Gema Band, rasa dangdut di perkebunan kopi Gayo Uning Berteh

oleh

dangdutRUMAH kayu coklat di Kampung Bertek, Pante Raya, Bener Meriah akhirnya menjadi tempat bersejarah bagi penyanyi dangdut Gayo, Maya. Dirumah itulah–didalam sebuah gudang Kopi yang dirancang menjadi tempat latihan jelang konser di GOS Takengon, Rabu 24 September 2014 nanti, Maya kembali merasakan sentuhan musik Dangdut yang dimainkan para sahabat, pemusik senior asal Gayo yang terrnyata cukup lama terpencar akibat konflik yang melanda Aceh.

Rumah sederhana milik Pimpinan Orkes Dangdut Gema Band, Ampera, memang dirancang asyik, soalnya selain terbuat dari kayu vinus, rumah tersebut memiliki halaman kecil dengan hiasan bunga-bunga, dan jika ke belakang rumah ada kolam ikan mujahir dan emas. Satu lagi, rumah-rumah di kampung tersebut memang dikelilingi bukit dan kebun kopi juga.

Memang cukup menarik, pemusik yang akan mengiringi Maya Tawar adalah mereka yang pernah jaya di musik sebelum konflik. Mereka ahli di musik melayu dan dangdut, namun kemudian terpisah karena konflik. Mereka kembali menjadi petani “Kopi”, hingga akirnya penyanyi dangdut Niken mengejutkan mereka, dan kembali bermusik lagi di awal tahun 2014.

“Musik itu kan sudah menjadi jiwa kami,” Kata Bazil ketika ditemui LintasGayo.co di Pante Raya, Sabtu kemarin.

Mereka adalah Bazil (Bass), Iwan Dhen (Gitar), Dek Li (Keyboard), Hardi (Drum), Karman (Gendang), dan Sunar (suling).

Bakat mereka sangat luar biasa, sabtu ini, seraya dibumbui canda, sukses mengiringi 10 lagu Dangdut Gayo milik Maya. Musik heboh lalu mendayu.

“Alhamdulillah, pukulan gendangnya masih lancar. Selama ini kita terus  latihan walau tidak bersama Group,” ujar Karman.

Pasti tidak mudah, mereka harus mengkelarkan sedikitnya 14 lagu, karena Gema Band juga ikut mengiringi penyanyi kawakan Gayo Sakdiah dan Zuhra.  “Cukup dua kali latihan lagi, sudah bersih. Yang penting kopi lancar,” timpal Dik Li yang bertindak sebagai “pengarah” musik di acara Spirit of Gayo (cintai anak-anak kita) dalam konser Maya tersebut.

Tiada keluhan, yang ada hanya canda saja. Bagi Gema Band penampilan kali ini sangat spesifik karena dinuasa Gayo. Maya adalah pelantun dangdut Total yang punya ciri lagu “kisah” sehingga diperlukan penghayatan cukup, apalagi audien kali ini memang masyarakat Gayo. Mengumpulkan mereka juga tidak mudah, seperti kata Dik Li, dalam tempo singkat para personil betrhasil dikumpul, padahal sebelumnya cukup sulit karena kesibukan mereka sebagai petani kopi.

“Ini kali pertama Gema Band kembali di farmasi lengkap dengan personilnya,” ujar Dik Li.

Dan sebenarnya, beberapa personil Gema Band tidak asing bagi pemusik di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Mereka merupakan bagian penting dalam sejarah musik di Gayo. Berkat adanya merekalah, di dua Kabupaten yang dulu hanya disebut Kabupaten Aceh Tengah, sejarah mencatat lahirnya Group-group musik yang membawa nama kedaerahan yang kuat seperti; Gema Band, Andesbel (Anak Desa Blang Gele), Sambers (Sam Bersaudara), Cicimpala Band, Gebyar Lapampahan, dan Band Arpas (Air Panas).

Tentu cikal bakal itu lahir berkat Arimulomi Band di Aceh Tengah dan Reitem di Bener Meriah. Walau disebut Arimulomi sebagai pembawa jalan, Reitem juga banyak melahirkan bakat-bakat pemusik dan penyanyi Gayo.

“Kita pernah bersama-sama,” jelas Bazil.

Tidak salah, Maya harus berkorban puluhan kilometer menuju Uneng bertek untuk latihan lagu-lagu yang bakal dinyanyikan. Disitulah semangat rasa Dangdut itu ada, karena selain bermusik, pelakunya merupakan petani yang konsisten bertahan di jalur musik Melayu. Dan, ingin menyaksikan penampilan musik mereka? cukup menghadiri konser Maya, karena disitulah mereka akan menunjukan kebolehan musik dangdut mereka. Pasti seru!!!. (tarina)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.