Pilar Wih Ilang Dusun Bersejarah Multi Etnik

oleh

[Features]

Kampung Wih Ilang. (Foto Salman Yoga. S)
Kampung Wih Ilang. (Foto Salman Yoga. S)

Salah satu dusun di Kampung Wih Ilang Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah Minggu (5/10/2014) melaksanakan qurban bersama.

Nama Dusun Pilar diambil dari nama sebuah gunung di sekitar kampung tersebut yang bernama Pilar. Konon digunung ini terdapat sebuah Pilar peninggalan Belanda saat terjadinya kolonialisme di tanah Gayo pada awal abad ke-19 silam. Dusun ini dalam masyarakat setempat dan dalam administrasi kampung disebut juga dengan Blok 4, dengan jumlah penduduk lebih kurang 80 Kepala Keluarga.

Menurut salah seorang mantan tokoh DT/TII, Aman Syam, Kampung Wih Ilang sebenarnya adalah wilayah jelajah tentara DI/TII di bawah pimpinan Tgk. H. Ilyas Leube. Aman Syam mengaku pernah beberapa kali menjelajahi wilayah ini bersama Tgk. H. Ilyas Leube dan sejumlah sahabatnya pada kurun waktu 1953-1962, justru karena itulah saya faham dan mengerti betul akan potensi daerah ini untuk dijadikan areal perkebunan, jelas Aman Syam yang juga sebagai Pengulu Uten  ini.

Dan sebagai area perkebunan kopi sudah di buka pasca konflik DI/TII, saat itu, kata Aman Syam yang pernah diberi tugas sebagai Kepala sementara Kompi IV DI/TII ini, ia sengaja memohon izin kepaka Tgk. H. Ilyas Leube untuk memulai hidup baru dengan membuka perkebunan di Wih Ilang yang saat itu masih bagian dari administrasi Kampung Gele Lungi Kecamatan Pegasing. Sejak saat itulah Aman Syam beserta beberapa orang mulai membuka lahan yang kemudian diikuti oleh masyarakat umum, jelasnya.

Selain itu masyarakat Dusun Pilar Kampung Wih Ilang Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah ini ternyata dihuni oleh sejumlah etnik. Menurut Kepala Kampung Wih Ilang, Aman Erna, di antara masyarakatnya ada yang beretnik Batak, Jawa, Aceh dan Gayo. Di antara warganya ada yang masih tergolong sebagai muallaf, kerena baru masuk Islam sejak beberapa tahun lalu ketika sudah berada dan menjadi warga di dusun Pilar. Kesemua mereka berrmata pencarian sebagai petani kopi dan palawija.

Meskipun mereka berasal dari beberapa etnik yang berbeda namun secara keseluruhan warganya hidup rukun dan damai, tidak ada pertentangan satu sama lainnya. Kerukunan antar warga sangat di utamakan, kata Kepala Kampung yang akrap disapa dengan Aman Er  ini.

“Salah satu jalan untuk menjalin silaturrahmi dan pengertian serta solidaritas antar warga adalah  melalui ber-qurban bersama seperti tahun ini”, jelas Aman Er. [Salman Yoga S]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.