1962 ada Urang Gayo sekolah di Moscow

oleh
Nurdin Yunus saat melihat sebuah album lama di SMAN 1 Takengon. (LGco : Wein Mutuah)
Nurdin Yunus saat melihat sebuah album lama di SMAN 1 Takengon. (LGco : Wein Mutuah)
Nurdin Yunus saat melihat sebuah album lama di SMAN 1 Takengon. (LGco : Wein Mutuah)

Takengon-LintasGayo.co : Kejayaan Pendidikan Urang Gayo pada awal-awal Kemerdekaan Republik Indonesia memang pantas diacungi jempol. Kala itu, tidak sedikit diantara anak Urang Gayo mampu menjadi “Uwah Jalu” diluar tanah kelahirannya.

Pada medio tahun 1962 ternyata beberapa Urang Gayo pernah dikirim belajar ke luar negeri tepatnya ke Moscow (saat itu bernama Uni Soviet sekarang Russia) mengikuti program Pemerintah RI mengirim mahasiswanya untuk belajar keluar Negeri. Padahal, kala itu fasilitas pendidikan di bumi Gayo masih jauh dari harapan.

Salah satunya adalah Nurdin Yunus, pria kelahiran Toweren 20 Agustus 1942 menjadi satu diantara beberapa urang Gayo yang sempat menempuh pendidikan di Universitas Persahabatan Rakyat Patrice Lumumba-Moscow.

“Ada beberapa Urang Gayo yang saya ingat bersama saya dikirim belajar ke Moscow,” kata Nurdin Yunus saat berkunjung ke SMAN 1 Takengon yang menjadi tempat menempuh pendidikannya dan merupakan alumni perdama SMAN tertua di Aceh Tengah itu beberapa waktu lalu.

Dikatakan, beberapa Urang Gayo yang menempuh pendidikan di Moscow bersamanya diantaranya Samsiah, Yusuf Gayo, Munaf, Rahmatsyah, Hamid, Sarjo dan Daud Gayo.

“Itu nama-nama yang saya ingat, tapi menurut kabar yang saya terima saat itu ada beberapa orang lagi yang dikirim ke negara lain, saya tidak ingat namanya,” kata Nurdin Yunus yang sudah menjadi warga nagara Jerman sejak tahun 1991 ini.

Pengiriman mahasiswa Indonesia untuk belajar keluar negeri merupakan program dari Presiden Indonesia saat itu Bung Karno untuk menambah Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dalam pengelolaan Sumber Daya Alamnya.

“Bung Karno saat itu tidak mau bergantung kepada asing dalam pengelolaan SDA Indonesia maka kami dikirim untuk belajar keluar Negeri, memang yang terbanyak ke Moscow karena hubungan Indonesia-Uni Soviet saat itu sangat baik,” pungkas Nurdin Yunus.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.