Takengon-LintasGayo.co : Beralihnya fungsi hutan jadi lahan perkebunan, persawahan, perumahan, dan pengembangan tata kota membuat khawatir para pemerhati lingkungan di Takengon. Satu diantaranya Gayo Globe yang dikenal dengan program Gayo Go Green.
“Peralihan ini sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem Takengon dan ekolog tanoh Gayo serta Aceh secara keseluruhan. Banyak pohon ditebang dan hutan beralih fungsi,” kata Asep Rahmatsyah, Ketua Gayo Globe di Takengon, Sabtu (30/8/2014).
Dampaknya mulai dirasakan, ungkap Alumni SMA Negeri 1 Takengon (1984) itu, cuaca di Takengon makin panas. Lebih dari itu, masyarakat semakin susah mendapatkan air.
Oleh karena itu, usulnya, perlu hutan kota di Takengon. Hutan kota ini selain sebagai ruang terbuka hijau, daerah penyerapan sekaligus penyangga air, dan nantinya bisa jadi taman bermain bagi generasi muda Takengon.
“Kami mengusulkan agar Kawasan Ekowisata Pantan Terong dijadikan hutan kota. Karenanya, kawasan itu perlu lebih dihijaukan dengan penanaman pohon. Lebih khusus lagi, pohon-pohon endemik Gayo. Karena, di beberapa titik terjadi longsor. Salah satunya, di bagian sebelah kiri jalan menuju Pantan Sile,” sebutnya.
Kalau tidak diantisifasi, prediksinya, bisa memungkinkan terjadinya longsor dan mengancam warga yang mendiami Kampung Daling, Bahgie, Tensaran, Lelabu, Burbiah, Belang Gele, dan Kampung Pantan Sile. Lebih dari itu, berdampak terhadap ekosistem, kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat Takengon.
“Dalam waktu dekat, pengurus Gayo Globe yang baru saja melakukan pergantian pengurus itu akan menemui pihak-pihak terkait guna merealisasikan ide tersebut,” kata pengganti Windo Gusyah Putra itu. (Genali)
