Band Etnic Gayo Meriahkan Panggung Politeknik Expo 2014

oleh
Penampilan Band Sengor Nuten Ethnica. [Diana Syahputri | acehxpress.com]
Penampilan Band Sengor Nuten Ethnica. [Diana Syahputri | acehxpress.com]
Penampilan Band Sengor Nuten Ethnica. [Diana Syahputri | acehxpress.com]
Lhokseumawe : Music  etnic tidak selamanya harus menggunakan alat music tradisional dalam penggunaannya. Hal ini dibuktikan oleh grup seni Sengor Nuten Etnicha yang membius dan memukau  penonton yang hadir dalam ajang persembahan kesenian/kreatifitas mahasiswa pada acara Politeknik Expo 2014, sabtu (8/11) dipelataran gedung administrasi kampus politeknik negeri Lhokseumawe.

Grup kesenian yang terdiri dari sepuluh personil ini menghadirkan beragam alat music tradisional yang digabung dengan music modern, mulai dari Rapai, Didong Gayo, Guitar hingga Bass Guitar. Terbukti hasilnya seluruh penonton berdecak kagum dengan kolaborasi gabungan mahasiswa asal dataran tinggi gayo yang keseluruhannya sedang menempuh pendidikan di Lhokseumawe, Aceh Utara.

Saat ditanya oleh pembawa acara makna dari nama Sengor Nuten, salah satu personil menjelaskan bahwa arti dari Sengor Nuten adalah hutan seram. Ketika ditanya kenapa mengusung nama tersebut, karena unik dan memiliki makna yang dalam.

“Sengor nuten berarti hutan seram. Didalam hutan yang seram, ada kesunyian yang tenang dan indah. Kami mengusung tema ini karena ingin memainkan kolaborasi antara music tradisional dan modern untuk mendapatkan hasil music yang tenang dan indah agar bisa dinikmati” jelas Taufik Muchlisin, salah satu personil band ethnic ini.

Keseluruhan personil terdiri dari Taufik Muchlisin sebagai  gitaris, Ricki Satria Linge sebagai vocalis yang juga sekaligus gitaris dan Ismail Kurniawan sebagai Bass Guitar. Sedangkan pemain alat music tradisional Rapai terdiri dari Iwan Ara, Kurnia Adha Ari Sarga dan Jumadi.

Untuk bagian alat music Didong Gayo dibawakan oleh Siswan Toni, Johan Syahputra, Randa, Alwin Syahputra dan taufik. Tak tanggung-tanggung, butuh waktu latihan ekstra dua minggu penuh untuk dapat tampil maksimal diatas panggung.

Saat tampil, grup band ini mengusung lagu-lagu bertajuk Lestarikan Alam, khususnya hutan. Melalui kolaborasinya,  grup band ini menyampaikan pesan tersirat pentingnya menjaga keseimbangan dan kelestarian hutan untuk generasi berikutnya, karena merusak alam berarti menghancurkan generasi yang akan datang.

“Harapan saya secara pribadi untuk Sengor nuten Ethnic, agar kedepannya kita tidak pernah berhenti memperkenalkan budaya sekaligus melestarikannya lewat karya seni. Dan semoga kita bisa lebih baik kedepannya” ujar Ricki Satria Linge, ketua Band Sengor Nuten Ethnic, saat dihubungi pihak AcehXpress (8/11).

Semoga semakin banyak putra-putri bangsa yang juga ikut peduli dan melestarikan kebudayaan melalui hal-hal positif seperti ini, agar budaya tetap dikenal dan mengikuti perkembangan zaman. [Diana Syahputri | acehxpress.com]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.