CCTV Tuhan

oleh

Oleh. Drs, Jamhur Ungel, MA[*]

Semua manusia muslim memahami bahwa ada Malaikat di sebelah kanan yang sesalu mencatat kebaikan dan di sebelah kiri mencatat amal kejahatan, catatan kebaikan dan kejahatan ini akan dinampakkan diakhirat nanti untuk menentukan apakah seseorang mendiami tempat yang baik atau mendiami  tempat yang tidak baik berdasarkan balasan amalnya ketika hidup di dunia.

Itu adalah sebuah pemahaman dari apa yang telah disebutkan oleh Allah di dalam al-Qur’an. Tulisan ini ingin membahas dari sudut pemahaman yang lain sesuai dengan kemajuan media komunkasi saat ini dengan harapan para pembaca dapat memahaminya dengan logika yang berkembang saat ini.

Dari al-Qur’an kita pahami bahwa masa hidup manusia itu ada tiga kali, pertama ketika semua ruh dikumpulkan oleh Tuhan dan di situ ada sebuah perjanjian pengakuan bahwa Tuhan sebagai khaliq dan semua ruh dan yang lainnya adalah makhluq, kemudian semua ruh yang telah berjanji itu dimatikan kembali. Selanjutnya ruh dihidupkan dalam kehidupan kedua, yaitu kehidupan kita di dunia sekarang ini. Dalam kehidupan kedua ini semua ruh (manusia) telah mengikat atau mempunyai janji dengan Tuhan sebagai Kaliq ruh/manusia sebagai makhluk yang harus mengabdi kepada-Nya. Perbedaan antara kehidupan pertama dengan kehidupan adalah kehidupan pertama merupakan pengikatan janji yang disebut dengan aqidah dan pada kehidupan kedua semua manusia sudah mempunyai aqidah dan manusia diberi kesempatan untuk  tetap memilih dalam aqidah sesuai dengan janji atau melanggar pilihan  (ikatan janji).  Kalau memilih mengingkari pilihan maka jelas dalam pandangan aqidah islam mereka adalah orang yang ingkar atau tidak disebut dengan muslim, namun bila memilih aqidah yang sesuai dengan janji maka ia dikatakan dengan muslim.

Setelah memilih aqidah yang sesuai dengan janji maka itulah aqidah yang benar menurut Tuhan, namun tidaklah memadai dengan ketepan pilihan tersebut tetapi harus mentaati seluruh apa yang yang menjadi konsekwensi dari kepatuhan. Hal-hal yang harus dipatuhi tersebut telah disebutkan secara umum di dalam al-Qur’an dan Hadis dan untuk lebih rinci diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memahaminya berdasarkan hidayah yang di dapat dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dalam memahami apa yang telah disebutkan secara umum oleh Tuhan banyak manusia memahaminya secara benar sesuai dengan kehendak Tuhan, namun ada juga yang memahaminya berdasarkan hawa nafsu dan keinginan sebagai manusia dan berlawanan dengan kehendak Tuhan.

Selanjutnya semua hasil pemahaman dari al-Qur’an dan Hadis haruslah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan diharapkan tidak ada sedikitpun perbuatan yang dilakukan berlawanan dengan kehendak Tuhan, tetapi dalam realitanya banyak sekali perbuatan dan tingkah laku mausia yang sudah menepati janji (beraqidah yang benar) berlawanan dengan dengan norma dan aturan perjanjian. Seperti, Tuhan secara jelas dan tegas menyuruh untuk shalat, puasa, berzakat, berhaji namun mereka tidak mau melakukannya seolah manusia idak tau bahwa perinyah itu ada atau juga manusia merasa bahwa apa yang diperintahkan itu tidak harus segera dikerjakan dan masih sempat dan ada masanya untuk melakukan. Demikian juga dengan banyaknya larangan yang tegas dan harus ditinggalkan seperti zina, pencurian, mabuk-mabukan dan lain-lain. Larangan ini disikapi dengan tidak ada beban dan rasa takut sehingga merasa malu bila tidak melakukannya dan malah menganggap bahwa ketika melakukan perbuatan Tuhan tidak mengetahuinya.

Manusia muslim yakin bahwa semua amal perbuatan yang dilakukan itu akan dipertanggungjawabkan pada kehidupan ketiga setelah kehidupan di dunia yang fana ini, namun manusia selalu berharap dengan mudah mendapat maaf (ampun) dari Tuhan dan berharap dengan mudah mendapat syafaat dari Nabi, manusia muslim tidak menyadari bahwa ampun dan syafaat itu tidah mudah untuk didapatkan dan kalaupun didapatkan haruslah dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tetap dalam bingkai janji dengan Tuhan.

Sebagai mana telah disebutkan di awal dari tulisan ini bahwa Tuhan merekam semua jejak kehidupan manusia sejak dari lahir sampai pada kematian tidak ada yang luput dari rekaman Tuhan. Bila kita menggunakan analogi dengan pengetahuan modern saat ini tentu semua orang tau ada sebuah alat (kamera) dan satelit yang dapat mengetahui rekam jejak yang dilakukan seseorang.  Acara yang populer di media sekarang ini ada CCTV dimana melalui alat ini kita bisa tau apa yang dilakukan seseorang cukup dengan memasang alat ini di suatu tempat, demikian juga kita bisa melihat hasil rekaman kamera  dan bisa diputar ulang untuk ditonton oleh semua orang, karena itu tidak juga salah bila dikatakan bahwa kehidupan ini sama dengan pembuatan film bagi seseorang dengan peran/adegan yang diperankan selama hidup.

Ketika kehidupan kedua berakhir manusia dimatikan dan masa memilih dalam berbuat tidak ada lagi karena kebangkitan untuk hidup masa ketiga bukan lagi untuk memilih tetapi merupakan masa untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan yang dilakukan di dunia dan telah terhimpun (terekam) di dalam kaset atau CD, sampai masanya nanti kaset atau CD ini akan kita tonton sendiri dengan harap-harap semas karena semua isinya akan menetukan tempat kita masuk serga atau neraka. Tuhan telah katakan di dalam al-Qur’an nahwa mereka yang telah menyaksikan dan mengetahui amalnya melalui film tentang peran dirinya yang di putar, ia akan berkata Ya Tuhanku saya telah menyaksikan semua amal yang saya lakukan ketika hidup di dunia, saya menyesal dan ingin kembali lagi kedunia untuk berbuat baik dan saya tidak akan berbuat salah lagi. Lalu Tuhan menjawab “masa shootingmu telah selesai dan semua penyesalan itu tidak ada gunanya.


[*] Dosen pada Fak. Syari’ah IUN Ar-Raniry dan Presenter pada Aceh TV.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.