Dibalik Gempa (Gayo) Aceh Tengah-Bener Meriah

oleh
Desa Serempah pascagempa.(LGco-Susilawati)

Oleh: Susilawati*

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah sangat mudah bagi Allah.” (QS. 57: 22)

Desa Serempah pascagempa.(LGco-Susilawati)
Desa Serempah pascagempa.(LGco-Susilawati)

SELASA, 02 Juli 2013 pukul 14. 37 WIB , gempa bumi yang berkekuatan 6, 2 pada Skala Richter (SR) mengguncang dataran tinggi “Tanah Gayo” Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh. Gempa yang juga diiringi susulan pada pukul 20.55 WIB ini mengakibatkan ribuan rumah rusak, puluhan orang meninggal, dan ratusan orang luka- luka.(Antarnews)

Kepala Pusat data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, gempa berasal dari sesar aktif di daratan yang dikenal sebagai sesar Sumatera atau sesar Semangko. Sesar inilah yang memiliki 19 segmen dan membentang sejauh 1.900 Km dari Aceh hingga Lampung, melewati Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu. (National Geographic Indonesia).

Merujuk kembali pada firman- Nya di atas, semua terjadi atas kehendak-Nya. Ilmu manusia memang telah mampu menelusuri penyebab segala kejadian di bumi. Akan tetapi, itulah ayat Kauniyah Allah, gempa bumi, angin, badai, panas, hujan, sebagai ujian, cobaan, teguran tentang apa- apa yang telah diperbuat di bumi- Nya ini, ayat ini sangat bermanfaat bagi orang- orang yang mau berpikir, yang tatkala ayat Qur’ aniyah-Nya tak lagi menjadi bendungan, juga pedoman, hingga Allah tunjuki dengan ayat Kauniyah-Nya, berbicara dengan ciptaan- ciptaan-Nya.

Sebagaimana ayat tersebut di atas, bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan atas kehendak Allah, yang memang telah tertulis di dalam kitab- Nya Lauhul Mahfuzh. Setiap apapun yang terjadi meski dalam hal individu sudah terdefinisi atas kehendak Allah. Bukan suatu kemungkinan tatkala ALLAH masih memberikan kesempatan bagi sebagian manusia untuk membenahi diri dengan menimpakan bencana kepadanya. Merujuk pada firman-Nya:

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS. An- Nisa: 79)

Penulis yang memang berdomisili di Tanah Gayo, tepatnya Bener Meriah, berkebetulan berstudy di Sumatera Utara, benar- benar telah merasakan gempa yang melanda Tanah Gayo tempat saya menetap ini. Yaa,,segala sesuatu yang terjadi memang atas kehendak Allah. Sehari sebelum gempa bumi melanda, saya telah beranjak menuju kampung halaman, hingga tepat pada Selasa (2/7/2013) itu saya juga ikut merasakan guncangannya.

Keberadaan saya di tanah kelahiran merupakan suatu rahmat bagi saya, dikarenakan keikutsertaan merasakan gempa bersama orang tua dan keluarga. Mungkin saja keberadaan saya di kampung halaman menyematkan kecemasan kepada keluarga yang tertimpa gempa saat berada di tanah rantauan. Benar, semuanya atas kehendak Allah.

Dahulu, di zaman Para Rasul, Allah pernah menimpakan bencana pada kaum Madyan, yakni kaumnya Nabi Syu’aib. Lantaran ketika berdakwah, Nabi Syu’aib menerima ejekan masyarakat yang tidak mau menerima ajarannya, karena mereka enggan meningggalkan sesembahan yang diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Nabi Syu’aib mengerti bahwa kaumnya telah ditutup hatinya. Ia berdoa kepada Allah agar diturunkan azab pada kaum Madyan. Allah mengabulkan doa Nabi Syu’aib dan menimpakan azab melalui beberapa tahap.A (8)

Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui udara panas yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan bangunan tidak cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah memberikan gumpalan awan gelap untuk kaum Madyan. Kaum Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka berdesak- desakan di bawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul, Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat itu juga Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka., menghancurkan kota dan Kaum Madyan.

Seminggu berlalu, berkisar hanya 15 detik saja Allah menghentakkan tangan-Nya, meluluh lantahkan tempat tinggal saudara kita di sana. Ya, memang Allah lah yang berkuasa. Tentunya tidak mensinergiskan bencana ini dengan bencana yang menimpa kaum Madyan di atas yang memang tergolong kaum yang notabene memiliki hati yang kian tertutup dengan kebenaran. Namun, berkaca pada apa yang telah menimpa mereka adalah cara kita dalam berbenah diri, melihat apa yang sedang menimpa kita saat ini.

Ini merupakan ujian yang Allah beri, bukankan setiap ujian dan cobaan yang diturunkan Allah terdapat beribu hikmah? Semoga ini menjadi alat untuk terus mengintrospeksi diri, berbenah diri menjadi hamba yang benar-benar hamba yang menjalankan perintah-Nya. Jangan salahkan orang lain, tapi salahkan diri sendiri, sudahkah merasa dekat dengan sang Pemilik Bumi? Menjalankan apa yang diwajibkan? Merasa semua yang terjadi pada diri adalah atas kehendak-Nya? Membuktikan bahwa label Aceh sebagai “Serambi Mekah” adalah benar? Sungguh memang hanya Allah yang mengetahui segala isi hati hamba-Nya.

Sekali lagi jangan salahkan orang lain, tapi diri sendiri, termasuk juga saya sendiri. Kini giliran mereka yang tertimpa, bukan mustahil esok atau nanti giliran kita yang akan tertimpa, karena sekali lagi, Allah lah yang menghendaki, sebagai pencipta dan pemilik bumi ini.

Allahummagfirlahu, semoga Allah mengampuni saudara yang telah wafat dalam bencana ini, juga sabar mengarungi hidup bagi saudara yang ditinggal pergi.  Aamiin..Wallahualam..(susilawati391@ymail.com)

*Pengurus Himpunan Mahasiswa Bener Meriah- Sumatera Utara (HIMABEM- SU)/Pengurus Komisariat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UISU, Medan

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.