Keunggulkan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry dengan Pelatihan Bahasa Asing*

oleh
Suasana Pelatihan Bahasa Asing di Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Ar-Raniry

Fakultas Dakwah dan Komunikasi merupakan salah satu dari lima fakultas di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. Fakultas yang didirikan pada 3 oktober 1968 ini memiliki empat  jurusan, yaitu Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), dan Manajemen Dakwah (DMD). Memasuki usianya yang Ke-43 tahun, Fakultas Dakwah dan Komunikasi mulai menerapkan program bahasa asing.

Bahasa Mandarin

Sejak akhir 2011 kursus bahasa Mandarin telah dibuka di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry. Dr. A. Rani Usman MSi, mencetuskan program ini berdasarkan pengalamannya sebagai lulusan luar negeri, yang pernah menulis beberapa literatur dalam bahasa Cina dan menulis buku mengenai etnis Cina di Aceh.  “Program ini diharapkan  menjadi jembatan untuk study apa saja di Cina, seperti dalam hadits Nabi “Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina” ujar Khalis, selaku koordinator kursus bahasa Mandarin.

“Awalnya, program ini direncanakan untuk persiapan mahasiswa yang akan melanjutkan studi S2 ke Cina. Hal ini didasarkan pada pengalaman sebelumnya bahwa mahasiswa yang berangkat ke Cina belum menguasai bahasa Mandarin, sementara pihak Universitas di Cina mengira mahasiswa Aceh telah menguasai basic bahasa Mandarin. Program ini telah menghasilkan tiga angkatan, saat ini sedang berlangsung angkatan ke-empat.” Jelasnya saat diwawancarai di kantin Al-Jami’ah UIN Ar-Raniry di penghujung tahun 2013.

Mengenai tenaga pengajar (laoshi), ada Neni, dari Taiwan yang mengajar angkatan ke II dan III. Selain Neni, ada pula Asrika yang berkebangsaan Malaysia. Ia belajar bahasa Mandarin sejak TK-SMP. Sekolah Kebangsaan Cina menjadi pilihan keluarganya untuk pendidikan sekolah dasar Asrika dikarenakan profesi ayahya sebagai pedagang yang sering dibohongi oleh orang  Cina dan mereka tinggal di kawasan Setapak Kuala Lumpur, sebuah kawasan yang didominasi oleh bangsa Cina.

“Walaupun awalnya Asrika tidak diterima di sekolah tersebut hanya karena bukan berkebangsaan Cina, hal itu tak membuat ayahnya putus asa. Ia tetap teguh pada pendiriannya hingga meminta dukungan pemerintah. Pihak pemerintah mendukungnya dengan mengatakan “kenapa tidak boleh, anak itukan warga negara Malaysia juga, jadi wajar jika ia mau menerima dan belajar bahasa Mandarin”. Hanya ada 6 orang selain bangsa Cina seangkatan dengan saya dan saya butuh waktu setahun untuk adaptasi ”ujar Asrika kepada pewawancara di depan Museum UIN Ar-Raniry belum lama ini.

Dikarenakan kedua orang tuanya berasal dari Aceh, maka sistem keluarganya menerapkan untuk rantau minimal 3 tahun untuk mengenal kebudayaan dan belajar banyak tentang Islam. Saat ini Asrika menduduki semester III di Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Adab UIN Ar-Raniry ia juga mengajar kursus bahasa Mandarin. Kini sistem belajar di sekolah Kebangsaan Cina mengajar bahasa Mandarin. Seperti sistem Thin shi-e. (sistem dikte), apa yang diajarkan lalu ditanyakan kembali dan dituliskan tanpa melihat buku.

Ada dua  tahap pembelajaran pada pemula, mereka belajar untuk mengenal huruf dan membaca. Walau belum fasih berbicara, namun mereka sudah mampu untuk mengungkapkan 1-2 kalimat dalam bahasa Mandarin, seperti mengungkapkan kalimat mengenai kegiatan sehari-hari. Tahap ini berlangsung selama 4 bulan. Pada bulan keempat diadakan ujian dan mahasiswa diberikan sertifikat sebagai tanda kelulusan.

Proses berbicara dimulai pada tahap kedua, mulai dari 25% berinteraksi dalam bahasa Mandarin, bahkan mereka sudah mulai belajar ungkapan dalam bahasa Mandarin. Selain itu, mereka juga menulis karangan dalam bahasa Mandarin dan  tahap ini juga berlangsung selama 4 bulan.

Ketika awal dibuka minat mahasiswa untuk mengikuti kursus ini cukup banyak, sehingga dibuka 3 unit dengan jumlah mahasiswa 15 orang perkelas. Sementara saat ini hanya dibuka 2 unit dengan jumlah mahasiswa 20 orang perkelas. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti kursus ini adalah Rp 260.000,00.  Rinciannya 10 ribu untuk uang pendaftaran, 50 ribu untuk modul dan 200 ribu untuk biaya kursus. Untuk tahap selanjutnya mahasiswa hanya membayar 200 ribu saja.

Kegiatan kursus ini bertempat di MES UIN Ar-Raniry. Bagi kelas pemula kursus berlangsung pada hari Sabtu dan Minggu pukul 08.00-09.30 WIB dan 10.00-12.00 WIB. Sementara untuk kelas lanjutan, kursus di mulai pada pukul 14.00-15.30 WIB. Rencana kedepan program ini akan  tetap berjalan, meskipun setiap Minggu ada saja mahasiswa yang berkurang karena berbagai alasan sehingga yang tersisa saat ini sebanyak120 orang.

