Perjalanan Pintar Sejarah, Agama, dan Budaya Bersama “Kek Yusra”

oleh
Punulis Supri Ariu paling kanan bersama Yusra Habib Abdul Ghani dan Mukhlis mantan Duta Wisata Aceh Tengah paling kiri.

Catatan : Supri Ariu*

“Mendengar penjelasan Kek Yusra, saya merasa mendapat energi untuk membanggakan keluarga, sahabat dan Gayo. Saya merasa ingin hidup lebih lama bersama mereka”

Punulis Supri Ariu paling kanan bersama Yusra Habib Abdul Ghani dan Mukhlis mantan Duta Wisata Aceh Tengah paling kiri.
Punulis Supri Ariu paling kanan bersama Yusra Habib Abdul Ghani dan Mukhlis mantan Duta Wisata Aceh Tengah paling kiri.

PENGALAMAN luar biasa itu saya dapat ketika Yusra Habib Abdul Ghani, Tokoh Gayo di Denmark yang biasa kami sapa dengan panggilan “Kek Yusra”, bercerita tentang sejarah, adat, budaya,dan Gayo. Serasa saya berada dalam sebuah ruang “perpustakaan”, banyak istilah lama, banyak wawasan baru,  perbandingan sebuah desa dengan kota kecil yang maju, semua mengalir dalam kisah demi kisah Kek Yusra.

Tentu, Kek Yusra kami bukan orang sembarangan di Aceh. Kalangan akademisi dan politisi cukup mengenalnya. Sikapnya tegas, bicaranya tegas, dan wawasan luas menjadi trade mark sosok “serius” dari Kek Yusra, tapi beliau sungguh di rindu adanya.

Semula saya mengagumi Kek Yusra melalui informasi yang ada, tapi belakangan kekaguman itu menggunung. Betapa tidak, kebersamaan kami dalam perjalanan dari Banda Aceh ke Takengon Jum’at kemarin (1/11/2013), saya mendapat anugerah, karena Kek Yusra berkisah sejarah demi sejarah daerah yang kami lalui, dan barangkali, cuma 10 persen saja kisahnya yang pernah tersimpan di pikiran saya, selebihnya adalah data dan “spirit” saya mengenal Aceh dan Gayo lebih luas.

Di dalam mobil kijang Kapsul itu, selain Kek Yusra dan Saya, ada teman ada juga sahabat Ikhwan dan mantan duta wisata Aceh Tengah Mukhlis yang ditugaskan langsung oleh LintasGayo.co untuk menjemput mendampingi Kek Yusra dari Banda Aceh samopai ke Takengon. Tentu, perjalanan selama 7 jam itu menjadi penting bagi kami, hingga saya memilih menulisnya dalam catatan ini, dengan harapan motivasi dan nasehat yang diberikan Kek Yusra menjadi nasehat kita semua sebagai penerus negeri di Gayo kelak.

Saya melihat, Mukhlis juga terus mencatat cerita demi cerita kek Yusra, bahkan kerap bertanya, dan Kek Yusra menjawabnya dengan bahasa ringan dan mudah dipahami, maklumlah beliau memang “cerdas” menyusun kata demi kata: singkat, padat, dan tepat.

Cerita sejarah Kek Yusra sudah dimulai sejak kami masih berada di kawasan kota Banda Aceh. Kek Yusra mengawalinya dengan kisah perjuangan pahlawan nasional T Nyak Arief, dan ketika melintas di Sibreh Kek Yusra menyinggung tentang sejarah beberapa Sultan di Aceh.

Kali ini Kek Yusra datang untuk menghadiri sejumlah seminar dan bedah buku, salah satunya seminar “Menatap Gayo” yang digelar oleh Komunitas Seni Budaya Lintas Gayo (KSBLG) di Takengon pada Kamis 7 November 2013 nanti.

Didalam perjalanan kami dari Banda Aceh menuju Kota Takengon, Aceh Tengah Jum’at (01 November 2013) pagi, Kek Yusra sangat semangat menceritakan semua sejarah dari tiap likuk-likuk tempat yang kami lalui.

Prihal mengejutkanpun terjadi, ketika kami memasuki kota Pidie, Kek Yusra menceritakan tentang Pasar Pajak di Pidie. Katanya  di Pasar pajak Pidie ini dulu penjara terbesar di Aceh. Ribuan narapidana dikurung disana. Satu lagi, sejarah “pajak Pidie” ini sebelumnya Saya atau bahkan sahabat saya  tidak pernah mendengar cerita penting tersebut, atau bahkan ribuan orang lainnya pasti baru mengetahui sejarah “pajak Pidie” yang sadis tersebut.

Hebatnya Kek Yusra, setelah dia berkisah tentang sejarah selalu diakhiri dengan nasehat, bagi saya nasehatnya luar biasa, karena mengaitkan dengan jalan Agama. Namun, Gayonya keluar juga, karena sesekali Kek Yusra melontarkan kalimat sastra lama, dan karena itu saya berfikir ilmu pengetahuan yang tinggi itu semakin sempurna ketika ada polesan agama, adat,dan budaya di dalamnya.

Ow, Masya Allah, Kek Yusra rupanya juga seorang humoris. Apalagi ketika dia berkisah tentang masa mudanya, masa asmara yang berapi-api. Kisah itulah yang membuat kami tertawa dan rilek diperjalanan. Diluar prediksi pula, ternyata beliau juga memiliki jiwa muda, sehingga dapat berbaur dengan mudah dengan kalangan muda.

Tidak heran apabila bukunya tentang “Aceh Selp Goverment” dan Aceh dalam Bingkai NKRI” termasuk buku Best Seller, bahkan sekarang sedang mempersiapkan buka baru yang lebih detail melihat Aceh dari berbagai sisi.

Tak terasa memang, ceritanya mengalir itu membuat perjalanan menjadi cepat, padahal ditempuh dengan waktu 7 jam. Dan cerita-ceritanya itu akan menjadi catatan khusus bagi saya, karena selain medpatat motivasi juga memperoleh ilmu dan referensi baru.

Kedatangan Kek Yusra ke Takengon selain menjengguk orang tua sakit di Kampung Kenawat, beliau akan tampil sebagai salah seorang pembicara tentang Gayo dalam acara “Menatap Gayo” di Takengon kamis 7 November 2013 bersama tokoh masyarakat Gayo Profesor Abubakar Karim.

*Penulis adalah mahasiswa Unsyiah asal Kabupaten Gayo Lues.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.