Fikarwin Zuska; Sejarah tidak Ditulis di Ruang Vakum

oleh

Catatan Win Wan Nur

Fikarwin Zuska. (LGco_Kha A Zaghlul)
Fikarwin Zuska. (LGco_Kha A Zaghlul)

HARI pertama seminar Asal Usul / Budaya Gayo. Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant yang membawa makalah ‘Asal-Usul Gayo Menurut Orang Gayo’ merupakan salah seorang yang mendapat sambutan ‘paling hangat’. Dalam artian paling banyak diserang oleh peserta.

Pasalnya, isi makalah yang disampaikan oleh antropolog yang mengutip syair dari Tengku Mudekala dalam menceritakan asal-usul orang Gayo ini. Disalahpahami oleh sebagian besar peserta seminar.

Oleh peserta seminar, antropolog yang bukan kebetulan adalah cucu kandung dari Tengku Mudekala sendiri. Yang menyampaikan makalahnya secara antropologis, dengan tujuan menunjukkan cara bagaimana orang Gayo mengkonstruksi sejarahnya.  Oleh peserta yang mayoritas tidak memiliki latar belakang yang memahami antropologi. Disangka sedang menggunakan syair yang ditulis oleh kakeknya untuk mengklaim kebenaran sejarah asal-usul orang Gayo. Sementara setiap peserta seminar yang rata-rata adalah tokoh masyarakat di daerah masing-masing, juga memiliki cerita asal-usul orang Gayo dalam versi mereka sendiri yang berbeda dengan versi yang ditulis oleh Tengku Mudekala yang dikutip oleh cucunya. Sebagian lain, memandang dosen Universitas Sumatera Utara ini dengan pandangan remeh dan aneh, bagaimana seorang berpendidikan tinggi masih mempercayai hal yang sama sekali tidak logis seperti ini.

Akibatnya serangan  dan tudingan bertubi-tubi dari peserta seminar yang salah paham pun tidak bisa dihindari.

Tapi untunglah dengan pengalaman dan kapasitas keilmuannya yang sudah teruji. Fikarwin tidak terintimidasi oleh suasana yang berkembang. Sang Doktor asli Gayo ini dengan tenang menyampaikan bahwa paparannya bukanlah sebuah klaim atas kebenaran. Melainkan hanya menunjukkan cara orang Gayo memaparkan sejarah asal-usulnya. Sambil mengutip bait syair yang ditulis oleh Tengku Mudekala

Ini nume hadis, nume ari firman
Tentang benare gere jaminen
Sebeb gere kuengon urum mata

Fikarwin dengan senang hati menerima semua versi yang dipaparkan oleh peserta seminar yang memperkaya referensinya.

Pemakalah ini kemudian menyampaikan, adalah wajar kalau dalam pemaparan sejarah asal-usul Gayo ini, tiap orang memiliki versi sendiri-sendiri. Sebab sejarah tidak dibuat di ruang vakum. Maksudnya, setiap sejarah yang ditulis atau diceritakan, tidak bisa dilepaskan dari segala kepentingan orang yang menulis atau menceritakannya. Entah itu kepentingan politik, ekonomi maupun hegemoni budaya.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.