Mengapa (Mesti) Gayo?

oleh
Lintasan Jalan Sp Juli-Blang Mancung Kecamatan Ketol, Aceh Tenga pascagempa.(LGco-aman ZaiZa)

Gempa Gayo (bagian II)

Catatan: Aman ZaiZa

DI TENGAH berbagai persoalan pasca masa tanggap darurat masih terus bergulir banyak harapan yang muncul demi perbaikan Gayo pascagempa. Salah satunya bagaimana upaya rehabilitasi dan rekonstruksi Gayo bisa berjalan dengan baik.

Tentunya hal ini dilakukan dengan kebijakan yang matang, terencana dan tepat sasaran tentunya. Master plan untuk itu harus disiapkan pula secara detil dan matang, sehingga masyarakat tidak menjadi penonton di negri sendiri ditengah dinamika rehab/rekon yang nantinya akan berjalan secara dinamis, Insya Allah.

Selain rehabilitasi dan rekonstruksi secara fisik (bangunan) namun secara mental juga harus bisa dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan. Sehingga masyarakat bisa pelan-pelan menghilangkan rasa trauma akibat gempa.

Megitasi bencana juga harus bisa dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pasalnya, tanpa megitasi bencana, kesiapan masyarakat menghadapi bencana terutama gempa ini akan sulit bisa dilakukan. Dengan kuatnya megitasi bencana, maka masyarakat akan siap menghadapi semua bencana yang setiap saat bisa saja akan muncul.

Rasa traumatik itu harus bisa dihilangkan  secara berlahan dengan lahirnya manusia (masyarakat) siaga bencana. Sebab, gempa Gayo ini akan terus berulang kali terjadi kedepannya. Hanya saja, waktu yang belum diketahui.

Seperti halnya, gempa Gayo yang kembali menguncang pada Sabtu 20 Juli 2013 sekira pukul 05.16 Wib. Goyangan gempa dilaporkan cukup terasa di Takengon dan sekitarnya, Namun belum diperoleh informasi dimana pusat dan berapa kekuatan gempa tersebut.(http://lintasgayo.co/2013/07/19/duh-gayo-digoyang-gempa-lagi/)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sendiri memprediksi akan terjadi gempa berkekuatan di atas 8,5 SR pada daerah gap antara daerah yang pernah mengalami gempa dan tidak. Kapan akan terjadi belum bisa dipastikan.

“Masih tersisa energi yang besar lagi. Bisa di atas 8-8,5 SR. Dampaknya sangat besar. Semoga saja, ketika energi ini dilepas ke luarnya secara mencicil, tidak sekaligus 8,5 SR. Ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar masyarakat waspada,” ungkap Kepala BMKG, Sri Woro Harijono, saat menyampaikan situasi terkini gempa Aceh dan Malang sebagaiman dilansir sejumlah media massa.

Lintasan Jalan Sp Juli-Blang Mancung Kecamatan Ketol, Aceh Tenga pascagempa.(LGco-aman ZaiZa)
Lintasan Jalan Sp Juli-Blang Mancung Kecamatan Ketol, Aceh Tenga pascagempa.(LGco-aman ZaiZa)

Menurutnya, ada tiga titik yang menjadi celah utama lokasi prediksi gempa megathrust yang dapat terjadi di wilayah selatan Indonesia. Yaitu, Barat Daya Mentawai, Barat Daya Selat Sunda, dan Selatan Bali.

Sebagai refleksi dan bahan kajian untuk terus diingat, Gempa Gayo yang terjadi pada 2 Juli lalu diakibatkan ada pergeseran lempeng Sumatera, tepatnya di sesar Semangko. Gempa itu tidak ada hubungannya dengan aktivitas gunung berapi Burne Telong yang berada di dataran tinggi Gayo itu.

Pakar Geologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Faisal Ardiansyah, menyebutkan, gempa di Bener Meriah merupakan gempa tektonik dari segmen patahan Sumatera/Patahan Semangko. Gempa ini gempa darat yang bukan disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Burne Telong yang ada di kawasan itu.

Gempa ini sama seperti yang terjadi di Tangse, Kabupaten Pidie, beberapa bulan lalu, dimana, ciri gempa tektonik cakupan getarannya luas, dan bersifat regional, karena yang bergerak adalah lapisan kulit bumi. Gempa darat memang tidak akan memicu tsunami, namun umumnya pusat gempa darat sangat dekat jaraknya dengan tempat aktivitas manusia.

“Apabila pusat gempanya dangkal, maka efek getaran sangat besar dan dapat menggoncang lapisan Bumi dengan kuat walaupun magnitute-nya kecil,” ujarnya.

Bebatuan di wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah didominasi oleh batuan hasil endapan letusan gunung api yang belum padat/kompak. Inilah yang menyebabkan bangunan di atasnya mudah retak atau hancur tatkala digoyang gempa yang magnitude-nya tak terlalu besar (6,2 skala Richter).

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh ini juga mengatakan, belum solid atau belum kompaknya bebatuan di wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah menjadi penyebab bangunan di atasnya mudah retak atau bancur saat diguncang gempa. Apalagi jika gempanya gempat darat. Faizal menambahkan, tingkat kerusakan akibat gempa, antara lain, ditentukan oleh jarak pusat gempa dan jenis batuan yang ada di wilayah gempa.

Pusat gempa 2 Juli lalu itu, menurut BMKG, terletak di darat dan dangkal, sehingga getarannya dahsyat dan daya destruktif juga tinggi. Untuk itu, Faizal mengingatkan, energi pusat gempa yang sudah dilepaskan pada 2 Juli lalu berkekuatan 6,2 SR. Jadi, kalau ada gempa lagi dari sumber yang sama justru merupakan gempa susulan yang umumnya semakin melemah.

“Jadi, tidak perlu terlalu dirisaukan,” ujar Faisal Ardiansyah.

Meskipun demikian, masyarakat Gayo masih terus waspada, sebab dari berbagai pengalaman gempa yang terjadi di dunia ini, bila suatu daerah yang telah pernah dihamtam gempa hebat, maka gempa susulan berskala besar masih bisa terjadi. Tidak perlu jauh. Gempa 8,9 SR yang menguncang Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Dalam hitungan bulan, gempa besar masih saja terjadi.

Lalu mengapa mesti di Gayo, ulasan pakar di atas menunjukan bahwa gempa Gayo 2 Juli terjadi karena adanya pergeseran lempeng Sumatera, tepatnya di sesar Semangko. Ini menunjukan secara awam, bahwa di bawah bumi Gayo merupakan lintasan dari lempengan Sumatera tersebut yang bisa saja kapanpun bergerak dan bergeser kembali.

Dengan demikian, pendapat pakar tersebut bisa jadi pegangan bagi masyarakat awam. Bahwa gempa itu bisa saja kapanpun kembali terjadi di Tanoh Gayo meski waktunya tidak bisa diprediksi. Sebab, gempa itu adalah kehendak-NYA, tanpa bisa diprediksi oleh manusia, meski pakar Jepang sekalipun yang negaranya telah berulang kali menjadi langganan gempa plus tsunami tentunya.

Karena gempa ini adalah rahasia-NYA, maka banyak pula khikmah dan keajaiban yang muncul diluar nalar manusia normal. Tentunya semua ini harus bisa disikapi dengan hati dan pikiran yang jernih.

Insya Allah, kita (masyarakat Gayo) merupakan orang-orang yang senantiasa menjadikan bencana sebagai pelajaran dari Allah, bukan sebagai laknat atau kutukan.bersambung…

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.