Mana Tuhan yang sebenarnya ?

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[i]

Sebagian orang menganggap judul dalam tulisan ini terbaca aneh, kenapa tidak. Karena kalau kita masih bertanya mana Tuhan yang sebenarnya berarti masih ada tuhan yang tidak sebenarnya. Namun pertanyaan ini lebih penting lagi karena kita ingin menemukan Tuhan yang sebenarnya sesuai dengan kehendak Tuhan itu sendiri, ada orang yang takut bertanya tentang Tuhan sehingga dalam kehidupannya seolah tidak ada perbedaan antara Tuhan yang sebenarnya dengan tuhan yang tidah sebenanya. Kalimat “”لا إله إلا الله sebagai pengakuan dari Allah bahwa ada tuhan-tuhan selain dari diri-Nya, perspektif tuhan yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut adalah perspektif tuhan menurut sebagian manusia bukan perspektif Tuhan itu sendiri tetang Tuhan, karena Tuhan memurut perspektif Tuhan adalah Tuhan itu sendiri dan tidak ada yang lain.

Dalam priode Mekkah banyak orang-orang bertanya tentang Tuhan dan mereka ingin mengetahui Tuhan yang sebenarnya, pertanyaan itu muncul karena banyak sekali tuhan pada saat itu. Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Tuhan mengajar Nabi Muhammad untuk menjawabnya tersebut dengan mengatakan “Allah itu satu, Tuhan itu tempat bergantung (meminta), Tuhan itu tidak beranak dan juga tidak diperanakkan, Tiada seseuatu apapun yang menyerupai-Nya (al-Ikhlash). Jadi itulah Tuhan yang sebenarnya, hanya satu (tidak berbilang), tempat meminta atau bernaung, tidak punya garis keturunan keatas dan juga kebawah serta tidak ada yang serupa dengan-Nya.

Untuk lebih memperkenalkan Tuhan kepada manusia ulama menetapkan ada 20 sifat yang wajib diketahui oleh manusia dan juga sebaliknya ada 20 sifat yang mustahil, kemudian Tuhan itu mempunyai banyak Nama (asmaul husna). Kesemua Sifat dan Nama yang dimiliki Tuhan mempunyai makna yang berbeda dalam hubungan dengan makhluk-Nya. Terkadang manusia dengan keterbatasan kemampuannya dalam mengenal Tuhan sering mengagungkan Tuhan dengan satu, dua atau sebagian dari Nama-Nya, padahal kesempurnaan Yuhan itu diantaranya dapat dikenali dengan Nama-Nama dan Sifat-Nya

Manusia sering mengagungkan Tuhan dengan “Allahu Akbar” semata dengan mengabaikan Nama-Nama dan Sifat-Sifat yang lain, sehingga ketika apa saja yang terjadi mereka menyebut Allahu Akbar. Terjadinya kebakaran, banjir, gempa, merasa sakit, meminta keinginannya dipenuhi oleh pemimpin (demo), perang, mendapat rizki dengan tidak diduga, dll. semuanya dengan menyebut Allahu Akbar. Lalu pertanyaannya apakah itu salah, tentu jawabannya tidak berani kita katakan salah tetapi lebih pas dengan belum tepat. Pemahaman modern dalam menyikapi keberagaman manusia dalam bidang agama, bangsa, bahasa dan lain-lain mulai menggesar kata Allahu Akbar kepada Allah ar-Rahman dan ar-Rahim dengan mengharapkan lahirnya rasa kedamaian dan kasih sayang Allah dalam kehidupan manusia dan semua manusia akan merasakan bahwa Islam itu adalah rahmatan lil ‘alamin.

Untuk mengenal Tuhan lebih dekat lagi dengan menggunakan pengetahuan terhadap Sifat dan Nama-Nya maka kita harus mendekati-Nya melalui Sifat dan Nama tersebut, seperti meminta kekayaan kepada Nama Allah yang Maha Kaya, meminta kekuatan kepada Allah yang Maha kuat, meminta ilmu pengetahuan kepada Allah yang maha ‘Alim dan seterusnya. Itu diantara hakikatnya kita mengenal Tuhan.



[i] Dosen pada Fakultas Syari’ah dan ekonomi Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh,

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.