Nilai ekspor kopi Aceh Tengah 2013 capai Rp 3,18 T

oleh
Pendepe kopi di KBQ Baburrayan. (LGco_Khalis)
Muhammad Syukri
Muhammad Syukri

Takengon-LintasGayo.co : Jumlah kopi arabika Gayo yang diekspor tahun 2013 berdasarkan bukti penerbitan Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) yang dikeluarkan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Aceh Tengah 2013 sebanyak 4.604.184 Kg.

Demikian disampaikan Asisten Ekonomi dan pembangunan (Ekbang) Pemkab Aceh Tengah, Drs Muhammad Syukri M.Pd, Rabu (12/3/2014) di Takengon.

“Nilai ekspor ini sangat fantastis, mencapai US$ 276.573.311. Jika angka itu dikonversi dengan  rupiah dengan kurs hari ini (1 US$=Rp 11.520) maka total nilai ekspor kopi arabika Gayo dari Aceh Tengah mencapai angka Rp 3,18 trilyun,” kata Muhammad Syukri yang ditemui terkait masih sedikitnya eksportir kopi arabika Gayo yang mengurus SPEK di Aceh Tengah.

“Benar, sedikit sekali eksportir kopi arabika Gayo yang mengrus SPEK. Hanya tujuh eksportir yang mengurus SPEK di Aceh Tengah,” ungkap Muhammad Syukri.

Dia merinci eksportir yang mengurus SPEK melalui Disperindagkop Aceh Tengah, diantaranya adalah CV Atuetamount, CV Aridalta Mandiri, KBQ Baburrayan, CV Gayo Mandiri Coffee, Kopepi Ketiara, CV Ekani Asrindo, dan KSU Bies Utama.

Negara tujuan ekspornya adalah Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Belgia, Australia, Irlandia, Hongkong, Rusia, China dan Sweden.

Urus SPEK tidak dipungut biaya

Disinggung siapa saja eksportir yang enggan mengurus SPEK di Aceh Tengah, Asisten Ekbang itu menolak memberitahu nama eksportir itu. “Mereka mengurus SPEK di Banda Aceh dan paling banyak di Medan,” sebutnya.

“Heran juga, padahal mengurus SPEK di Aceh Tengah tidak dipungut biaya, malah petugasnya siap kapan saja dibutuhkan oleh eksportir,” ungkap Syukri.

Padahal, tambahnya, angka 4.604.184 Kg kopi arabika Gayo yang diekspor oleh tujuh eksportir itu baru sekitar 30% dari angka ekspor kopi yang ril asal Aceh Tengah.

Seandainya 70% lagi ekspor kopi yang SPEK-nya diurus di Banda Aceh dan Medan itu dialihkan pengurusan SPEK-nya di Takengon, tentu devisa yang berasal dari daerah ini bisa tiga kali lebih besar dari angka Rp 3,18 T.

Menurut Syukri, pelimpahan kewenangan penerbitan SPEK di Aceh Tengah merupakan kebijakan strategis dalam upaya mendorong tumbuhnya ekportir-eksportir lokal. Selain itu, SPEK bisa menjadi identitas bahwa kopi itu berasal dari Tanoh Gayo.

“Sungguh rugi apabila kemudahan itu tidak dimanfaatkan oleh para eksportir di Aceh Tengah,” imbuh Asisten Ekbang Muhammad Syukri. (Kha A Zaghlul)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.