Sanggar Kuyun Toa pasrah dengan apa yang ada saja

oleh
Pengurus dan anggota sanggar Kuyun Toa
Pengurus dan anggota sanggar Kuyun Toa

LIMA orang penari gadis cilik tampak sedang tekun berlatih di sela-sela persiapan penyelenggaraan MTQ se-Aceh Tengah ke-31 tahun 2014 yang akan dibuka oleh Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, Senin (13/10).

Para penari yang kelihatannya sudah terlatih itu tampak bersemangat walau dengan raut muka lelah, mungkin mereka lapar, hari sudah siang. Gerakan mereka diiringi saer lagu Gayo bernuansa Islam yang dilantunkan seorang perempuan dengan seorang bayi di gendongan. Seorang pria dewasa mengiringi lagu tersebut dengan tabuhan gegedem. Rupanya keduanya sepasang suami istri, Rosmania dan Zulman Hardy pengelola sanggar seni tari Kuyun Toa.

“Mendadak, kemarin kami diminta pihak panitia menyiapkan tarian Munalo menyambut pak Bupati besok, karena sudah terbiasa kami mengiyakan walau dengan honor yang tidak setimpal. Ini kegiatan yang baik, tidak dibayarpun kami siap,” kata Rosmania beberapa saat setelah istirahat melatih anak-anak itu, Minggu siang 12 Oktober 2014.

Dia kemudian bercerita sejarah sanggar Kuyun Toa yang rupanya sanggar seni tari Gayo satu-satunya yang ada di Kecamatan Celala yang masih eksis. Sebelumnya ada sanggar tari Saman yang berpusat di Kampung Tanoh Depet yang warganya 95 persen berasal dari Gayo Lues.

“Enam tahun lalu, saya terpaksa memenuhi janji saya kepada salah seorang bujang tue (bujangan tua) yang akhirnya menikah. Kepada dia saya berjanji jika dia bersedia menikah saya akan melatih anak-anak di di kampung Kuyun Toa menari Guel untuk memeriahkan pesta pernikahannya,” kenang Rosmania, tamatan SMA Ujung Temetas Takengon tahun 2005 ini.

Sejak itu, sanggarnya kerap diminta menari untuk pesta pernikahan di kecamatan tersebut, sesekali diminta mengisi acara hiburan untuk kegiatan resmi seperti acara yang menghadirkan Bupati Aceh Tengah.

“Kalau acara pesta perkawinan kami dibayar Rp.500 ribu, itupun jarang-jarang saja jika ada orang berada yang menggelar pesta,” ujar Rosmania. Uang tersebut digunakan untuk menyewa pakaian Kerawang Gayo dari Takengon, Rp. 25 ribu satu stel. Sisa uang sewa ditambah keperluan lain dibagi habis untuk anak-anak penari dan untuk dirinya.

“Pekerjaan ini hobi kami saja, untuk menghidupi keluarga tentu tidak mungkin. Kami petani di sawah dan kebun kopi,” ujarnya.

Bekalnya melatih tari diperoleh saat menjadi anggota tari binaan koreografer tari Gayo handal, Ibrahim Kadir. Rosmania pernah menari di lokasi wisata Pantan Terong Aceh Tengah menyambut kedatangan Wapres Hamzah Haz saat bupati Aceh Tengah dijabat Mustafa M. Tamy. Selain itu, dia juga ikut menari saat peresmian Bandar Udara Rembele tahun 2003 silam.

Ditanya perlengkapan sanggarnya, Rosmania yang berasal dari Lot Kala Kebayakan ini mengaku tidak mempunyai aset apapun untuk mendukung penampilan penarinya.

“Kami tak punya alat musik seperti Gegedem dan Canang. Kostum penampilan juga tidak ada, kami meminjam gegedem dan menyewa pakaian jika diminta menari,” ungkap Rosmania.

Dia mengaku tidak tau apakah ada program pembinaan seni budaya oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, tapi tidak tau bagaimana cara menjadi bagian dari program pembinaan itu.

“Kami kan orang kampung jauh dari kota, pasrah saja dengan apa adanya,” tandas Rosmania diamini Zulman suaminya. (Kha A Zaghlul)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.