Takengon-LintasGayo.co : Dua orang mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan (BDP), Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon, melakukan penelitian terhadap salah satu spesies ikan asli di kawasan perairan Aceh Tengah, ikan ili (Homaloptera gymnogaster).
Salah seorang mahasiswa tersebut, Sudarman Putra di laboratorium Balai benih Ikan (BBI) Lukup Badak Pegasing, Selasa 1 April 2014 menyatakan termotivasi melakukan penelitian ini karena sering melihat keberadaan ikan ili ini di alur sungai dekat kebun milik keluarganya, rasa penasaran dan keingintahuannya tentang bagaimana mengembangkan ikan ili ini untuk dapat dibudidayakan, merupakan motivasi awal baginya meneliti jenis ikan ini.
Berbeda dengan rekannya Nurismansyah, mengaku termotivasi meneliti jenis ikan ini karena adanya rasa peduli terhadap jenis ikan ini yang keberadaanya mulai langka.
Kegiatan penelitian oleh kedua mahasiswa UGP ini dilakukan guna memenuhi persyaratan akademik untuk memperoleh gelar sarjana di bidang ilmu perikanan.
Penelitian ini juga ikut difasilitasi oleh Balai Benih Ikan (BBI) Lukup Badak, sebut Iwan Hasri, M.Si selaku Kepala UPTD-BBI Lukup Badak yang sekaligus berperan sebagai Pembimbing Lapangan kegiatan penelitian kedua mahasiswa UGP tersebut.
Adapun materi penelitian terhadap ikan ili ini adalah tentang reproduksi ikan ili yang dilakukan oleh Sudarman Putra, dan tentang “feeding habit” (kebiasaan makan) ikan ili oleh Nurismansyah.
Kepada LintasGAYO.co Sudarman mengaku memperoleh ikan ili dari daerah Wih Cabang Kampung Kuyun Toa Kecamatan Celala, untuk dijadikan ikan sampel.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara, membedakan jenis kelamin antara jantan dan betina ikan ili lebih mudah bila dibandingkan dengan ikan depik, karena dengan pengamatan visual secara manual saja terhadap morfologi tubuh bagian luar, ciri jantan dan betina dapat segera diketahui.
“Berbeda dengan ikan depik yang cukup sulit membedakan jantan dan betina, harus menggunakan metode visual khusus untuk mendeteksinya,” ungkap dosen pembimbing kedua mahasiswa tersebut, Iwan Hasri, .
Menurut dugaan sementara berdasarkan data yang diperoleh, ikan ili termasuk omnivore (pemakan segala), salah satu cirinya adalah memiliki ukuran usus yang relatif panjang. Namun untuk memastikannya perlu diagnosa yang lebih mendalam lagi.
Iwan Hasri sangat mengapresiasi positif kegiatan penelitian seperti ini. Sebelumnya juga ada beberapa mahasiswa yang melakukan penelitian di fasilitas BBI Lukup Badak. Ini cukup bagus, masih banyak potensi sumberdaya ikan di daerah kita yang belum tergali.
“Mudah mudahan melalui penelitian-penelitian seperti ini dapat mengangkat potensi sumberdaya alam kita, memperkaya khasanah keilmuan di bidang perikanan, apalagi dilakukan oleh putra putri daerah sendiri. Semoga dengan ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pembangunan dan kemajuan daerah,” ungkap Iwan Hasri saat ditemui LintasGAYO.co di laboratorium BBI Lukup Badak.
Tentang ikan ili
Ikan ili atau dikenal dengan ikan Selusur Maninjau, termasuk ikan yang dilindungi, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Namun walaupun termasuk dilindungi, ikan ili ini tidak termasuk dalam daftar Konvensi perdagangan internasional spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah – CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yaitu Konvensi yang bertujuan melindungi tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional spesimen tumbuhan dan satwa liar yang mengakibatkan kelestarian spesies tersebut terancam.
Juga, ikan Ili ini belum disebutkan statusnya pada Badan Konservasi Alam Internasional – IUCN (International Union of Conservation on Nature). Ikan ini merupakan salah satu komoditas ikan hias penting di dunia, dan dikenal termasuk kedalam kelompok “loaches fish” yang berarti ikan “lintah”. (MA).