Gutel, Engkul, Macamjing, Sengeral, Dedah Masuk dalam Prodi Kuliner ISBI Aceh

oleh
Suryati, Dosen Tata Boga Unsiyah dan William Wongso. (Foto Aman Renggali)
Suryati, Dosen Tata Boga Unsiyah dan William Wongso. (Foto Aman Renggali)

Pendirian Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh yang telah digodok sejak dua tahun silam akan mengakomodir sejumlah kekayaan non matrial dan budaya lokal yang ada di tanah Sultan Alaidin Johansyah .

Sejumlah Progran Studi (Prodi) spesifik yang menangkat kearifan lokal dalam materi pembelajaran dirancang menjadi bagian utama dari kurikulum, materi utama dalam matakuliah sebagai bagian dari capaian tujuan akademik yang dirancang.

Landasan dasar pendirian prodi Kuliner Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh disesuaikan dengan tekstur lokal, regional, nasional dan internasional yang bertujuan menghasilkan ilmuan dan praktisi dalam bidang kuliner.

Hal tersebut muncul dalam perumusan dokumen pembukaan Prodi Kuliner Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh di Padang Sumatera Barat sejak pertengahan Agustus hingga pertengahan September 2013.  Pemantapan Program Studi ini mengadirkan sejumlah tokoh yang mumpuni di bidangnya, seperti William Wongso sebagai praktisi dan pengamat kuliner populer Indonesia, Suryati (Dosen Tata Boga Universitas Siyah Kuala Banda Aceh) serta sejumlah pakar dari beberapa perguruan tinggi di Sumatera.

Dengan diakomodirnya Program Studi Kuliner ini bukan mustahil Gutel, Engkul, Macamjing, Sengeral, Dedah dan sejumlah jenis makanan khas Gayo lainnya akan menjadi objek kajian akademis yang menarik.

Terlebih Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh dalam dokumen rancangan trategisnya mencantumkan menjadi Pusat Pendidikan Kuliner berbasis multikultur, interdisipliner yang bersikap terbuka terhadap perubahan dan dinamika sosial dalam mengembangkan nilai-nilai seni budaya yang mampu bersaing di tingkat global.

Kehasan dan kekayaan kuliner Gayo dan Aceh umumnya mempunyai prosfek yang cukup menjanjikan. Saat ini tergantung masyarakat dan pemerintahnya dalam menyikapi dan berkontribusi, terutama dalam menggalakkan kembali menu-menu khas ke-Gayo-an dalam masyarakat serta penyediaan refrensi berikut dengan keragaman citarasa yang dimiliki. (Salman Yoga S)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.