Takengon – LintasGayo.co: Pemilu legislatif tinggal lima bulan lagi. Calon legislatif atau caleg terus bersosialisasi ke tengah-tengah masyarakat. “Saya turun langsung ke lapangan dan mengajak masyarakat berdialog. Banyak hal yang kita diskusikan. Termasuk, menjelaskan tugas, fungsi, dan kedudukan DPR,” kata Asma Yanti, caleg Hanura untuk DPRK Aceh Tengah, nomor urut 2, Dapil 2 (Kecamatan Atu Lintang, Jagong, Linge, dan Kecamatan Pegasing) kepada LintasGayo.co, Minggu (26/10/2013)
Akan tetapi, akunya, seringkali masyarakat meminta uang atau bantuan berbentuk barang. “Saya tidak menurutinya. Sebaliknya, saya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dampak negatif politik uang,” tuturnya.
Menurut caleg kelahiran 9 Februari 1988 ini, selain melanggar ketentuan KPU, masuk ranah pidana, politik uang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Termasuk, nilai adat istiadat dan budaya Gayo.
“Masyarakat kita punya harga diri (mukemel) dan kemel (tahu malu). Jangan sampai kita menghinakan diri hanya karena uang seratus ribu, sekarung besar, dan pemberian lainnya. Itu pembodohan namanya,” sebutnya.
Pasalnya, jelasnya lagi, politik uang tidak akan pernah menyelesaikan pelbagai masalah yang ada di Takengon. Malah, makin merusak dan membodohi masyarakat.
“Kalau duduk pun caleg-caleg yang bermain uang dan ngasih-ngasih barang, mereka pasti akan mengembalikan modal mereka terlebih dahulu. Selanjutnya, memperkaya diri dan serta merta melupakan masyarakat. Makanya, mereka habis-habisan,” sebutnya.
Jika parlemen sudah tidak berfungsi, sambung perempuan asal Isaq itu, masyarakat juga yang jadi korban. Sebab, kebijakan dan anggaran tidak berpihak pada mereka (masyarakat) dan kemajuan daerah secara keseluruhan. Sebaliknya, hanya dinikmati segelintir orang.
“Mari sama-sama kita kuatkan pendidikan politik. Juga, menguatkan pengawasan terhadap penyelenggara pemilu legislatif ini,” serunya .
(PR/DM).