L.K Ara siapkan buku kumpulan puisi kekejaman Belanda di Gayo Lues

oleh
LK Ara di pentas Inilah Gayo Loyang Mendale. (LGco_Khalis)
10888054_10205852691102957_122273236_n
L.K Ara (Foto: Ist)

Banda Aceh-LintasGayo.co: Penyair Nasional asal Gayo, L.K Ara mengaku dalam waktu dekat akan kembali meluncurkan buku kumpulan puisi yang khusus mengangkat kisah masa penjajahan Belanda di Gayo Lues sekaligus cerita tentang perjuangan masyarakat Gayo disejumlah daerah di Kabupaten Gayo Lues.

Penyair senior Gayo ini kepada LintasGayo.co, Kamis (1/1/2015) malam mengungkapkan, Gayo Lues merupakan salah satu saksi besar tentang kekejaman masa penjajahan Belanda. Tidak sedikit masyarakat Gayo yang gugur dalam memperjuangkan Indonesia dan menjadi korban kekejian Belanda pada masa itu,”Mengingat sejarah itu, saya ingin menuliskannya dalam bentuk sastra. Saya ingin Pahlawan-pahlawan di Gayo Lues terus diingat dan tidak terlupakan oleh waktu,” terang penyair berumur 77 tahun ini.

Lanjutnya, dalam penulisan puisi karyanya, L.K Ara terlebih dahulu sudah membaca sejumlah buku terkait perjuangan masyarakat Gayo pada masa penjajahan Belanda, juga tambah L.K Ara, dirinya akan meminta salah satu Tokoh Masyarakat Gayo Lues yakni H. M. Salim Wahab untuk menemaninya mengunjungi langsung daerah-daerah di Gayo Lues yang dulunya sebagai lokasi terjadinya pembantaian oleh tentara Belanda terhadap Masyarakat Gayo Lues.

“Saya sudah konfirmasi kepada beliau (Salim Wahab), dalam waktu dekat saya akan kembali datang ke Gayo Lues dan Pak Salim Wahab akan ikut menemani dan membantu saya dalam pembuatan buku puisi ini,” jelas L.K Ara.

Khusus kepada LintasGayo.co, L.K Ara mengirimkan sekilas puisi yang akan dia masukan dalam buku kumpulan puisinya tentang sejarah perjuangan masyarakat Gayo di Gayo Lues. Berikut puisi karya L.K Ara dengan judul “Benteng Rikit Gaib”. (Supri Ariu)

BENTENG RIKIT GAIB 1904

Di lembar buku tua itu

Kutemu gambarmu

Kampung yang senyap

Hanya tumpukan mayat mayat

Dan tiang bambu yang lurus dan layu Seperti tersedu

 

Benteng Rikit Gaib telah rubuh

Pagar bambu berduri runtuh

Para pejuang negeri

Telah dihabisi

Oleh Van Daalen dengan keji

 

Lelaki perempuan

Orang tua anak anak bahkan

Dibunuh secara kejam

Tanpa perikemanusiaan

 

Van Daalen memang mengirim utusan

Meminta pejuang agar suka perdamaian

Tapi pimpinan pejuang

Aman Linting dan Reje Kemala Darna

Menolak saat itu juga

Karena didada sudah ditanam

Pohon berbuah tabah

Lebih baik mati syahid daripada menyerah

Banda Aceh, 29 Januari 2012

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.