Siapapun Bisa Menjadi Penulis

oleh
Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
menulisDUNIA pendidikan kian maju, kampus telah disesaki oleh mahasiswa yang ingin menuntut ilmu. Para guru disekolah pun dituntut untuk lebih kreatif dalam mengajar serta para dosen pun dikampus harus bisa membuat karya ilmiah melalui tulisannya serta calon sarjana pun harus bisa menulis kalau tidak bisa menulis apa kata dunia pendidikan.

Dunia pendidikan yang semakin maju, ini merupakan suatu tantangan bagi mahasiswa untuk bisa menghasilkan karya melalui tulisan, tugas mahasiswa itu bukan hanya belajar di dalam ruangan namun bagaimana mengoptimalkan kemampuan yang ada dalam diri masing-masing, khususnya dalam dunia kepenulisan. Pada saat ini masih banyak dari kalangan mahasiswa yang tidak bisa menguraikan kata-kata dalam tulisannya sehingga membuat makalah pun harus di copy paste. Tgk. Zulkhairi mengatakan dalam salah satu seminar “Dari kalangan mahasiswa banyak yang belum bisa beretorika dalam menulis, belum bisa menyampaikan ide dalam penulisan”. Pada saat ini orang lebih suka menulis status galau di facebook dari pada menulis hal-hal yang bermanfaat dan menulis status difacebook pun merupakan suatu usaha untuk bisa menjadi penulis namun banyak orang yang tidak menyadarinya. Penulis hebat Gol A Gong yang pernah datang ke Takengon ketika itu dia mengatakan “Jangan cerita kegalauan kalian disana, tapi buatlah tulisan yang bermanfaat bagi orang banyak, karena jika kita telah menulis sesuatu yang bermanfaat di media sosial tersebut, maka kita akan punya pembaca yang akan selalu menantikan postingan tulisan-tulisan kita.”

Penulis mengikuti beberapa seminar tentang “Menulis dan Jurnalistik” yang diadakan dikampus Unsyiah dan UIN, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa “Siapapun bisa menjadi penulis”. Kita semua bisa menjadi seorang penulis dan itu semua tergantung pada diri kita apakah kita mau mengasah kemampuan kita atau terus tertinggal dengan kemajuan dunia pendidikan ini.

Muncul pertanyaan dibenak kita; kenapa masih banyak yang enggan dalam menulis? karena mereka beranggapan bahwa menulis itu bakat kalau tidak punya bakat maka tidak bisa menulis. Teori ini dibantah oleh pak Yarmen Dinamika (Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia), dalam seminar di kampus Ekonomi Unsyiah. Beliau mengatakan, siapapun bisa menjadi penulis karena menulis itu bukan bakat tetapi usaha yang terus diasah, kalau kita mengamati penulis-penulis hebat mereka bukan keturunan seorang penulis, karena mereka menulis itu dengan hasil kerja keras dan terus diasah dalam kemampuan menulis.

Berdakwah Dengan Tulisan
Media sosial saat sekarang ini sudah menjadi kebutuhan bagi rakyat Indonesia oleh karena itu kita bisa memanfaatkan tulisan kita untuk berdakwah, kita tidak perlu beretorika dengan mengeluarkan suara didepan mimbar saat ini cukup dengan tulisan karena dimana saja orang bisa membacanya dan dengan menulis itu juga kita telah menjalin sebuah ukhuwah.

Kita sebagai orang muslim harus menggunakan media sosial ini untuk berdakwah melalui tulisan kita seperti yang dikatakan oleh Dr. Zakir Naik “Muslims must be use social media for dakwah”.

Kalau kita telah menguraikan kata-kata yang bernafaskan Islam dan berdakwah melalui media sosial maka kita telah menjadi seorang pejuang pena dan mudah-mudahan dari kita lahir pejuang pena dengan penanya berdakwah melalui tulisan dan tulisannya itu setapak yang bisa membawa orang lain ke arah mata air.

Tanda Pernah Hidup
Pramoedya Ananta Toer mengatakan “Kamu boleh saja pintar setinggi langit, tapi sebelum kamu tidak menulis maka kamu akan tenggelam dalam sejarah” dan William Shakespeare juga mengatakan kalau anda ingin dikenang setelah kematian anda maka menulislah.

Para penulis terus kita kenang sampai sekarang, ide dan pikirannya terus kita pelajari melalui tulisannya. Walaupun mereka telah tiada namun mereka tetap di ingat itu kerena tulisannya. Imam al-Ghazali, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Taimiyah, Imam empat mazhab dan ulama-ulama terkenal lainnya sebagai contoh bukti kita masih mengenang mereka melalui tulisan-tulisannya.

Apa yang kita ketahui dan apa yang kita rasakan sehingga tidak hilang begitu saja ditiup oleh angin maka Imam Syafi’I menganjurkan kepada kita untuk menulis sebagai pengingat.

Imam syafi’I mengatakan:
العلم صيد والكتابة قيده # قيّد صيودك باالحبال الواثقة
(“Ilmu itu buruan dan tulisan itu ikatnya # maka ikatlah buruanmu itu dengan tali yang kuat”).

Menulis dalam kehidupan ini begitu penting dan bermanfaat, tidak ada kata susah untuk menjadi penulis karena siapapun bisa menjadi penulis; kita bisa menjadi seorang penulis kalau kemampuan kita terus diasah dengan usaha kerja keras sehingga lahir pejuang-pejuang pena melalui tulisannya dan terus dikenang sepanjang masa walaupun dia telah tiada dan dengan tulisan itu membuktikan bahwa pejuang pena itu pernah hidup didunia ini.

*Penulis: Ketua Umum FORKAT (Forum Kajian Aqidah Filsafat) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Alumni Ponpes Nurul Islam Belang Rakal Bener Meriah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.