Gayo Art Summit: Roh Tradisi Nilai Budaya Gayo dan Alas

oleh

Oleh: Ansar Salihin

GAS-posterNegeri Antara Dataran Tinggi Tanah Gayo, begitulah sebutan untuk daerah Aceh yang berada di wilayah tengah dan tenggara. Selain hawanya sejuk, alam dan lingkungannya juga begitu indah hijau terbentang diantara bukit dan ngarai. Curah hujan begitu tiggi menjadikan tanahnya subur, sehingga mendapat julukan Tanoh Gayo serpihan tanah surga. Selanjutnya secara kehidupan sosial, masyarakat menempati daerah tersebut memiliki seni dan budaya serta adat istiadat begitu kaya, nilai inilah menjadi identitas masyarakat sehingga terus dilestarikan dan dikembangkan sampai sekarang.

Wilayah tengah dan tenggara provinsi Aceh dihuni oleh dua etnis masyarakat asli yaitu Gayo dan Alas. Masyarakat Gayo mendiami tiga kabupaten (Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues), sementara masyarakat Alas mendiami kabupaten Aceh Tenggara. Secara sosial budaya masyarakat Gayo dan Alas memiliki kedekatan dan kesamaan budaya, karena etnis Gayo dan Alas masih satu rumpun Melayu Tua yang pertama kali menempati wilayah Aceh. Selaian itu juga secara sejarah kekeberen (Cerita rakyat Gayo), bahwa Gayo, Alas dan Karo merupakan satu keturunan.

Berdasarkan hal tersebut untuk tetap menjaga tali silaturahmi dan kebersamaan, mahasiswa empat kabupaten tersebut yang berada di Banda Aceh membentuk sebuah event seni budaya yang diberi nama “Gayo Art Summit” yang berarti kesenian dataran tinggi Gayo. Gayo Art Summit sampai tahun 2014 ini telah melaksanakan tiga kali event seni budaya setiap tahunnya. Gayo Art Summit menampilkan segala potensi seni dan budaya berasal dari Gayo dan Alas, tujuannya untuk melestarikan, mengembangkan dan mempromoasikan seluruh kekayaan Gayo dan Alas.

Sabtu, 13 Desember 2014 merupakan puncak pagaleran seni dan budaya Gayo Art Summit  di Gedung Acc Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Gayo Art Summit tahun ini mengusung tema “Hertage Of Gayo & Alas” yaitu warisan budaya Gayo dan Alas. Acara ini dihadiri lebih dari 3. 000 orang yang memenuhi gedung Acc yang seharusnya bermuatan 2.500 kursi, sehingga sebagian pengunjung harus duduk di lantai dan di tangga, beridiri di belakang sampai memadati seluruh pintu masuk gedung Acc. Pagelaran seni budaya ini juga dihadiri langsung oleh Bupati Bener Meriah, Asisten 1 Gubernur, Anggota DPRI, DPRA, tokoh masyarakat, budayawan, akademisi, mahasiswa dan masyarakat umum.

Sembilan pertunjukan yang dipersembahkan oleh mahasiswa yang berasal dari empat kabupaten tersebut baik tari, musik dan pertunjukan lainnya. Secara umum kesenian yang dipersembahkan adalah kesenian tradisi dari masing-masing daerah seperti Sebuku, Didong, Guel (Aceh Tengah dan Bener Meriah), Saman dan Bines (Gayo Lues), Tangis Dilo dan Belo Mususun (Aceh Tenggara). Kemudian ada juga garapan musik tradisi dan tari Klosal pintu tua (Gabungan seni budaya dari empat kabupaten). Acara ini juga dimeriahkan oleh grup band yang ternama di Gayo Ervan Ceh Kul menyanyikan tiga lagu.

Potensi Empat Kabupaten dalam Gayo Art Summit
Aceh Tengah salah satu kabupaten yang terletak di tengah-tengah Provinsi Aceh yang ibu kotanya berada di Kota Takengon. Disebut negeri antara konon katanya menurut legenda masyarakat bahwa orang Gayo itu berasal dari negeri kayangan keturunan bidadari tujuh. Betul adanya atau tidak, yang jelas menggambarkan daerah ini sebagai negeri antara adalah alamnya yang indah, subur dan sejuk. Potensi alam yang menjadi objek pariwisata yang terkenal di Aceh Tengah adalah Danau Laut Tawar, selain potensi objek pariwisata Danau tersebut juga menjadi patensi ekonomi perikanan masyarakat yang tinggal disekiranya. Selain nelayan, potensi ekonomi tersebesar di Aceh Tengah adalah petani kopi Arabika dan palawija. Aceh Tengah juga kaya dengan kekayaan seni dan budaya serta adat-istiadat masyarakat yang masih kuat dan terus dilestarikan. Kesenian tersebut diantaranya Didong, Tari Guel, Teganing, sebuku/pepongoten, dan kesenian lainnya, sementara dalam produk seni rupa dan kerajinan ada kerawang Gayo, Keni Gayo, Umah Pitu Ruang dan produk budaya lainnya.

