Rukun Tige Belas H. Abdullah M (Gecik Tue Mongal)

oleh

[Saer]

 

Rukun tigebelas delé faedahé
sudere si munengé ini kami atur
ike tengah murip ibedet gere lalé
pabile maté pahla é munajur

Kami tiro maaf ku tengku sipané
kin lebih kurangé enti kin buah tutur
sikerna kami ni asal kaji balé
ari berani naté mah mudeni umur

Pertama niet mulo kite bubuh
mumeralai tubuh kasé wani kubur
si lime waktu enti berteteduh
asal gelah sunguh tengah ara umur

Yang kedue le berdiri tepat
Meluesen tempat lintang urum bujur
i yatan semala menghedep kiblat
mubueten tobat le enti tekabur

Ketige tekebir le sarat mengangku
kin gantini lampu si terang musempur
ingen kemiring tatangni pumu
Tuhen yang satu sipané munatur

 

l97l

 

H.-Abdullah-M-Aman-Nur-Jenah-Alias-Gecik-tue-MongalGecik Tue Mongal yang bernama asli H. Abdullah M Aman Nurjeh, lahir di Kampung Mongal pada tanggal 5 Juni 1934 dari pasangan H. Abdul Gani dan Hj. Jenibah. Pensiunan Kementerian Agama Kabupaten Aceh Tengah ini sejak muda telah banyak berkarya dalam seni dan adat-budaya Gayo. Pernah menjadi Kepala Kampung (Reje) Mongal selama 15 tahun pada saat terjadinya gerakan Darul Islam DI/TII pada tahun 1953-1962. Ia sempat dimata-matai oleh tentara negara Indonesia karena mendukung misi perjuangan penegakan syariat Islam dan bersahabat dengan tokoh utama DI/TII Aceh Tengah Tgk. H. Ilyas Leube.

Sejumlah naskah Saer-nya berbahasa Gayo dalam bentuk buku catatan pernah dipinjamkan oleh LK. Ara pada tahun 1970-an. H. Abdullah M banyak menulis dan mencipta tafsir ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Beberapa Saer panjangnya pada tahun 1965 khusus berkisah tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) di Takengon dan cerita tentang terbakarnya Masjid Kuba Kampung Bebesen.

Selain sebagai seniman yang mencipta syair-syair Didong ia juga seorang yang ahli dalam ber-Melengkan dan berpengetahuan luas dalam hal adat dan sejarah Gayo.

H. Abdullah M Aman Nurjeh alias Gecik Tue Mongal wafat pada hari Juma’at Tanggal 11 Januari 2013 di Rumah Sakit Umum Harapan Bunda Banda Aceh, dan dimakamkan di tanah kelahirannya Kampung Mongal pada hari Sabtu tanggal 12 Januari 2013. Almarhum banyak meninggalkan karya berupa Saer Gayo, syair Didong dan rekaman Melangkan. Saat ini salah seorang cucunya tengah menyiapkan Biografi almarhum dalam bentuk Skripsi sebagai syarat meraih gelar kesarjanaan disalah satu Perguruan Tinggi ternama di Medan-Sumatera Utara Jurusan Sejarah.[SY]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.