Ayo… Segeralah Bantu Mereka

oleh
Penyerahkan Bantuan Berupa Mie Instant dan Sarden kepada salah seorang anak di camp pengungsian (LintasGayo.co : Muna)

Catatan Perjalanan : Darmawan Masri

Persiapan menuju lokasi (LintasGayo.co : Muna)
Persiapan menuju lokasi (LintasGayo.co : Muna)

HARI ke-2 pasca gempa yang menguncang wilayah Gayo, berbagai jenis bantuan terus berdatangan dari berbagai kalangan, meski hingga saat ini masih terdapat beberapa kawasan yang terisolir tak menerima bantuan apa-apa. Tim LintasGayo.co yang diketuai Munawardi, Kamis (4/7/2013) menyerahkan bantuan berupa makanan dan air mineral kesejumlah tempat pengungsian.

Menaiki, mobil jenis Inova sewaan, 5 anggota tim LintasGayo.co berangkat dari arah Pegasing menuju Kampung Buter Balik Kecamatan Kute Panang melintasi Kabupaten Bener Meriah dari arah Simpang Balik Kecamatan WIh Pesam, mengantarkan bantuan pertama kesalah satu camp pengungsian disana. Kemudian menelusuri jalan kearah Blang Mancung Kecamatan Ketol, disepanjang jalan, terlihat  hampir semua bangunan rata dengan tanah.

Aparat keamanan, Polisi dan TNI banyak yang bersiaga membantu masyarakat yang terkena bencana, pukul 16.30 Wib, handphone ku berbunyi, ada rekan yang mengabarkan bahwa di Kampung Pantan Jerik dan empat kampung di Wih Nongkal Kecamatan Kute Panang Kabupaten Aceh Tengah belum mendapat bantuan, sambil memotret bangunan yang rubuh serta kondisi jalan yang retak, ketua tim kami mengisyaratkan untuk segera mengantarkan bantuan kearah tersebut.

Disepanjang jalan menuju Wih Nongkal dan Pantan Jerik, banyak anak-anak yang memegang sebuah kardur mengharapkan bantuan kepada siapa saja yang melintasi jalan itu, tak pikir panjang, ku perintahkan salah seorang anggota lainnya, Weinara, mengambil beberapa kardus mie instan yang kami bawa, disepanjang jalan kami membagikan beberapa mie instan kepada anak-anak itu, ucapan terima kasih dengan muka gembira berdatangan dari mulut anak-anak tersebut.

Memasuki jalan, ke arah Kampung Pantan Jerik, saya bertanya kepada warga setempat, untuk mengetahui medan yang akan kami lalui agar tidak terjebak, warga itu bernama Win Bahgie, dia mengatakan bahwa wilayah Wih Nongkal juga sudah bisa dilalui. Akhirnya kami memutuskan untuk terlebih dahulu jalan menuju kampung Panten Jerik setelah itu baru ke kampung Wih Nongkal meski jalan yang kami lalui harus memutar arah kembali.

Penyerahkan Bantuan Berupa Mie Instant dan Sarden kepada salah seorang anak di camp pengungsian (LintasGayo.co : Muna)
Penyerahkan Bantuan Berupa Mie Instant dan Sarden kepada salah seorang anak di camp pengungsian (LintasGayo.co : Muna)

Sesampai di Kampung Pantan Jerik, warga setempat mengatakan belum ada bantuan langsung yang disalurankan ke wilayah mereka, mereka harus menjemput ke posko Kabupaten.

Setelah menyerahkan beberapa bantuan, kepada warga setempat akhirnya kami kembali memutuskan untuk berani mengantarkan bantuan ke Kampung Wih Nongkal meski hari mulai gelap.

Perjalanan menuju kampung Wih Nongkal pun penuh dengan tantangan, sebagian jalan terbelah karena gempa, sebagian tanah longsor menutupi jalan, sehingga menyusahkan kami untuk melewatinya, terlebih kondisi jalan yang mendaki.

Akhirnya sampai juga ke camp pengungsian disana, masyarakat disana menyambut kami dengan baik, dan kami disambut oleh Reje Kampung setempat, Armada.

Armada mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan pokok warganya dirinya beserta beberapa warga harus mengambilnya ke posko Kabupaten yang terletak dipusat kota Takengon.

“Tidak ada yang mengantarkan langsung bantuan kepada kami, baru kalian”, kata Armada.

Melihat kondisi tersebut, hati kami mulai terharu mendengarnya, masih banyak daerah yang belum tersentuh bantuan padahal mereka sangat membutuhkannya.

Sampai-sampai, ketua tim kami Munawardi disaat perjalanan pulang mengatakan, “Jika bantuan tidak datang dalam beberapa hari, akal sehat warga akan hilang, apapun pasti dilakukannya untuk mendapatkan makanan, semoga saja hal ini cepat teratasi”, kata Muna.

Kenyataan, membantu tak resmi kerap lebih mengena ke sasaran, lintas batas birokrasi. Sedetikpun jadi sangat berharga saat sangat dibutuhkan.

Diperjalanan pulang dari Wih Nongkal, mobil yang kami tumpangi sempat berhenti di pendakian, cuaca semakin gelap, terpaksa kami harus turun mendorongnya, dipandu seorang supir berpengalaman, Ihwan, akhirnya kami dapat melewati medan sulit itu.

Semoga saja, besok begitu matahari terbit, bantuan demi bantuan sudah mengalir kepada mereka yang terisolir itu, duka mereka tidaklah ringan, mereka harus kehilangan harta benda, ada yang kehilangan sanak saudara dan lain sebagainya. Ayo, bersegeralah batu mereka.[]

*Wartawan LintasGayo.co

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.