Biografi Tgk.H.M.Ali Djadun Ulama Kharismatik dan Otoritatif Muhammadiyah Gayo

oleh

[Resensi Buku]

Salman Yoga S

Biografi-Tgk.H.M.Ali-Djadun

Biografi

Membaca kisah hidup ulama tradisional adalah membaca sebuah keteguhan sikap, idealisme serta didikasi tanpa pamrih. Kesederhanaan, kesahajaan serta sebuah kepribadian yang terasah oleh keyakinan dan dinamika sosial. Hampir seluruh ulama seperti ini pernah hidup dan mempertaruhkan hidupnya di tanah Gayo bahkan Aceh umumnya. Bukan saja bentukan dinamika sosial yang terkait dengan ajaran Islam dan dakwah, tetapi juga menyangkut perjalan sejarah, perpolitikan, eksistensi ulama turut memberi warna tersendiri.

Bagi generasi saat ini nilainya adalah sebagai sumber inspirasi bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik, kuat, unggul, bersemangat, menumbuhkan harapan dan terus berkarya. Buku “Sirah Tgk. H. Mohd. Ali Djadun” adalah reaktualisasi sebuah perjalanan hidup ulama Gayo dari masa kanak hingga usia 77 tahun. Inilah buku yang bernilai otoritatif dalam sejarah terbentuknya organisasi Muhammadiyah di Gayo. Ditulis melalui serangkaian pengumpulan dokumen-dokumen serta interviw oleh Azharia.

Ada tiga jenis penulisan biografi ditilik dari segi kausalitas dan interes. Pertama tokoh berpengaruh dan mempunyai andil dalam bidang ilmu dan bidang kehidupan yang spesifik, ulama, tokoh pendidik, budayawan/seniman, pemimpin, orang sukses dan lain sebagainya. Kedua sebagai pra syarat untuk pengusulan sebagai pahlawan. Ketiga dari segi didikasi, integritas dan peran dalam perjalanan sejarah sebuah daerah atau bangsa. Keempat adalah sebagai dokumentasi, yang termasuk dalam bidang ini biasanya terkait dengan eksistensi diri sebagai “ajang” popularitas atau terkadang hanya sebatas unjuk “keakuan”. Karya Azharia yang mengangkat salah seorang ulama kharismatik tanah Gayo yang berjudul lengkap “Sirah Tgk. H. Mohd Ali Djadun di Negeri Antara Tanah Gayo Kabupaten Aceh Tengah” ini dapat digolongkan sebagai buku biografi jenis pertama.

Sesuai judul, Azharia menjelaskan biografi hidup Tgk. H. M. Ali Djadun berdasarkan kronologi waktu dan fase kehidupan sang tokoh.  Biografi ini menggambarkan latar belakang lingkungan berikut dengan silsilah keluarga yang turut mempengaruhi karakter tokoh. Kenawat Delung dan Teritit sebagai sebuah kampung yang menjadi tempat kelahiran dan permainannya telah membentuk pribadi Ali Djadun. Tanah Gayo sebagai daerah agraris yang kental dengan nilai adat dan nuansa ke-Islam-an itu menular kepada beliau hingga menjadi seorang yang religius dan taat beribadah. Pengetahuan agama didapat dari pengajian, bacaan serta jenjang pendidikannya.

Pandangan hidup, ideologi, pemikiran bahkan politiknya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh serta pandangan Islam yang telah dipelajari sejak kecil. Azharia sebagai pengumpul, penganalisa serta penulis berhasil mendiskripsikan sebagian besar pribadi sosok. Biografi ini juga berhasil memaparkan pribadi objek secara jelas, mampu mengaktualisasikan sepak terjang Tgk. H. M. Ali Djadun di bidang politik sebagai legeslatif yang tidak sekedar partisan. Demikian juga dengan kiprah dan didikasinya dalam membangun daerah, jaringan dan membumikan organisasi masyarakat yang bersifat keagamaan, yaitu Muhammadiyah.

