Yusuf Alfoba Kenawat, Pria Gayo Hebat di Jalur Marketing Media

oleh

yusuf

BELAJAR marketing dari sesama urang Gayo di jakarta. Dia juga penjual handal buku pinter produksi IWan Gayo. Dimasa Reformasi, dia juga sempat kejar-kejaran dengan aparat karena turut mengedarkan buku “hot Issue”, buku politik pasca peristiwa 27 Juli Partai Demokrasi Indonesia di Jakarta.

itulah Muhammad Yusuf alias Yusuf Alfoba kenawat, laki-laki Gayo yang kini menjadi satu-satunya distributor media cetak handal. Hampir tidak ada agen media di Aceh yang tak mengenalnya.

Menurut ceritanya, bermula tahun 2004 di Jakarta dia bergabung dengan Majalah ACEHKITA, dia menjabat tim sirkulasi bersama Jauhari Samalanga yang menjadi bosnya kala itu. Hanya bertahan kurang 1 tahun, mensirkulasi majalah di Jakarta berhenti karena Aceh dilanda tsunami, namun takbergeming, dia kembali ke Aceh dan melanjutkan bekerja sebagai sirkulasi di Banda Aceh.

Sejarah kembali berulang, majalah Acehkita tutup, dia sempat hijrah sejenak ke Harian Aceh, tapi tidak juga lama dia berhentiu. Kemudian kembali dia bergabung bersama tim lamanya, Jauhari Ilyas atau dikenalĀ  Jauhari Samalanga, dia menjadi tim sirkiulasi tabloid politik SIPIL di Banda Aceh.

“Masih ada beberapa media lagi aku bergabung,” kata Yusuf, Ayah dari lima orang anak ini.

Yusuf pun kemudian sempat bergabung menjadi distribusi majalah Acehkini, majalah yang mengisi kekosongan media kala itu. Namun tidak dengan waktu singkat juga, yusufharus berhenti seiring medianya tidak terbit.

Pada tahun 2010 Yusufbenar-benar behenti total menjadi sirkulasi media, sejalan dengan meredupnya penerbitan di Aceh. Lantasbersama istri dan anaknya diapun kembali ke kampung halamannya di Pondok Baru, bertani kopi dan cabe rawit.

Namun karena istri berasal dari Beureunun, Pidie, tentu Yusuf juga pulang pergi Beureunun-Pondok Baru menggunakan sepeda motor. “Wah itu perjuangan. Anak saya yang pertama kembar dan yang ketiga kembar juga, jadi harus bekerja keras untuk bisa bertahan,” cerita Yusuf.

Yusuf memang bukan tipe pemalu. Dia termasukorang Gayo yang aktifbergaul dengan siapa saja. Baru pada Tahun 2012 Jauhari Ilyaskembali memintanya kembali ke Banda Aceh, kali ini serius, menjadi sirkulasi Tabloid The Atjeh Times, Tabloid yang bergabung dalam managemen portal bertia Atjeh Post, media online yang sedang naik daun.

Tentu bukan dengan “semangat” lama, Yusuf kembali menghubungi seluruh agen yang ada dalam catatnnya. tidak mudah memang, karena sejarah pengalamannya menjual media, kerap setelah di distribusi lantas tidak terbit lagi, sehingga banyak agen yang tidak percaya dengan media yang tidak kuat.

“Modalmenjadi penjual ya mampu memberi kepercayaan pada pedagang,” kenang Yusuf.

Kini, bersama tabloid The Atjeh Time Yusuf terus melaju. Jabatan Manager Marketing yang membawahi Sirkulasi dan iklan, hasilnya, bukan main, hampir separuh halaman Atjeh Time dipenuhi iklan, dan hampir setiap ruang di Atjehpost ada iklan.

“Resepnya sederhana saja,percaya diri, berani, dan pintar bergaul,” ujar Yusuf.

Di Atjeh Times kini, yusuf sudah punya beberapa anak buah, tetapi hubungan baik dengan agen terus dia jalin. Menurutnya, itu penting.

Saran singkat untukorang Gayo, Yusuf tampaknya tidakperlu bercerita panjang,menurut orang Gayo perlu merubah mainset “bos” menjadi pekerja, karena dengan begitu sesorang bisa sukses. “itu saja resepnya,” lanjut satu-satunya marketing yang memiliki jaringan agen paling besar di Aceh, dan tentu itu bukan hadir begitu saja,Yusuf menjaringnya bertahun-tahun lamanya. Begitulah Yusuf, laki-laki Gayo yang maju di marketing. semoga.(tarina)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.