PEMILU 2014 yang akan dilaksanakan dua kali yaitu Pemilu Legislatif pada tanggal 9 April 2014 yang akan memilih para anggota dewan legislatif dan Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Dapat digaris bawahi untuk Pemilu Legislatif hanya tinggal hitungan hari saja.
Tercium sudah wangi- wangian para elite politik di seluruh penjuru Negeri, mulai dari kampanye, pawai, hingga berbagai cara dilakukan demi menarik simpati publik, berharap berbuah manis dari mereka yang berperan sebagai penentu kemenangan para elite politik itu. Pun segenap elemen- elemen yang berperan dalam Pemilu (KPU, Bawaslu) sudah siap siaga menghadapi gemuruh badai atau gerimisnya Pemilu 2014 mendatang.
Berbagai gaya partai politik (parpol) menyusuri ruang publik, seperti melalui hal- hal yang berbau kemasyarakatan, mendatangkan manfaat juga untung, lewat baksos, sosialisasi oleh kader parpol yang memiliki kemampuan dalam bidang pendidikan melalui seminar, kajian- kajian Islam, atau bahkan para calon legislatif (Caleg) dari parpol itu pun turun langsung menemui masyarakat, baik itu secara individual maupun “door to door”.
Tak cukup itu, ada juga prinsip parpol dalam menanggapi persaingan dengan melakukan hal yang naïf, demi naiknya partai yang mereka geluti, seperti pencabutan baliho, spanduk, bendera partai lain yang terpampang di jalan raya atau di seputaran rumah warga.
Kejadian pada beberapa hari lalu adalah sebagai contoh yang naïf bagi publik, aksi dari salah satu parpol yang mencekam rakyat selintasan Aceh Tengah, Bener Meriah, mengusik akan menewaskan salah satu kader parpol akibat suatu masalah antar mereka. Masyarakat hanya mengerti lewat yang terlintas di kelopak mata dan telinganya, gaya para elite politik yang seperti itu seolah- olah mengatakan politik itu kejam, anarkis, hingga sanggup menerkam jiwa bahkan raga mereka. Tidakkah para elite politik itu tahu bahwa kemenangan mereka adalah upaya sebagai penggerak cita- cita rakyat, mensejahterakannya, bukan malah menyengsarakannya kelak. Hal yang demikian secara langsung dapat membuat masyarakat pesimis terhadap para kandidat yang akan mengusung mereka sebagai keterwakilannya untuk duduk di bangku kekuasaan. Padahal sesungguhnya mereka memiliki visi mensejahterakan rakyat, bukan malah sebaliknya.
Presiden SBY juga menegaskan dalam 13 instruksinya untuk Pemilu 2014 saat Pembukaan Rakornas Pemantapan Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, di Jakarta Convention Center (JCC) 11 Februari 2014 lalu, yang salah satunya adalah: SBY meminta agar semua pihak turut serta mencegah kekerasan dan benturan massa kontestan Pemilu. Pimpinan politik dan elite politik, juga diminta untuk menjaga keamanan Pemilu, mencegah pernyataan dan tindakan yang bersifat provokatif. Cegah terjadinya conflict of interest, benturan kepentingan yang merugikan masyarakat dan Negara.
Segenap elite politik hendaknya mensinyalirkan apa yang ditegaskan oleh Kepala Negara itu, karna tujuan mengusungkan diri dalam kancah sebagai anggota dewan adalah upaya perbaikan Negeri semata, memperjuangkan hak rakyat, mensejahterakannya, bukan malah sebaliknya. Siapapun yang akan menduduki kursi legislatif kelak, rakyat hanya berharap perbaikan bagi Negeri ini umumnya dan mensejahterakan mereka khususnya. Sehingga apapun dan bagaimanapun diskripsi dari setiap parpol dalam mengasung partai juga kandidatnya yang mewakilkan rakyat, rakyat hanya ingin yang terbaik dan jauh lebih.
Wallahu’alam..
*Pengurus Himpunan Mahasiswa Bener Meriah- Sumatera Utara (HIMABEM- SU)/Pengurus Komisariat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UISU, Medan