Namanya “Gempa Gayo”

oleh

Catatan Khalisuddin*

 

PEMBERITAAN begitu gencar di sejumlah media cetak, elektronik dan radio beberapa saat setelah gempa bumi berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) menggoyang dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Media cetak dan online lokal Aceh umumnya dengan kental menyebutnya sebagai “Gempa Gayo”. Bisa dipastikan karena para wartawan dan redakturnya sangat faham dan terbiasa menyebut kawasan dataran tinggi di wilayah tengah Aceh di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues disebut wilayah Gayo.

Namun tak demikian dengan media layar kaca dan media cetak yang berkantor di Jakarta, menyebut musibah gempa tektonik yang terjadi Selasa 2 Juli 2013 sebagai “Gempa Aceh”. Logikanya karena gempa itu terjadi dalam wilayah Aceh seperti halnya Gempa dan Tsunami 2004 silam.

Jika dibrowsing dengan pencarian google, juga langsung muncul saat diketik “Gempa A” tersambung dengan kata “ceh”. Dan diketik “Gempa Ga”, bukan justru tersambung dengan “yo” tapi malah Garut atau Galunggung.

Memang apalah arti sebuah penamaan. Namun sepertinya kewilayahan Gayo dirugikan ditengah gencar-gencarnya upaya promosi segala potensi Tanoh Gayo kedunia luar. Walau dari musibah yang sangat menyedihkan sekalipun.

Gayo perlu disebut sebanyak-banyaknya dalam segala kesempatan, Gayo perlu dilirik dunia dengan potensi kopi Arabikanya, Danau Lut Tawar, kekayaan seni dan nilai-nilai budayanya. Juga keramahan warganya.

Sangat tidak ingin memanfaatkan situasi panik dan duka Gayo yang menelan korban jiwa lebih dari 40 orang, luka ringan dan berat, meluluhlantakkan rumah, masjid dan sarana umum lainnya, namun tidak ada salahnya mengambil sebanyak-banyaknya hikmah dari musibah ini, salahsatunya Gayo mestinya dikenal dunia.

Mari ajak rekan-rekan awak media televisi dan cetak nasional untuk mengatakan “Gempa Gayo” atau “Gempa Gayo Aceh”. Tiada kehendak mengedepankan Suku, Agama dan Ras (SARA), semata-mata atas kecintaan untuk Gayo yang selama ini dinilai jauh dari keramaian Jakarta dan dunia.

Allahummagh firlahum warhamhum wa’aafihi wa’fu anhum…..” untuk keluarga kami yang berpulang. Segera diberi kesembuhan oleh Allah bagi yang luka raga dan jiwanya. Dan diberi pahala atas keikhlasan para dermawan dan relawan yang ulurkan tangan untuk para korban. Amin.

*Warga Takengon Aceh Tengah.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.