Pentingnya Mencari Tujuan Hidup

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

Jamhuri
Jamhuri

BANYAK orang yang sebenarnya tidak mengetahui apa yang menjadi tujuan dalam hidup ini, sehingga mereka larut dengan hal-hal tidak bermanfaat yang sebenarnya bukan menjadi tujuan.  Tidak kurang juga orang  yang tidak mengetahui kapan tujuan hidup itu akan datang, apakah semasa hidup atau ketika manusia itu tidak hidup lagi akibatnya pola pemahaman seperti ini sebagian orang mengatakan bahwa tujuan hidup adalah mati. Dan ada juga yang mengatakan tujuan hidup itu adalah kehidupan kembali setelah kematian atau kehidupan di hari kiamat kelak. Karena ketidak tahuan kapan tujuan itu akan datang menjadikan manusia selalu menunggu dan mengejar  serta berharap untuk dapat memenuhi kebutuhan untuk persiapan dan bekal sampai nanti pada  tujuan hidup.

Allah berfirman di dalam al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah beribadah :

“Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah”

Jadi jelas bahwa beribadah merupakan tujuan hidup manusia didunia ini bukan yang lain, karena itu manusia yang diciptakan untuk beribadah harus mengetahui apa dan bagaimana wujud dari ibadah tersebut. Kebanyakan orang memahami bahwa wujud ibadah hanyalah ibadah mahdah yaitu ibadah yang telah ditentukan waktu dan tatacara pelaksanaannya, seperti shalat wajib lima waktu dan shalat-shalat sunat yang telah ditentukan kapan shalat itu harus dilakukan dan dengan tatacara yang didahului oleh niat dan disudahi oleh salam dan diselangi dengan bacaan-bacaan tertentu. Zakat juga sebagai kewajiban mahdah telah ditentukan jenis-jenis barang atau kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya dan dengan jumlah yang disebut dengan nisab dan dengan ketentuan waktu yang disebut degan aul, ketika ketentuan tersebut terpenuhi maka kewajiban zakat datang dengan sendirinya.

Puasa yang wajib dilaksanakan selama sebulan di bulan ramadhan mempunyai  tatacara yang berbeda dengan ibadah lainnya, ibadah puasa ini tidak boleh lebih jumlah harinya dan tidak boleh kurang (harus pas satu bulan),  puasa sunat senin dan kamis serta puasa sunat yang lain juga merupakan wujud ibadah kita kepada Sang Khaliq yang juga telah disyari’atkan. Terakhir adalah haji yang diwajibkan bagi mereka yang mempunyai kemampuan secara ekonomi dan mempunyai kekuatan fisik untuk berjalan jauh diwajibkan seumur hidup sekali dan untuk selanjutnya bila masih mampu dibebankan dengan hukum sunat.

Sebenarnya sebagaimana telah disebutkan di atas masih ada ibadah lain yang lebih banyak dari ibadah yang telah disebutkan (ibadah mahdah) yaitu ibadah ghairu mahdah, yaitu ibadah yang tidak ditentukan waktu dan tatacara pelaksanaannya dan ini mencakup seluruh aktifitas yang dilakukan oleh semua manusia yang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasu,l Hari qiamat serta qadha dan qadar Allah. Sebagai bukti luasnya ibadah ini ada hadis Nabi yang menyebutkan bahwa membuang duri dari jalan termasuk ibadah dan di hadis lain juga disebutkan senyum termasuk kepada perbuatan ibadah.

Jadi tidak ada perbuatan yang bukan ibadah dalam kehidupan muslim, baik yang bersifat mahdah terlebih luas lagi ghairu mahdah. Namun karena kurangnya pemahaman dari muslim tersebut maka mereka hanya mengatakan bahwa ibadah mahdah semata yang ibadah sedangkan yang ghairu mahdah bukan ibadah atau dengan bahasa lain kita sebutkan bahwa ibadah ghairu mahdah boleh tidak dilakukan. Inilah diantara pola pemikiran masyarakat muslim yang berkembang dalam masyarakat, di sisi lain mereka melakukan shalat lima waktu, berpuasa dan berzakat bahkan menunaikan ibadah haji tetapi perbuatan tidak baik yang merugikan  dirinya dan merugikan orang lain juga dilakukan.

Sebagian orang muslim yang terlalu memisahkan antara kedua bentuk ibadah tersebut dalam hidupnya sering kecolongan, karena di satu sisi ia menganggap ibadah mahdah memadai  untuk  tujuan hidup  sementara orang lain lebih mengutamakan ibadah ghairu mahdah dengan tidak serius dalam menjalankan ibadah mahdah, sehingga kedua orang ini hidup saling beradu dan bertentangan dan saling menyalahkan.

Tidak menutup kemungkinan bahwa kekalahan atau kelemahan orang muslim selama ini adalah karena terlalu mementingkan dan menganggap cukup ibadah mahdah dan mengabaikan sama sekali ibadah ghairu mahdah, sementara pihak lain yang memang tidak mengamalkan ibadah mahdah dan berbuat pada tataran ghairu mahdah dalam pandangan Islam menunjukkan kehidupan mereka lebih baik. Teknologi dan ilmu pengetahuan mereka lebih maju, lingkungan mereka lebih bersih, tingkat kesejahteraan mereka lebih terjamin.

Untuk mengejar ketertinggalan dan menjadikan kita lebih unggul dibanding orang-orang yang hanya berpikir pada tataran ibadah ghairu mahdah maka kita herus meningkatkan ibadah ghairu mahdah dengan tidak mengabaikan ibadah mahdah dan bahkan melaksanakan kedua ibadah tersebut secara seimbang.



[*] Dosen Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.