Takengon-LintasGayo.co : Petani kopi di dataran tinggi Gayo dihimbau lakukan perawatan kopi dengan intensif, hal ini berkaitan dengan prediksi turunnya produksi dan kualitas kopi di Brazil yang terjadi dalam 2 tahun ini.
Brazil, menurut informasi yang beredar luas sedang mengalami kekeringan hebat yang berakibat turunnya kuantitas dan kualitas produksi kopi di negera raja kopi dunia tersebut.
“Bencana tersebut akan terjadi selama 2 tahun ini yang dimulai sekitar 2 bulan lalu,” kata Sahmida, pebisnis kopi di Gayo kepada LintasGayo.co, minggu 6 April 2014 di WRB Coffee Takengon.
Akibat kekeringan tersebut, produksi menurun dan kualitas sangat jelek. Malah bisa gagal panen. Kata Sahmida, yang dikenal ahli budidaya kopi ini.
Biasanya, kopi gelondongan Brazil saat dimasukkan ke dalam wadah berisi air, sebanyak 20 persen yang mengapung, namun saat ini yang terjadi malah sebaliknya, 20 persen yang terbenam.
Artinya, kata Sahmida, kopi gelondongan yang mengapung itu kualitasnya hancur (pesel-Gayo:red).
Untuk meningkatkan penghasilan petani di Gayo, Sahmida menganjurkan agar dilakukan perawatan teknis terhadap tanaman kopi, diantaranya, pemberian pupuk organik untuk penyelamatan bunga kopi menjadi buah dan perbanyak naungan untuk mengurangi dampak kekeringan yang diprediksi akan terjadi tahun ini dan tahun depan.
“Upaya pertama saat ini adalah selamatkan bunga kopi, minimal 80 persen,” ujar Sahmida.
Kepada pihak terkait di pemerintahan, agar melakukan penyuluhan ekstra kepada petani kopi agar informasi prediksi harga kopi ini bisa lebih luas diketahui. Pinta Sahmida.
Diberitakan sebelumnya, harga kopi sempat melambung di Gayo, bahkan belum pernah setinggi itu sebelumnya yakni Rp.35 ribu gabah perbambu. Sementara hari ini, harga gabah kopi Rp.26 ribu perbambunya. Harga ini diprediksi akan naik dan kadang turun, namun tidak sampai terjun bebas dalam 2 tahun ini. (Khalis)