Mari Padamkan Bara Itu

oleh

Gempa Gayo (bagian 26)

Catatan: Aman ZaiZa

Photowall-Pemilu-Damai-2014_2PEMILU seharusnya bisa menjadi sarana bagi masyarakat untuk memperoleh kepastian masa depan. Setidaknya harapan lima tahun ke depan akan lebih baik dari masa-masa sebelumnya yang dirasakan belum bisa terwujudkan.

Harapan besar itulah yang kini digantungkan oleh masyarakat Gayo, terutama korban gempa. Dengan harapan, dengan para anggota dewan baru yang nantinya terpilih dari proses demokrasi yang sehat.

Harapan besar itu tentunya sekiranya menjadi perhatian besar. Pasalnya, sampai saat ini masalah penanganan gempa Gayo ini belum juga bisa dituntaskan dengan baik. Berbagai carut-marut penyelesaian belum juga bisa dituntaskan, dan masyarakat korban gempa juga tak bisa menikmati apa yang dijanjikan dan diharapkan.

Kondisi ini yang membuat masyarakat korban gempa sempat melontarkan akan melakukan “golput” atau tidak memilih saat pemilu nanti. Karena, tidak ada yang bisa diharapkan untuk bisa menyuarakan aspirasi meraka.

Hal ini semakin diperpah lagi dengan munculnya aksi rusuh massa oleh kalangan masyarakat yang merasa memiliki kepentingan besar dari tujuan akhir dari pesta demokrasi ini. Sehingga menimbulkan kerusuhan massa antar pihak yang berkepentingan.

Rusuh massa yang timbul ini tentunya sangat menodai makna demokrasi itu sendiri. Dan peran media juga harus bisa member kepastian akan damai itu, bahkan bukan menjadi penyulut bara yang terlanjur dipantik oleh politisi kerdil.

Bara di bumi Gayo memang sangat gampang tersulut, sebab masyarakat Gayo merupakan daerah multi etnis yang teramat beragam. Masyarakat Gayo sangat terkenal familiar serta ramahtamah dan sangat terbuka dengan kehadiran masyarakat pendatang. Sehingga siapapun mereka, itu adalah saudara.

Tapi jangan dipicu dan disulut amarahnya. Sebab, hal itu bisa berdampak luas bagi masyarakat lainnya yang tidak ikut menerima imbasan dosa demokrasi itu. Masyarakat Gayo teramat cinta akan damai.

Karenanya, sudah saatnya semua pihak colling down untuk bisa memadamkan bara yang terlanjut dipantik. Bara ini harus bisa dipadamkan oleh semua pihak, tidak peduli siapa mereka dan dari mana mereka datang.

Rasanya petuah, Panglima Komando daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda (IM) Mayjen TNI Pandu Wibowo perlu dicamkan dengan baik. Dimana Pangdam meminta para peserta kampanye Pemilu Legislatif (Pileg) untuk menjual program saat melakukam kampanye terbuka yang sudah berlangsung sejak Minggu (16/3/2014).

Guna menghindari bentrokan antar masa pendukung Partai Politik (Parpol), maka semua peserta Pemilu jangan melakukan kampanye yang bersifat provokasi, intimidasi atau teror. Sebab, hal itu merusak citra demokrasi damai itu sendiri.

“Yang dijual itu program, bukan provokasi atau teror,” tegas Pangdam IM Mayjen TNI Pandu Wibowo, menyikapi dimulainya kampanye terbuka yang dilakukan serentak diseluruh Indonesia termasuk di Aceh.

Dikatakan, semua peserta pemilu harus menyadari hal ini, jangan gara-gara kepentigan Parpol guna meraup suara, lalu melakukan tindakan yang tidak terpuji dengan melakukan provokasi, teror dan intimidasi serta kampanye hitam terhadap partai lain.

Dibalik itu semua, mari kita ambil hikmah positifnya. Sebab, ada satu yang lebih besar lagi yang harus diselesaikan. Yakni bagaimana mengembalikan kondisi para korban gempa ini menjadi layaknya masyarakat umum lainnya yang bisa hidup normal dan kembali pada kehidupan layaknya masyarakat lainnya.

Sebab, tujuan akhir dari sebuah pesta demokrasi itu adalah mencipatkan kesejahteraan masyarakat dari wakil-wakil yang sudah diamanahkan dengan dipilih bisa menyuarakan aspirasi mereka di parlemen.

Semoga, bara itu segara padam. Karena masih ada PR besar yang harus kita selesaikan yakni menyelesaikan rehabilutasi dan rekonstruksi gempa Gayo.***

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.