Engkau selalu meminta kalimat
Karenanya kuberi engkau kata
Katamu engkau inginkan nyanyian
Kemudian padamu kukirimkan nada
Kepadaku kau katakana laut begitu indah
Lalu kepadamu kuserahkan butiran embun
Pernah kepadaku engkau meminta cerita
Maka kubingkiskan padamu peritiwa
Saat engkau tersesat dikebosanan
Kusampaikan padamu kepingan waktu
Sewaktu kamu meminta jawaban
Lalu kuberikan teka-teki
Saat engkau diam tidak meminta
Kuberikan hidupku
Takengon, Pebruari 1993
Tentang sebuah kampong di rimba Linge, kaupun tak mengenalnya
Benarkah itu engkau yang kucari
Melawati hari-hari terpenjara waktu
Sambil menyeret kebekuan
Di tengah musim yang kacau balau
Benerkah itu engkau yang kurindu
Gemetar dalam dekap kabut tua
Wajahmu hanya seberkas puing-puing
Yang tak lagi berdaya sisakan kenangan
Benarkah itu engkau
Tabah yang tersia?
Takengon-Linge, Agustus 1992
Catatan dari Kota Badai
Aku baru saja kembali dari Kota Badai
Dimana angin tak henti berputar
Mengirimkan mimpi buruk dalam tidur
Tetapi aku selalu mengenagkanmu sahabat
Karena hanya dengan mengingatmu
Aku dapat bertahan melewati malam
Tahukah engkau seperti apa malam-malamku?
Inilah seonggok kata-kata yang tersekat
Diantara tinta beku serta kertas buram
Ingin aku wujudkan kamu..
Meskipun hanya didalam sebaris sajak
Bukankah sebait puisi lebih nyata
Daripada sebuah impian yangmelahirkan air mata.
WIRATMADINATA adalah salah seorang penyair penting Aceh yang lahir di Takengon 29 Juli 1968. Selain sebagai penyair, Wiratmadinata juga seorang aktivis berpengaruh di Aceh. Dia juga peraih juara baca puisi beberapa kali ditingkat nasional, antaranya juara satu pada lomba baca puisi tingkat nasional HB Yasin. Buku tunggalnya yang sudah terbit adalah “Aku Agam Dengan 99 Nama” Banda Aceh, 2007. Wira adalah alumni Centre for International Development and Conflict Management (CIDCM)-University of Maryland, USA. Dan mantan wartawan ini adalah Ketua Badan Pengurus Koalisi NGO-HAM Aceh.