Waspadai ‘Bencana’ Aqidah…!

oleh
sejumlah warga berada diantara puing bangunan masjid Kampung Cekal, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco-aman.ZaiZa)

Gempa Gayo (bagian 19)

Catatan: Aman ZaiZa

sejumlah warga berada diantara puing bangunan masjid Kampung Cekal, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco-aman.ZaiZa)
Sejumlah warga berada diantara puing bangunan Masjid Kampung Cekal, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah yang ambruk akibat gempa.(LGco-aman.ZaiZa)

BENCANA memang tidak yang menginginkannya. Siapa saja dimuka bumi ini jika ditanya, pasti dia akan menjawabnya tidak mau tertimpa bencana. Jangankan bencana besar, untuk tingkat bencana kecil saja, seperti kecopetan saja manusia tidak mau, atau hanya tergores duri di tubuh mereka.

Namun saat bencana itu menimpa, maka secara penuh kekuatan, manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna di muka bumi ini berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menghadapinnya dan berusaha keluar dari lingkungan bencana tersebut.

Saat menghadapi bencana dan berusaha keluar dari lingkaran bencana inilah, terkadang keimanan bahkan aqidah manusia itu diuji kembali. Dan hal ini sudah terbukti dan terlihat nyata di berbagai wilayah di Indonesia, dimana banyak pihak yang berusaha mengganggu tingkat keimanan dan aqidah manusia itu sendiri.

Indikasi ini sudah penah muncul pada minggu-minggu pertama terhadap korban gempa Gayo, dimana ada orang-orang tertentu terlihat masuk ke lokasi pedalaman Aceh Tengah dan Bener Meriah akibat gempa 2 Juli.

Namun, upaya itu nampanya bisa dibendung masyarakat. Karena padasaat tersebut para korban sedang mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan dengan banyaknya bantuan yang datang.

Namun, kali ini kaba tak sedap itu kembali berhembus. Dimana, ada sejumlah orang yang melakukan penyaluran bantuan dengan mulai menyusupkan misi-misi sesat dan menyesatkan aqidah para  korban gempa. Kali ini lebih gampang masuk, karena perhatian sudah mulai berkurang dan mereka sangat butuh bantuan untuk kehidupan mereka.

Seorang ahli penyembuhan trauma, Ruhmini mengingatkan masyarakat Gayo terutama korban gempa di Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk mewaspadai pendangkalan akidah yang dilakukan pihak-pihak tertentu di daerah tersebut.

Para pelaku pendangkalan akidah ini masuk melalui berbagai cara dalam upaya penanganan korban gempa, baik berupa penyaluran bantuan, pemberian bantuan berupa dana segar dan konseling untuk mengobati trauma yang dialami korban gempa.

Indikasi ini menurut Ruhmini telah terjadi sepekan pascagempa Gayo. Mereka masuk ke perkampungan penduduk yang menjadi korban gempa yang kurang mendapat perhatian dari berbagai kalangan termasuk pemerintah sendiri.

“Awalnya mereka masuk dengan cara pemberian bantuan, selanjutnya mengajari tentang agama yang sesat dan akhirnya para korban gempa itu diajak untuk pindah agama,” ujar Ruhmini sebagaimana dilansir Harian Analisa pada 27 Juli lalu.

Dikatakan, para pelaku pendangkalan akidah ini menjadikan daerah-daerah yang terkena bencana alam sebagai target sehingga mereka gampang masuk dan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam yang dianut masyarakat setempat, terutama di Aceh.

Hal ini juga sebenarnya banyak ditemukan di Aceh pascatsunami, sehingga tak mengherankan banyak ajaran sesat dan pendangkalan akidah yang dijumpai di tengah masyarakat Aceh. Ironisnya ini baru diketahui beberapa tahun pascatsunami tersebut.

Menurut Ruhmini, relawan yang melakukan penyembuhan trauma di Aceh Tengah telah menemukan indikasi pendangkalan akidah ini dengan ditemukannya sejumlah pelaku yang memang selama ini kerap melakukan hal tersebut di wilayah bencana.

Orang-orang tersebut, lanjutnya, ditemukan juga saat terjadi gempa Padang, terutama di Kabupaten Agam. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena kuatnya akidah masyarakat sehingga mereka memilih keluar.

Ruhmini mengingatkan, Pemkab Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk meningkatkan peran ulama dalam penanganan bascabencana. Sehingga masyarakat korban tetap tegar dan berpegang teguh pada agamanya, dan tidak mudah terhasut oleh ajakan orang-orang yang tak bertanggungjawab.

Pada saat informasi awal tentang pendangkalan aqidah ini, Kapolda Aceh Irjen Pol Herman Effendi saat berbincang dengan wartawan di Mapolda Aceh, mengungkapkan, pihaknya segera mengecek informasi adanya pendangkalan akidah tersebut dan jika benar akan dilakukan upaya pencegahan.

“Nanti anggota kita cek di lapangan,” ujar Kapolda sambil meminta Wakapolda Brigjen Pol Husein Hamidi untuk memerintahkan Kapolres Aceh Tengah dan Bener Meriah menelusuri lebih lanjut informasi adanya pendangkalan aqidah di dua daerah bencana gempa tersebut.

Menurut Kapolda, dia punya pengalaman dalam melihat kasus pendangkalan akidah ini, saat bertugas di Papua pada 1998-1993. Kasus di Papua ini terjadi karena kurangnya kepedulian bagi warga transmigrasi yang dikirim ke sana, sehingga mereka secara bersama-sama pindah agama.

Untuk itu, sebelumnya semuanya terlambat dan menyesal serta saling menyalahkan nantinya, informasi seperti ini harus segera ditindaklanjuti. Peran pemerintah, ulama dan tokoh masyarakat harus ditingkatkan dalam membina aqidah ummat.

Tentunya kita tidak mau, pascagempa ini ada saudara-saudara kita yang sudah tidak se aqidah dengan kita. Karenanya, mari bergerak cepat. Ini semua harus kita perjuangan dan pertahankan, agar kita tidak kehilangan saudara se iman dan se aqidah.

Firman Allah: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang dijalan Allah, dengan harta dan dirinya, lebih tinggi derajatnya disisi Allah. Mareka itulah orang-orang yang menang (AT Taubah 20)”.bersambung…

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.