Dan gempa itu datang tiba-tiba.
Membawa rasa sakit dan menusukkannya jauh ke dalam jiwa.
Ketakutan dan kesedihan menghimpit-himpit menyesakkan dada siapa saja.
Harta hancur, jiwa binasa dan ketidakberdayaan yang sempurna.
Orang-orang berlari tunggang langgang dalam kepanikan karena kehilangan akal kecerdasannya.
Air mata tidak cukup membasuh luka.
Tiba-tiba saja Tuhan begitu dibutuhkan kehadiranNya.
NamaNya diseru lebih dari biasanya.
Dan gempa itu datang tiba-tiba.
Seperti datangnya panen-panen tebu, kopi, sayur mayur dan palawija sebelumnya.
Atau pokat, terong agur, taruk jepang, gelime,terpuk, nenas, asam, lede, bako, dan lainnya.
Juga depik, kepras,mujahir, bado, bawal, peres, denung dan ikan apapun namanya.
Dahsyat dengan tenaga yang tidak terkira.
Berulang-ulang dengan irama sangat perkasa dan nyaris terduga.
Yang telah melambungkan perasaan dan percaya diri masuk ke ruang-ruang mimpi dan harapan.
Bahkan melebihinya.
Hari esok seperti telah berada dalam genggaman dan tak terampaskan lagi oleh siapa juga.
Tiba-tiba saja kita seperti lupa bahwa Tuhan sedang menatap dengan kekuasaanNya.
Dan gempa itu datang tiba-tiba.
Mengguncangkan batu-batu yang menimbuni hati.
Agar pecah menjadi krikil-krikil dan debu.
Untuk menjadi zarah.
Dan kemudian sirna.
Terbakar oleh titik-titik cahaya dari kuburan hati terdalam yang nyaris mati oleh nafsu angkara.
Lentera yang menyala kembali.
Lebih benderang dari biasanya.
Seketika kesadaran terjaga.
Sudah semestinyalah terjaga.
Dan gempa itu datang tiba-tiba.
Seperti panen-panen yang telah datang lebih dahulu.
Ia pun membawa pesan dari tangan Ilahi.
Menyampaikan kehendak yang tidak terpatahkan.
Dengan bahasa yang tetap sama.
Di balik kesukaran itu selalu disertai kemudahan.
Agar jiwa tetap tentram menapaki gersangnya kesulitan.
Agar syukur senantiasa menjadi pakaian hati tatkala limpahan karunia tercerna oleh indra dan segenap keberadaan.
Keduanya pembuka keridhaan.
Dan gempa itu datang tiba-tiba.
Agar kasih sayang tumbuh subur dan bersemi lagi.
Sehingga tampak dalam wujud yang nyata.
Dalam uluran tangan-tangan yang penuh kasih.
Yang telah datang dari negeri-negeri dekat dan jauh sana.
Agar luka segera sirna.
Dan gempa itu datang tiba-tiba.
Ternyata karena bukan Tuhan murka.
Dia hanya memberi tanda.
Tidak ada yang sia-sia dalam ciptaanNya.
Bahkan dalam ketakutan dan kesedihan yang ingin kita hindari selamanya.
Bener Meriah, dua hari sebelum Idul Fitri 1434 H.
Subhan