Mohammed Belhorma, dari Eropa untuk Gayo

oleh
Momo dan anak panti (Custom)
Momo dan anak panti

Seperti umumnya para pekerja kelas menengah di Eropa, Mohammed Belhorma memiliki kebiasaan libur ke luar negeri selama masa liburan. Tapi, tidak seperti mayoritas warga eropa yang menghabiskan masa liburan dengan bersantai dan hura-hura. Warga Perancis berdarah Maroko kelahiran Paris tahun 1978 ini memilih menghabiskan liburan untuk memberi manfaat bagi kaum muslimin yang hidupnya kurang beruntung.

Sebab berdasarkan pengalaman pribadi, anak tertua dari lima bersaudara ini. Di banyak negara, Kaum muslimin begitu tertinggal di segala bidang kehidupan, baik ekonomi maupun sosial. Dalam pandangannya, ini terjadi karena umat muslim zaman sekarang terjebak dalam berbagai doktrin keliru dari tafsir-tafsir sembrono akibat kurangnya penguasaan terhadap bidang-bidang ilmu pengetahuan yang dianalisa. Salah satu yang menurutnya paling parah meracuni umat Islam adalah pemikiran sesat yang dipropagandakan oleh Harun Yahya, seorang penulis Turki yang ide tulisannya persis sama dengan apa yang dikampanyekan oleh gerakan evangelisme Kristen yang berpusat di Amerika. Yang justru membuat umat Islam keluar dari semangat Islam sebenarnya dan semakin menjauh dari ilmu pengetahuan.

Karena itulah, Sarjana Biologi pemegang dua gelar master, masing-masing di bidang sejarah seni dan Museologi ini ingin membagikan apa yang dia punya, kepada umat Islam yang mau menerimanya. Tapi Mohammed tidak tertarik untuk membantu dengan sekedar memerikan simpati dan sedikit dana, lalu pergi.

Mengingat keterbatasan waktu dan dana yang dia punya, Mohammed memutuskan untuk memberikannya kepada anak-anak muslim yang tidak memiliki orang tua dan tinggal di Panti Asuhan. Anak-anak dia pilih karena anak-anak masih memiliki masa depan yang panjang sehingga apa yang dia berikan hasilnya akan lebih optimal. Meskipun dia tahu pasti hasil dari apa yang dia kerjakan tidak akan langsung kelihatan, tapi dengan memberikannya kepada anak-anak. Dia seperti sedang menjatuhkan bibit ke tanah basah, sehingga meskipun nanti dia sudah tidak lagi di sana, bibit itu akan tumbuh dan berkembang dan menyebarkan bibit-bibit baru ke tanah basah lainnya.

Kebetulan, Mohammed memiliki adik perempuan yang tinggal di California, Amerika Serikat yang merupakan donatur tetap untuk Panti Asuhan Yayasan Noordeen di Desa Dedalu, Aceh Tengah. Dari adiknya yang berprofesi sebagai dokter gigi inilah dia mengetahui informasi tentang Gayo.

Tanggal 8 april 2014 silam, lajang yang akrab dipanggil Momo ini tiba di Tanoh Gayo. Menjadi relawan, mengajarkan berbagai hal yang menurutnya berguna bagi perkembangan anak-anak ke depannya. Konsep dari proyek pribadinya ini adalah bagaimana mengenalkan metode scientifik kepada anak-anak, bagaimana Logos-nya, metodologinya. Sebagai aplikasinya, Momo merancang aktifitas-aktifitas yang hasilnya memang berguna untuk digunakan pada kehidupan sehari-hari semacam pelajaran bahasa Inggris, cara membuat buku, menulis kaligrafi huruf latin yang memanfaatkan material lokal seperti ‘sange’.  Semua bahan untuk kegiatan ini dibeli dari uang pribadi yang tidak mau dia sebutkan berapa jumlahnya.Momo Love Gayo (Custom)

Ketika tiba di Panti Asuhan Yayasan Noordeen, Momo mengaku kaget dengan apa yang dia lihat dan rasakan. Sebab suasana di Panti Asuhan ini sangat jauh dari yang dia bayangkan.

Berdasarkan yang dia tahu dan alami, di eropa dan beberapa negara di benua lain yang pernah dia kunjungi. Panti Asuhan adalah tempat yang dipenuhi oleh anak-anak yang berwajah muram, penuh perasaan tidak nyaman dan sulit untuk diajak bekerja sama. Roman Oliver Twist, karya Charles Dickens, menurutnya adalah gambaran sebenarnya tentang panti Asuhan di Eropa. Meskipun zaman sudah berbeda, tapi konsep panti asuhan di eropa menurutnya tetap tidak berubah sejak masaitu, yaitu bagaimana menyediakan kebutuhan dasar anak mulai dari sandang, pangan, papan dan kebutuhan pendidikan formal. Padahal menurut Momo yang juga sempat mendalami psikologi ini, yang paling dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan itu adalah kasih sayang.

Apa yang disaksikan Momo di Takengen benar-benar di luar bayangannya. Panti Asuhan yang membina 48 orang anak asuh ini menurutnya lebih tepat dikatakan sebagai sebuah keluarga besar. Dimana anak-anak yang lebih besar menjadi kakak yang membimbing adik-adiknya dan kepala Panti Asuhan berperan baik sebagai orang tua bagi semua anak-anak. Dan anak-anak di sana juga tidak ada yang merasa minder atau rendah diri, semua terlihat riang dan gembira dan begitu bersemangat ketika menerima pelajaran yang dia berikan. Sesuatu yang menurutnya sama sekali tidak pernah dia saksikan di panti-panti asuhan di Eropa.

Saat diceritakan bahwa menurut para antropolog masyarakat Gayo adalah masyarakat yang memang egaliter dan tidak terlalu familiar dengan hirarki sosial, “mungkin ini sebabnya”, katanya. Kurator di beberapa museum di Eropa ini pun mengatakan, seharusnya pemegang kebijakan panti asuhan di eropa melakukan studi banding ke Gayo, untuk mendapatkan gambaran bagaimana seharusnya sebuah panti asuhan itu dikelola.

Di waktu senggangnya selama di Takengen, Momo juga menjelajahi Gayo, dan pecinta kopi inipun langsung jatuh cinta pada kesejukan alam Gayo dan terutama pada kopi Gayo yang menurutnya adalah salah satu kopi paling enak di dunia.

Ketika pada tanggal 13 mei 2014 kemarin proyeknya berakhir, laki-laki yang oleh anak-anak panti asuhan Yayasan Noordeen dipanggil dengan sebutan Bromo (Brother Mohammed) ini, mengaku sangat sedih. Bukan karena sedih membayangkan nasib anak-anak ini sepeninggalnya nanti. Tapi dia merasa sedih karena dia merasa anak-anak dan pengurus panti sudah seperti keluarganya. Perasaan yang dia rasakan saat itu persis seperti ketika dia pertama kali diajak oleh orang tuanya pulang ke Maroko, bertemu dengan kakek, nenek dan para sepupu  tapi harus pulang ketika masa liburan selesai.

*Pemerhati sosial, politik dan budaya Gayo serta anggota Dewan Adat Gayo

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.