Takengon-LintasGayo.co : Petani bawang merah di seputar danau Lut Tawar khususnya di Kampung Nosar mengeluh. Harga selama 4 bulan ini anjlok, cuma dibandrol Rp. 6 ribu perkilogram.
“Sejak bulan Juli lalu, harga tidak naik-naik, hanya Rp.6 ribu perkilogram,” kata Gani, petani bawang merah yang mengaku masih membujang.
Menurutnya, harga ideal untuk bawang merah antara Rp.10 ribu hingga Rp.11 ribu, petani akan balik modal dan mendapatkan sedikit untung dari hasil usaha taninya.
“Dulu pernah sampai Rp.25 ribu perkilogram pernah juga Rp.15 ribu perkilogramnya,” ujar Gani.
Dirincikan, untuk 1 kaleng bibit bawang merah dengan perawatan maksimal akan menghasilkan panen 10-11 kaleng dengan masa tanam hingga panen selama 2 bulan 10 hari.
Gani dan petani bawang merah lainnya di kawasan tersebut berharap ada upaya pemerintah untuk menaikkan harga bawang merah, karena dari informasi yang diterimanya anjloknya harga karena adanya pasokan bawang merah dari luar negeri dan jika bercocoktanam bawang tidak lagi menguntungkan, dirinya mulai menjajaki pekerja sebagai pemburu giok.
“Jika terus menerus harga begini, saya tentu akan mencari pekerjaan lain untuk menutupi kebutuhan keluarga, mungkin ikut adik saya di Linge berburu giok,” katanya sambil menunjukkan beberapa koleksi batu giok milik adiknya warga Linge untuk dipasarkan.
Di Kemukiman Nosar biasanya petani bawang merah memanfaatkan masa lues belang (pasca panen hingga mulai musim tanam padi-red) untuk membudidayakan bawang merah yang biasanya 3 kali panen pertahunnya.
Di kawasan ini sejak lama dikenal sebagai penghasil bawang merah di Kabupaten Aceh Tengah. Warganya juga berprofesi sebagai petani kopi dan nelayan di Danau Lut Tawar seperti halnya kampung lain yang berdekatan, kampung Rawe dan Toweren. (Kh)
