Negeri Seribu Bukit jadi pembuangan Orgil

oleh
penderita gangguan jiwa.(ilustrasi-google)

Blangkejeren : Masyarakat Blangkejeren, Gayo Lues, semakin resah akibat daerah mereka dijadikan lokasi pembuangan orang gila atau tidak waras dari berbagai daerah baik di Aceh maupun luar Aceh seperti Sumatera Utara (Sumut).

Kondisi ini sudah berlangsung dalam tiga tahun terakhir. Namun, tahun ini jumlahnya makin meningkat sehingga bisa mengancam warga dan mengganggu ketertiban dan keindahan kota karena mereka bebas berkeliaran di tengah kota.

Pantauan Analisa di Blangkejeren, pekan lalu, memperlihatkan, orang kurang waras ini bebas berkeliaran di Blangkejeren, ibukota Gayo Lues. Mereka adalah perempuan dan laki-laki dengan usia yang bervariasi.

“Ini sudah berlangsung lama dan makin tahun makin banyak saja,” ujar Hendrik, penduduk Blangkejeren saat berbincang dengan Analisa di kota “Seribu Bukit” tersebut.

Dikatakan, keberadaan orang kurang waras ini semakin meresahkan karena terkadang mengganggu masyarakat dengan cara melempar batu. Bahkan, mereka juga menyerang anak-anak yang tengah bermain dengan cara mengejarnya sehingga membuat anak-anak ketakutan.

Menurut Hendrik, orang kurang waras ini masuk ke Blangkejeren dengan cara dibuang dengan menggunakan mobil dari berbagai daerah. Biasanya mereka dibuang pada malam hari dan masuk melalui wilayah perbatasan dan dibuang di perkampungan di sekitar kota Blangkejeren.

“Kita berharap pemda bisa mengambil langkah tegas terkait kondisi ini,” ujarnya.

Kabag Humas Pemkab Gayo Lues, Syafruddin, saat dihubungi Analisa, Minggu (28/9) mengakui, saat ini Blangkejeren kerap dijadikan lokasi pembuangan orang kurang waras dari berbagai daerah sekitar. Kondisi mereka sangat memprihatinkan karena di antaranya perempuan.

Ironisnya, dia mengaku pernah melihat orang kurang waras dalam kondisi hamil yang ditandai dari ciri fisik wanita tersebut. Orang kurang waras ini berkeliaran di Blangkejeren dan tidak diketahui darimana asalnya.

Menghadapi hal ini, pemkab telah mengambil langkah-langkah dalam mengatasinya, seperti penertiban melalui Dinas Sosial dan Badan Satpol PP. Mereka kemudian dititipkan ke RSUD Blangkejeren.

“Mereka terpaksa kita titipkan karena Gayo Lues sampai saat ini belum memiliki RS jiwa Jiwa atau tempat karantina orang yang mengalami gangguan kejiwaan ini,” ungkapnya.

Dia juga berharap kepada pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tidak membuang orang tidak waras ke daerah ini karena tidak manusiawi. Selain meresahkan warga, juga mengganggu keindahan kota.

“Bagi warga yang merasa ada keluarga yang kehilangan sanak keluarganya dan mengalami gangguan jiwa, bisa melihat langsung ke Blangkejeren. Siapa tahu ada keluarga mereka yang dibuang orang yang tak bertanggung jawab,” ujarnya.

Menyinggung upaya mengembalikan orang kurang waras ini ke daerah asalnya, menurut Syafruddin pihaknya tidak bisa melakukannya karena tidak diketahui asalnya.

Secara terpisah, Kasatpol PP Gayo Lues, M Kasem mengatakan, sepanjang 2014, pihaknya sudah menangani 14 kasus orang tidak waras ini. Mereka yang ditertibkan ini dititipkan ke RSUD Blangkejeren untuk ditangani dan dikarantina.

Saat ini, ada empat kasus orang gila belum bisa ditangani pihak RS karena keterbatasan tempat perawatan. Akibatnya, mereka terpaksa melepas kembali orang tidak waras ini meskipun bukan solusi yang terbaik. (irn | [highlight]analisa[/highlight])

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.