Banda Aceh-LintasGayo.co: Penyair Nasional asal Gayo, L.K Ara mengaku dalam waktu dekat akan kembali meluncurkan buku kumpulan puisi yang khusus mengangkat kisah masa penjajahan Belanda di Gayo Lues sekaligus cerita tentang perjuangan masyarakat Gayo disejumlah daerah di Kabupaten Gayo Lues.
Penyair senior Gayo ini kepada LintasGayo.co, Kamis (1/1/2015) malam mengungkapkan, Gayo Lues merupakan salah satu saksi besar tentang kekejaman masa penjajahan Belanda. Tidak sedikit masyarakat Gayo yang gugur dalam memperjuangkan Indonesia dan menjadi korban kekejian Belanda pada masa itu,”Mengingat sejarah itu, saya ingin menuliskannya dalam bentuk sastra. Saya ingin Pahlawan-pahlawan di Gayo Lues terus diingat dan tidak terlupakan oleh waktu,” terang penyair berumur 77 tahun ini.
Lanjutnya, dalam penulisan puisi karyanya, L.K Ara terlebih dahulu sudah membaca sejumlah buku terkait perjuangan masyarakat Gayo pada masa penjajahan Belanda, juga tambah L.K Ara, dirinya akan meminta salah satu Tokoh Masyarakat Gayo Lues yakni H. M. Salim Wahab untuk menemaninya mengunjungi langsung daerah-daerah di Gayo Lues yang dulunya sebagai lokasi terjadinya pembantaian oleh tentara Belanda terhadap Masyarakat Gayo Lues.
“Saya sudah konfirmasi kepada beliau (Salim Wahab), dalam waktu dekat saya akan kembali datang ke Gayo Lues dan Pak Salim Wahab akan ikut menemani dan membantu saya dalam pembuatan buku puisi ini,” jelas L.K Ara.
Khusus kepada LintasGayo.co, L.K Ara mengirimkan sekilas puisi yang akan dia masukan dalam buku kumpulan puisinya tentang sejarah perjuangan masyarakat Gayo di Gayo Lues. Berikut puisi karya L.K Ara dengan judul “Benteng Rikit Gaib”. (Supri Ariu)
BENTENG RIKIT GAIB 1904
Di lembar buku tua itu
Kutemu gambarmu
Kampung yang senyap
Hanya tumpukan mayat mayat
Dan tiang bambu yang lurus dan layu Seperti tersedu
Benteng Rikit Gaib telah rubuh
Pagar bambu berduri runtuh
Para pejuang negeri
Telah dihabisi
Oleh Van Daalen dengan keji
Lelaki perempuan
Orang tua anak anak bahkan
Dibunuh secara kejam
Tanpa perikemanusiaan
Van Daalen memang mengirim utusan
Meminta pejuang agar suka perdamaian
Tapi pimpinan pejuang
Aman Linting dan Reje Kemala Darna
Menolak saat itu juga
Karena didada sudah ditanam
Pohon berbuah tabah
Lebih baik mati syahid daripada menyerah
Banda Aceh, 29 Januari 2012