 

Kelas Internasional

Dalam usianya yang ke 44 tahun, untuk menjawab tantangan global Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry membuka kelas inti bahasa asing, yaitu satu kelas internasional  bahasa Arab dan satu kelas internasional bahasa Inggris. Di kelas ini, segala aktivitas belajar dan mengajar menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris yang diharapkan menjadi kader penerus bangsa yang berwawasan Islami.

 Program yang dicetuskan sejak 2012 ini bertujuan agar alumni dapat bersaing secara internasional serta mampu berinteraksi dalam lingkup internasional. “Dengan latar belakang lulusan luar negeri, saya melihat banyak mahasiswa yang dapat menguasai bahasa asing. Oleh karena itu saya berinisiatif untuk membuat teknik belajar dengan menggunakan bahasa asing. Kalau bahasa arab itu berkiblat ke Timur Tengah sedangkan bahasa Inggris berkiblat ke Eropa”, ujar Dr. A. Rani Usman M.Si kepada pewawancara di ruang kerjanya. A Rani mengatakan, kelas ini terbagi atas dua, yaitu satu kelas bahasa Arab dengan jumlah mahasiswa 15 orang dan satu kelas bahasa Inggris dengan jumlah mahasiswa 26 orang.

Sang Dekan juga menambahkan, tidak ada perbedaan antara kurikulum mahasiswa kelas internasional dengan mahasiswa lainnya. Hanya saja di kelas ini semua mata kuliah disampaikan dalam bahasa Arab atau Inggris. Dalam proses perkuliahan pada semester I, dosen dan mahasiswa berinteraksi  25% dengan bahasa asing, semester II  50%, semester III 70%, sementara mulai dari semester IV dan seterusnya menggunakan bahasa asing 100%. Selain itu mereka juga diharuskan menggunakan referensi berbahasa Arab atau Inggris.

Untuk penyeleksiannya, A Rani menyatakan proses tersebut tidak berbeda dengan mahasiswa lain. “Ketika mengikuti tes masuk UIN Ar-Raniry, penyeleksiannya sama seperti mahasiswa-mahasiswa di fakultas lain. Ketika ospek, semua mahasiswa dibagikan angket. Bagi mahasiswa yang mengerti bahasa Arab, maka mereka mengisinya dalam bahasa Arab. Sedangkan mahasiswa yang mengerti bahasa Inggris, mereka mengisinya dalam bahasa Inggris. Sementara yang tidak mengerti kedua-duanya, maka dibolehkan tidak mengisi, ”jelasnya. “Program ini akan terus dijalankan bahkan akan diterapkan di setiap  jurusan”, tambahnya lagi.

Kursus Bahasa Turki

            Melihat banyaknya minat mahasiswa Aceh yang menuntut ilmu ke Turki Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry juga telah bekerjasama dengan Pacific Countries Social & Economic Solidarity Association (PASSIAD) Indonesia membuka kursus bahasa Turki untuk umum tanpa batasan umur. PASSIAD yang merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah Turki bekerjasama dengan Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Program ini berawal dari ide salah seorang alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry yang melihat bahasa Turki sebagai kebutuhan bagi umat Islam. Berbeda dengan kursus lainnya, pada kursus bahasa Turki adanya pemisahan antara kelas laki-laki dengan perempuan. Kursus yang baru berjalan satu bulan yang lalu ini terdiri atas dua kelas, satu kelas putra dengan jumlah mahasiswa 7 orang dan satu kelas puteri dengan jumlah mahasiswa 36 orang.

Mengenai tenaga pengajarnya, ada Abdullah untuk mengajar di kelas putra dan Ame yang mengajar di kelas puteri. Mereka adalah orang Turki yang sudah tinggal di Indonesia selama dua tahun.“Di satu sisi, selain menggunakan guru yang asli (Native Speakers), kami juga menggunakan orang lain sebagai asisten mereka apabila mereka berhalangan hadir”,  ujar Syarifah Maghfirah, mahasiswi Jurusan Komunikasi penyiaran Islam (KPI) yang menjadi koordinator program ini.

“Kursus ini berlangsung pada hari Senin dan Rabu pukul 16.00-18.00 WIB di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Saat ini tahap pembelajarannya masih basic seperti penggunaan subjek, menghafal vocabulary dan diajarkan masih dalam bahasa Indonesia. Tahap ini berlangsung tiga bulan. Proses berbicara dalam bahasa turki akan dilakukan pada tahap selanjutnya saat mahasiswa telah banyak menguasai vocab da lam bahasa Turki”, Jelasnya kepada pewawancara di halaman Fakultas Dakwah dan Komunikasi pad awal tahun 2014.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti kursus ini sebesar Rp.100.000,00/3 bulan dan pada bulan ke-3 diadakan ujian untuk mengetahui seberapa paham para peserta terhadap materi yang diajarkan.

Tujuan dari program ini adalah meningkatkan hubungan ukhuwah islamiyah antara Aceh dengan Turki. ”Mengingat, kedua wilayah ini memiliki hubungan yang sangat erat pada masa lalu. Selain itu, hal ini menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk melanjutkan  studi apa saja di Turki”, Ujar Dr. A. Rani Usman M.Si, yang sedang menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah. (Agustina, Nur Fitri, Puji Astuti)

 

*Tulisan ini adalah tugas akhir mahasiswa dalam Mata Kuliah “Pers Release” Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar -Raniry Banda Aceh, asuhan Salman Yoga S.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.