Bener Meriah (Negeri Gajah Putih) merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2004, ibu kotanya terletak di Simpang Tiga Redelung. Bener Meriah memiliki kesamaan dengan Aceh Tengah baik secara bahasa, adat-istiadat, maupun seni budaya. Karena kedua kabupten ini penduduk aslinya berasal dari satu keturunan Reje Linge (Raja Linge). Potensi alam bidang ekonomi Bener Meriah terkenal dengan penghasil kopi terbesar di Aceh juga di Indonesia, Kopi Gayo bermutu baik telah diakui dunia Internasional. Selain petani kopi masyarakat Bener Meriah juga bertani palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan terbesar di Aceh. Secara kesenian Bener Meriah sama dengan kesenian di Aceh Tengah seperti Didong, Tari Guel, Teganing, sebuku/pepongoten dan sebagainya. Begitu juga produk seni rupa dan kerajinan ada Kerawang Gayo, Keni Gayo, Umah Pitu Ruang dan produk budaya lainnya.

Aceh Tenggara (Tanah Alas, Negeri Leuser) Kabupaten ini terletak di bagian Tenggara Provinsi Aceh dengan ibu kota Kute Cane. Daerah ini berada di bagian pegunungan bukit barisan gunung Leuser. Potensi alam pariwisata di Aceh Tenggara sangat terkenal adalah Taman Nasional Gunung Leuser, dan masih banyak objek wisata lainnya. Sementara potensi alam bidang ekonomi masyarakat sebagain besar berpenghasilan pertanian coklat, jagung, padi dan ada juga budidaya perikanan kolam. Selanjutnya kekayaan seni budaya diantaranya tari Mesekat, tari Belo Mususun, Tangis Dilo dan kesenian lainnya.

Gayo Lues (Negeri Seribu Bukit) Kabupaten ini merupakan pemekaran dari kabupaten Aceh Tenggara tahun 2002, ibu kotanya  terletak di Blang Kejeren. Sebutan negeri seribu bukit karena letak geografisnya yang dihiasi oleh bukit-bukit yang jumlahnya mencapai ribuan. Sebagian besar wilayahnya termasuk dalam gugusan bukit barisan Taman Nasional Gunug Leuser. Petensi ekonomi sebagian besar masyarakat Gayo Lues berpenghasilan pertanian, peternakan dan pertambangan. Potensi seni budaya yang sangat terkenal dan telah diakui warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO adalah tari saman. Selain tari saman kesenian lainnya ada tari Bines, Debus, Didong Alo dan kesenian lainnya. Sementara hasil seni rupa dan kerajinan Gayo Lues juga memilki kerawang Gayo yang diterapkan dalam pakaaian adat gayo, rumah adat, tikar, dan produk budaya lainnya.

Potensi Seni Budaya dan Roh Tradisi dalam Gayo Art Summit
Pagelaran seni budaya Art Summit diawali dengan garapan musik tradisi dengan menggabungkan beberapa instrumen alat musik tradisi dan modern seperti suling, teganing, rapai, didong, bunyi gerak saman, biola, gitar, drum dan alat musik lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan menyayikan lagu Indonesia dan lagu tawar sedenge, lagu ini diciptakan oleh seorang maistro legendaris Gayo Ar. Moese, sebagai pembangkit semangat dan pemersatu masyarakat Gayo dan Alas.

Selanjutnya Tari Bines dan Belo Mesusun, Tari Bines merupakan tarian tradisional Gayo Lues.Tari ini ditarikan para wanita dengan cara berdiri berjajar sambil menyanyikan syair berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Di Gayo Lues tari ini dijadikan sebagai tari untuk menyambut tamu. Dalam pementasan Gayo Art Summit tari bines yang ditampilkan sudah mengalami beberapa kreasi gerakan dan pengembangan, namun tidak menghilangkan nilai identitasnya. Dalam hal ini tari bines juga digabungkan dengan tari belo mesusun dengan panari yang sama, tidak ada jeda waktu dalam pementasannya. Tari belo mesusun (Sirih bersusun) adalah tarian tradisional berasal dari Aceh Tenggara, tarian ini dimainkan oleh gadis-gadis untuk acara penyambutan tamu dengan komposisi seperti menyusun daun sirih.

