Berburu dan Berguru dari Refleksi Pemikiran L.K. Ara

oleh

DR. Dimas Arika Mihardja*

APAKAH yang menarik dari puisi? Puisi selalu menawarkan daya tarik berupa dunia refleksi pemikiran yang diolah berdasarkan diksi dan imajinasi. Setiap puisi sudah barang tentu terdapat diksi, yakni pilihan kata yang dilakukan secara efektif dan efisien oleh penyair. Penyair “setengah mati” mempertaruhkan diri dalam memilih kata- kata yang secara tepat dapat mengabadikan pengalaman dan perasaannya ke dalam teks puisi.

Penyair selalu selektif dalam memilih kata. Seleksi yang ketat ini biasanya lalu terkait dengan dunia refleksi pemikiran dan renungan yang secara nyata hadir dari pilihan dan penggarapan imajinasi. Penyair menyeleksi kata yang secara fantastis menumbuhkan ruang imajinasi bagi para pembaca puisinya. Melalui diksi dan imaji inilah penyair mengajak para pembacanya memasuki dunia fantasi lewat puisi-puisi yang digubahnya. Pembaca dapat “berburu” dan “berguru” dari refleksi pemikiran seorang penyair melalui puisi-puisi yang ditulisnya.

Teks puisi memiliki keunikan dalam pemaparan bahasa sebagai cara ungkap berbagai masalah kehidupan. Berbagai masalah kehidupan, baik berupa peristiwa yang terjadi dalam kehidupan se-hari-hari, sesuatu yang dialami oleh sastrawan, masalah sejarah-sosial-politik-ekonomi- budaya, maupun berbagai fenomena kehidupan yang menjadi bahan renungan, hayatan, pemikiran sastrawan diekspresikan secara unik dan menarik.

Keunikan dan daya tarik wacana puisi tersebut realisasinya berhubungan dengan misi, visi, dan konsepsi sastrawan selakukreator. Penyair yang kreatifakan menghasilkan wacana puisi yang khas, dan dengan demikian memiliki daya tarik tersendiri.

Dapat dikemukakan bahwa teks puisi dibentuk dan diciptakan oleh penyair L.K. Ara yang didasarkan oleh desakan emosional dan rasional dan melalui proses kontemplasi menyodorkan refleksi pemikirannya. Puisi karya L.K. Ara sejalan dengan wawasan Luxemburg, merupakan se-buah ciptaan, sebuah kreasi, dan bukan sebuah imitasi. Oleh karena itu, wajar apabila unsur-unsur pribadi penyair L.K. Ara seperti pengetahuan, peristiwa penting yang dialami, visi, misi, dan konsepsinya meronai puisi yang diciptakan. Secara fisik, teks puisi karya L.K.Ara terungkap melalui pemaparan yang penuh dengan simbol, bahasa kias, dan gaya bahasa lainnya. Penggunaan simbol, bahasa kias, metafora, dan gaya bahasa oleh penyair L.K. Ara dimaksudkan untuk memadatkan dan mengefektifkan pengungkapan.

Dengan pemakaian simbol, bahasa kias, metafora, dan gaya bahasa penyair L.K. Ara menciptakan puisi yang mengutamakan intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas.

Itensifikasi, korespondensi, dan musikalitas inilah yang tampil dominan dalam karya sastra berbentuk puisi dalam buku ini. Intensifikasi merupakan upaya penyair memperdalam intensitas penuturan dengan berbagai cara pemaparan bahasa. Korespondensi merupakan upaya penyair menjalin gagasan menjadi satu kesatuan. Musikalitas merupakan upaya penyair mempermanis, memperkuat, dan menonjolkan efek puitik kepada hasil kreasinya.

Dengan intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas yang baik penyair L.K. Ara mampu menciptakan puisi yang secara fisik berbeda dengan prosa. Jika prosa lebih bersifat menerangjelaskan, maka puisi bersifat memusat dalam perenungan. Puisi-puisi L.K. Ara menunjukkan corak puisi yang menampilkan intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas yang sederhana namun mampu menarik perhatian pembaca.

Ciri intensifikasi, korespondensi, dan musikalitas pada puisi L.K. Ara itu memuat aneka pemikiran dan renungannya selalu kreator yang secara kreatif menciptakan sebuah “dunia wacana”. Dunia wacana yang dibentuk oleh penyair L.K. Ara ini memiliki arti penting mengingat bahwa puisi itu sendiri merupakan sebuah dunia yang otonom, sebuah dunia yang utuh-menyeluruh merekam jejak pemikiran serta renungan penyair. Dalam dunia wavana berupa teks puisi terdapat aneka pemikiran serta perenungan penyair terkait dengan latar belakang dan minat penyair bersangkutan.

Lantaran penyair L.K. Ara lahir dan dibesarkan di Aceh, tentu saja pemikiran dan perenungannya bertolak dari apa yang tergelar di negeri Serambi Mekah beserta berbagai gejala alam dan perkembangan zaman. Banyak puisi penyair L.K. Ara yang bertitimangsa (ditulis) di negeri Serambi Mekah, dan di banyak tempat saat penyair ini melawat di berbagai tempat.

Puisi-puisi penyair L.K. Ara yang terangkum dalam buku ini, tentu saja banyak mengungkapkan aneka pemikiran dan perenungan selama penyair ini berkiprah di dunia kepenyairan. Sebagai penyair yang aktif dan produktif sepanjang masa (penyair ini tak pernah vakum di dunia penulisan) tentulah banyak pula pemikiran dan renungan. Ibarat seorang begawan, L.K. Ara mengabadikan aneka pemikiran dan renungan di dalam puisi-puisi yang ditulisnya. Ibarat empu, L.K. Ara mampu menghasilkan keria, rencong, badik yang bukan untuk membunuh, melainkan melalui ketajaman intuisinya mempu mengangkat dan “membedah” fenomena sejarah perkembangan zaman.

L.K. Ara ibarat seorang guru, di dalam puisi-puisi yang ditulisnya terekam kearifan dan wawasan terkait kehidupan. Itulah sebabnya, melalui pengantar ringkas ini saya mengajak paraa pembaca untuk bersama-sama “berguru” dan “berburu” dari refleksi pemikiran L.K. Ara melalui puisi-puisi yang dimuat dalam buku ini.

Selamat berburu dan berguru demi kemaslahatan kehidupan.

DR. Dimas Arika Mihardja
DR. Dimas Arika Mihardja

Dimas Arika Mihardja adalah Guru Besar Pendikian  Bahasa Dan Seni FKIP Universitas Jambi, juga Direktur Eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri. Karya puisinya tentang Kopi termuat dalam Antologi Puisi “Secangkir Kopi”, The Gayo Institute (TGI), 2013.

Tullisan ini merupakan kata pengantar dalam buku ‘Angin Perjalanan’ cet.ke-3 Karya L.K. Ara.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.