Secara umum buku biografi ini dibagi ke dalam empat bab. Bagian pertama berisi penggalan kisah dan kesaksian tokoh pada masa muda, membina berumah tangga, karir dan sebagai tenaga pendidik. Pada bagian berkiutnya berisi tentang kiprah dan karakter kepemimpinan Tgk. H. M. Ali Djadun dalam interaksinya dengan masyarakat dan para stageholder saat itu. Peran dan eksistensinya sebagai ulama hingga kisahnya masuk penjara. Bab berikutnya khusus berbicara tentang apresiasi Pemerintah Daerah, kepengurusan dalam Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten, Ketua DPRD serta didikasinya sebagai anggota masyarakat biasa dan sebagai seorang ulama.

Azharia menulis ketika objek (tokoh) yang di-biografi-kan masih hidup yang saat itu berusia 77 tahun. Dalam hal ini sumber primer penulisan langsung dari yang bersangkutan. Ini tergolong dalam penelusuran anak panah dan busur dengan titik yang fokus. Tgk. H. M Ali Djadun diberkati usia yang panjang, yang saat ini sudah memasuki usia ke-89 tahun.

Kisah panjang dan pertaruhan idealisme Tgk. H. M Ali Djadun dalam dua konflik Aceh, mulai dari gerakan Darul Islam (DI/TII) dan Gerakan Aceh Merdeka (AM) dan interaksi langsungnya dengan ulama kharismatik Gayo Tgk. H. Ilyas Leube tidak konprehensip dibahas Azharia. Padahal interaksi keduanya sejak menempuh pendidikan di Bireun pada tahun 1940-an sangatlah inten, bahkan komunikasi antar keduanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejumlah pragmen perubahan dan dinamika perpolitikan Gayo saat itu.

Penulis tidak menilik fenomena ini secara mendalam, padahal romansa dan pertaruhan idealisme Tgk. H. M. Ali Djadun justru lebih banyak dan lebih bernilai ketika kedua konflik itu berlangsung atas interaksi dan komunikasinya dengan Tgk. H. Ilyas Leube. Dengan kata lain, buku “Sirah Tgk. H. Mohd Ali Djadun” melewati sebuah fase sejarah hidup Tgk. H. M. Ali Djadun sendiri yang paling berkesan yang telah menjadikannya sebagai pribadi paripurna. Dimana dalam fase-fase tersebut idealisme, kesetiaan serta komitmen seorang ulama muda Gayo bernama M. Ali Djadun bin Tgk. Muhammad Djadun bin Hasim tercermin dengan jelas dan patut menjadi suri tauladan. Ali Djadun muda mampu menempatkan diri sebagai pribadi yang qanaah dalam pusaran konflik perjuangan dengan misi Islam, serta qanaah dalam ukhuwah kemaslahatan antar sesama, dan itu ia terapkan dengan cara berbagi peran dengan Tgk. H. Ilyas Leube.

Sikap qanaah Ali Djadun secara politik dan kepribadian yang dimaksud adalah sikap rela menerima dengan segala konsekwensi sebuah pilihan, merasa cukup atas keadaan dan yang diusahakan, jauh dari sikap tidak puas dan perasaan kurang. Sifat seseorang yang seperti ini memiliki pendirian bahwa apa yang terjadi terkait diri dan lingkungannya adalah merupakan kehendak Allah SWT.

Dari itu tidak heran jika buku karya Azharia ini masih terdapat kekurangan dalam penulisan dan pembagian pragmen hidup sang tokoh, terutama pemilahan antara berkecamuknya gerakan Darul Islam (DI/TII) dan Gerakan Aceh Merdeka (AM). Demikian juga dengan beberapa kisah inspiratip Tgk. H. M. Ali Djadun lainnya dalam dakwah islamiyah di Gayo yang berkaitan dengan adat dan pola pikir masyarakat. Dari beberapa ketidak sempurnaan itu, dalam buku ini penulisnya melampirkan sebanyak empat halaman ralat. 

Sosok Tgk. H. M. Ali Djadun dalam dunia pendidikan, dakwah islamiyah bahkan perpolitikan Gayo tidak dapat dilepaskan begitu saja, ia merupakan sosok penting. Pengalaman berorganisasi, politik dan birokrasi, didikasinya pada dakwah islamiyah serta pendidikan di tanah Gayo layak jadi panutan bagi generasi dan para politikus serta birokrat saat ini. Buku dengan 19 halaman lampiran dan tanpa daftar pustaka serta indeks ini perlu dibaca. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.