Kemudian Tari Guel adalah salah satu khasanah kesenian tradisi Gayo khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah. Tarian ini memiliki kisah panjang dan unik dan merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari. Dalam perkembangannya, tari guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkkungan kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Dalam pementasan Gayo Art Summit tari guel dimaikan oleh dua orang laki-laki sepuluh orang perempuan. Dua penari laki-laki ini merupakan gambaran gajah putih merupakan jelmaan manusia yang menyimpan rasa dendam akibat kematian saudaranya karena tahta kerajaan.

Tari saman adalah sebuah tarian berasal dari Gayo Lues biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan bahasa Gayo. Tari saman didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo. Tari dengan julukan seribu tangan ini dimainkan oleh orang laki-laki dengan mengandalkan gerakan tangan, kepala, tepuk tangan dan tepuk dada. Saman dalam Gayo Art Summit telah memberikan warna baru dalam dunia kesenian, karena adanya pengembangan khusus dalam gerak dan syair, sehingga kreasi ini menjadikan tari saman semakin kaya dan memilki nilai yang lebih luas.

Didong adalah sebuah kesenian rakyat Gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah) yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Salah seorang seniman yang peduli pada kesenian ini adalah Abdul Kadir To`et. Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Kreasi baru Didong dalam pementasan Gayo Art Summit menjadikan kesenian ini tidak monoton, karena ada pengembangan bunyi tepukan dan gerakan yang menarik, sehingga membentuk pola pertunjukan didong lebih kaya akan nilai estetisnya.

Puncak dari pertunjukan ini adalah tari klosal pintu tua karya Teuku Aga Dewanatara, merupakan sebuah garapan tari yang dikolaborasikan dengan musik, teater dan puisi. Unsur budaya yang dilahirkan dalam karya ini merupakan nilai-nilai budaya berasal dari empat kabapaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, tari klosal ini dimainkan oleh 50 penari dan 20 pemusik. Unsur keseniannya ada tari guel, bines, belo mesusun, dan gerak tari lainnya, sementara unsur musik mulai dari tradisi didong, rapai, suling, teganing, canang, juga musik modern seperti drum, gitar, biola, vioano dan alat musik lainnya. Pertunjukan ini menceritakan tentang sejarah perjalanan hidup masyarakat Gayo dan Alas mulai dari kehidupan berburu, zaman kerajaan, zaman kolonial penjajan dan sampai zaman sekarang. Kesan yang disampaikan dalam pertunjukan ini mulai dari kesedian, keresahan, kesenangan, ketakutan dan berbagai macam masalah dalam menjalani kehidupan ini, semuanya diakhiri dengan sebuah kegembiaraan jika ada kebersamaan dan kekompakan.

Gayo Art Summit merupakan wadah tranformasi budaya leluhur masyarakat Gayo dan Alas, yang dikemas dalam bentuk karya seni baik tardisi maupun kontenporer, sehingga melahirkan suatu semangat baru untuk melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa melalui roh tradisi dan nilai budaya lokal. Hanya ada dua pilihan terhadap pelestarian budaya bangsa ini, pertama membiarkannya tetap seperti apa adanya dan akan bertahan apabila kuat pengaruhnya dalam penampilan, kemudian kedua melakukan tranformasi nilai pengembangan tradisi untuk melahirkan kreasi baru dengan tidak meninggalkan roh tradisinya. Dengan demikian perkembangan kesenian tradisi budaya leluhur harus mengikuti perkembangan zaman, tampa menghilangkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Gayo Art Summit bukan semata gambaran seni budaya empat kabupaten, namun Gayo Art Summit mampu menjadi media promosi terhadap potensi alam, budaya, pariwisata dan tentunya mampu mengangkat eksistesi budaya Gayo dan Alas.[]

Ansar*Ansar Salihin Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang Sumatera Barat, Putra Kelahiran 11 Juni 1991 Buntul Kepies Bener Meriah, Penggiat seni di Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang, Editor Jurnal Seni Online Kuflet.com dan Wartawan LintasGayo.co, Sekarang berprofesi sebagai guru di SMK 1 Mesjid Raya Aceh Besar bidang Studi Desain Produksi Seni Kriya.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.