[in memoriam] Tgk. Abdul Gani remalan termulo “nge empot suluh”

oleh

Kha A Zaghlul

Awan-Firdaus-gagahGAYO kehilangan salah seorang putra terbaiknya, Tgk. H. Abdul Gani Aman Firdaus. Kabar berpulangnya sosok hebat kelahiran tahun 1932 ini, Sabtu 28 Maret 2015 di Kenawat Aceh Tengah sontak tersebar hingga ke telinga orang nomor satu di Aceh Dr. Zaini Abdullah yang sedang berada di luar negeri.

Bahkan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus, Mayjen TNI Doni Monardo mendengar kabar duka ini dan turut nyatakan rasa kehilangan.

Siapa dan bagaimana kiprah ayah dari analis sosial budaya dan politik yang berdiam di luar negeri, Yusra Habib semasa hidupnya? berikut hasil penelusuran singkatnya.Aman-Firdaus-1

Abdul Gani adalah anak bungsu dari enam bersaudara daripada pasangan Ra’id dan Juriyah. Menikah dengan Tjut Wan dan dianugerahi 11 orang anak, kini tinggal lima orang yang masih hidup.

Saat muncul pergerakan Darul Islam (DI) tahun 1953, Abdul Gani masuk dalam pergerakan politik ini hingga ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara Takengen oleh TNI tahun 1954 bersama sejumlah tokoh Kenawat lainnya (Aman Jamaliah, Tgk.Abdullah Senta, Aman Rasyid, Tgk. Banta Cut, Aman Tamin, Aman Armiya, Genap Aman Taher, Djamaluddin AS Aman Ati dan lain-lain). Saat itu, Tjut Wan istri Abdul Gani sedang mengandung Yusra Habib.

Menurut catatan Yusra Habib, Abdul Gani bersama pejuang DI-Aceh sempat terlibat dalam beberapa pertempuran melawan TNI, termasuk pertempuran hebat di daerah Tenge Besi (kawasan Ènang-enang) dan pertempuran di markas TNI di Tangsi, Bale, di tepi Danau Laut Tawar.

Abdul Gani kemudian turun gunung, karena kedua belah pihak menandatangani perjanjian damai tahun 1962. Pada tahun 1963, Abdul Gani dipilih menjadi geucik kampung Kenawat dan berkuasa hingga 30 tahun. Selama menjadi gecik, beliau menyiapkan dan mendidik kader pengganti, seperti Abdurrahman dan Mukhtar (adik kandung Tengku Ilyas Leubé). Terbukti, merekalah yang meneruskan estafet kepemimpinan di Kenawat.

Tgk. Abdul Gani Aman Firdaus. (LGco_Khalis)
Tgk. Abdul Gani Aman Firdaus. (LGco_Khalis)

Selama menjabat geucik, Abdul Gani dikenal sebagai pemimpin merakyat, jika gotong royong dan aktivitas apa saja dalam kampung, beliau berada di garis paling depan. Itu sebabnya beliau dihormati dan disegani.

Berpulangnya Abdul Gani diibaratkan “Suluh nge empot” bermakna “Lentera sudah padam” karena sosok ini juga sebagai tempat bertanya warga setempat dibidang keagamaan dan soal sosial politik, demikian dikatakan seorang warga Kenawat, Suardin Aman Adan, minggu 29 Maret 2014.

Abdul Gani juga dikenal “behu”. Pernah terjadi tahun 1970, saat seorang kurang waras asal Saril (dikenal mempunyai do’a kuat) merambah masuk kampung Kenawat pada pukul 22.00 malam yang menghancurkan beberapa pintu rumah penduduk Kenawat dengan Lusung (alat penumbuk padi). Siapa yang mendekat dibuat tak berdaya, termasuk Aman Yur, orang dikenal kuat atau behu di Kenawat juga tidak berdaya berhadapan dengan orang ini.

Akhirnya Abdul Gani turun tangan, melumpuhkan dalam bilangan menit hingga pingsan tanpa memukul dan mencederainya. Dalam keadaan pingsan inilah, orang ini dihantar oleh warga pilihan ke Pedemun, menaikannya ke atas perahu dan mengantarkan hingga ke Asir-asir. Keesokan harinya baru diberi tahu kepada keluarganya.

Dalam bidang seni, Abdul gani adalah syè didong dan pengarang lagu “Mèn Pentèr” (main gundu) dan juga sebagai bintang sepak bola (Kenawat) dan pernah merobohkan tiang gawang lawan karena kuatnya tendangan (peristiwa ini selalu beliau kisahkan kepada generasi muda Kenawat)

Dalam bidang politik, beliau berani menghitam-putihkan politik di Kenawat, misalnya, beliau berjanji bahwa seluruh penduduk kampung Kenawat akan mendukung dan siap memenangkan seorang calon DPRK asal Golkar, dengan syarat jalan menuju kampung Kenawat diaspal. Ternyata berhasil.

Tgk. H.Abdul Gani (kanan) dan Tgk. Ibrahim Mantiq (kiri)
Tgk. H.Abdul Gani (kanan) dan Tgk. Ibrahim Mantiq (kiri)

Namun demikian, Abdul Gani tidak sehaluan dengan Bupati Beni Banca Cut, yang memberi julukan kepada gecik Kenawat ini sebagai Komeiny dan sikapnya yang keras akan menghadang siapa pun, asalkan berjalan pada garis yang benar.

Di bawah kepemimpinannya, kampung Kenawat pernah meraih dua kali sebagai Desa Terbaik seluruh Aceh Tengah dan piagam dari Menteri Amir Mahmud (Menteri Dalam Negeri) masih terpampang di “Rumah Sèng”, sebutan untuk rumahnya di Kenawat.

Selain pemimpin, beliau juga pendiri dan pengajar pada Dayah Al-Huda, Kenawat. Kini, anak murid Dayah Al-Huda ini diasuh oleh Ustazah Aka Ibdah, keponakan Abdul Gani.

Tahun 2004, menunaikan ibadah Haji dan pada suatu ketika tahun 2005, beliau mengalami stroke akibat shock setelah menyaksikan jasad salah seorang anaknya, Iftah Habib Abdul Gani yang walau pun sudah meninggal 5 tahun sebelumnya (2001), namun jasadnya masih kering dan sejumlah catatan penting tentang perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam kantong celananya tidak mengalami kerusakan.

Sejak itu, Abdul Gani jatuh sakit dan klimaksnya Sabtu 28 Maret 2015, Allah memanggil menghadap keharibaan-Nya. “Kita mencintai belaiu, tetapi Allah punya hak di atas segala-galanya,” tulis Yusra Habib di dinding akun facebooknya. Dia mesti ikhlas tidak turut serta dalam prosesi fardlu kifayah untuk sang ayah karena nun jauh di luar negeri.[]

Keluarga Tgk. H. Abdul Gani
Keluarga Tgk. H. Abdul Gani

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.