Amsterdam, Ibukota Negeri Belanda yang Cantik

oleh
Aku di salah satu sudut kota Amsterdam

[10 Hari Menjelajah Eropa (bag 8)] 

Oleh : Qien Mattane Lao*

Amsterdam seperti kita semua tahu adalah ibukota Belanda. Ini kota yang paling ramai di Belanda, tapi jangan bayangkan seperti Jakarta. Penduduk Amsterdam tidak sebanyak itu, bahkan penduduk seluruh negeri Belanda pun tidak sebanyak penduduk Jakarta.

Suasana Kota Amsterdam
Suasana Kota Amsterdam

Tidak seperti Jakarta atau bahkan Paris yang baru kami tinggalkan, di Amsterdam tidak ada kemacetan. Di sini bangunan dan perumahan dikelilingi oleh kanal-kanal bersih. Semuanya tertata cantik dan apik. Jangankan dibandingkan dengan Ciliwung, bahkan dibandingkan dengan dibandingkan sungai Seine yang membelah kota Paris. Sungai-sungai di Amsterdam ini jauh lebih bersih.

Dam Square yang berlokasi di pusat Amsterdam bisa dikatakan adalah pusat keramaian kota ini. Tapi meskipun suasananya ramai, yang namanya jalanan tetap lengang dan bebas macet. Benar-benar menyenangkan menyaksikannya. Ini bisa terjadi, karena seperti di Volendam, di sini pun bukan mobil atau motor, tapi sepeda lah yang jadi alat transportasi sehari-hari masyarakat. Kemudian selain sepeda, untuk berpergian, mereka juga menggunakan kapal-kapal kecil. Kapal-kapal itu diparkir berderet di sepanjang kanal.

Seperti di Paris, di Amsterdam kami juga menikmati wisata air ‘Canal Cruise’. Kami serombongan diajak menyusuri Amsterdam dengan perahu boat.

Aku di salah satu sudut kota Amsterdam
Aku di salah satu sudut kota Amsterdam

Di sepanjang perjalanan, kami semua disuguhi pemandangan yang indah.Rumah rumah penduduk dengan arsitektur khas Belanda yang berjejer rapi di sepanjang sungai. Rumah-rumah ini semua seragam, yang membedakan cuma warna pintunya. Rumah-rumah itu terlihat segar karena di tiap rumah pasti ada bunga, kalau di beranda ya di atas balkon. Terus, melihat orang-orang Belanda  yang menghabiskan waktu sambil duduk duduk di pinggir sungai juga menarik. Kami juga melewati jembatan dan rumah yang berbentuk perahu.

Sebenarnya perjalanan Canal Cruise ini cukup lama, 1 jam 15 menit. Tapi karena pemandangannya memang menarik perjalanan selama itu sama sekali tidak terasa.

Selesai dengan wisata air ini, kami diajak untuk mengunjungi tempat pengasahan berlian. Sebab Belanda memang sejak dulu  terkenal sebagai tempat pengasahan berlian nomor satu di dunia. Tambang-tambang berlian besar di Afrika Selatan rata-rata merupakan milik orang atau perusahaan Belanda.

Pemandangan dari atas ‘Canal Cruise’
Pemandangan dari atas ‘Canal Cruise’

Kali ini tempat pengasahan berlian yang kami kunjungi adalah Coster yang merupakan salah satu tempat pengasahan berlian tertua yang masih beroperasi.

Di tempat ini, karena sering dikunjungi turis, mereka mempunyai beberapa pegawai dari berbagai negara. Sehingga penjelasan kepada turis yang berkunjung bisa mereka sampaikan dengan bahasa tempat turis berasal. Rombongan kami tentu saja disambut oleh yang berasal dari Indonesia.

Kepada kami  mereka menjelaskan proses pengasahan berlian sejak mulai dari batu sampai menjadi berlian yang indah dan berharga mahal. Proses pengasahan ini dilakukan di sebuah ruangan yang sangat luas dan sangat terang.

Sebelum ke sini , aku membayangkan berlian seperti di gambar-gambar, memiliki ukuran  yang besar. Tapi waktu di sini berlian yang aku lihat sedang diasah itu, ternyata kecil-kecil sekali. Rata-rata cuma seukuran biji beras, yang kalau kena cahaya akan memantulkan bermacam warna.

Staf ‘Coster’ asal Indonesia sedang menjelaskan tentang pengasahan berlian
Staf ‘Coster’ asal Indonesia sedang menjelaskan tentang pengasahan berlian

Untuk mengasah berlian dengan ukuran seperti itu,  tentu saja sangat sulit dilakukan dengan mata telanjang. Jadi untuk mengasah berlian, para pekerja di tempat ini menggunakan kaca pembesar yang berlapis-lapis. Makin kecil berliannya makin banyak lapisan kaca pembesar yang dipakai. Dan itupun masih belum cukup, mereka masih memakai kacamata dan sudah begitupun matanya masih sering dipicingkan.

Saat mengasah berlian, mereka menggunakan pinset untuk menjepit berlian yang diasah ke sebuah alat seperti batu pengasah yang berputar kencang. Kulihat  ujung-ujung jari pekerja di sini banyak yang luka, karena tidak sengaja terkena pengasah yang berputar cepat.

Di sini aku baru tahu, ternyata harga berlian itu tergantung dari empat hal yaitu carat, warna, kejernihan dan potongannya.  Makin rumit potongannya, makin mahal.  Menurut penjelasan mas-mas staf perusahaan ini. Kalau berlian yang potongannya rumit dan cantik, harganya sangat mahal. Bisa buat beli rumah.

Dari penjelasan mas-mas  yang mirip orang Ambon tapi ternyata orang jawa ini. Aku juga jadi tahu, kalau dua berlian yang sangat terkenal di dunia  ‘Crown Jewels’ dari Inggris dan ‘Dresden Green’ dari Jerman ternyata diasah di tempat ini.

Setelah melihat proses pengasahannya, kami dibawa ke Galeri tempat  beberapa berlian yang siap pakai dipamerkan  dan boleh dibeli oleh pengunjung.  Tentu saja aku tidak punya uang untuk membelinya. Tapi ternyata Teh Sari, salah satu rombongan kami yang berasal dari Bandung dibelikan berlian oleh suaminya Aa Ardi.

Begitulah cerita perjalananku di Amsterdam

*Penulis adalah puteri Gayo asal Kute Rayang, Isak, kelahiran desember 2004

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.