunakan data yang baru maka semuanya akan berubah. Terkecuali hal itu tidak pernah dilakukan, maka guru akan selalu mengajarkan informasi yang ketinggalan zaman,” demikian Ketut Wiradnyana menimpali.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.