Motif Emun Berangkat dalam Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

oleh
jam dengan karya Seni bermotif Emun Berangkat.

Oleh: Ansar Salihin*

Ansar SalihinMOTIF Emun Berangkat is one of the cultural heritage of society in Gayo area (Aceh). This motif represent one of the motif Kerawang Gayo, to this cultural Gayo product society have very big function and role in growth history civilization of Gayo. Because motif Emun Berangkat besides can enjoy as result a Art Work also contain philosophy meaning and cultural depiction of Itself Gayo. As motif Emum Berangkat tradition art work require to preserve and develop, in order not to experience of destruction. One of the way of its development is to lift the masterpiece mentioned as idea creation of art work. Creation of this Masterpiece  have of base to to cultural value of developed tradition globally with especial concept of motif Emun Berangkat expression in good woodcraft of aesthetic expression masterpiece and also functional expression swan song.(Keyword: Motif Emun Berangkat, Expression, Woodcraft).

Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian suatu bangsa, semakin tinggi nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Kesenian sebagai ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh dan hidup apabila masyarakat tetap memelihara. Selain itu juga masyarakat harus memberi peluang bergerak, serta menularkan sekaligus mengembangkan untuk menciptakan suatu kreasi baru.

Motif Emun Berangkat adalah salah satu warisan budaya masyarakat di daerah Gayo (Aceh). Motif ini merupakan salah satu dari motif kerawang Gayo, bagi masyarakat Gayo produk budaya ini memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam sejarah perkembangan peradaban Gayo. Karena motif Emun Berangkat menunjukan nilai identitas budaya Gayo.

Menurut Sudarjo motif adalah pokok dari suatu ide dalam karya seni. Hubungan dengan kedudukan ornamen, maka motif merupakan bentuk pokok yang diolah dengan cara menyusun dalam berbagai variasi, sehingga menghasilkan satu pola. Sedangkan menurut Dalidjo motif merupakan bentuk-bentuk nyata yang dipakai sebagai titik tolak dalam menciptakan ornamen. (Zainal, 2002:14)

Menurut Iwan Gayo dalam Ensiklopedia Aceh Kerawang adalah ragam hias masyarakat Gayo berupa motif-motif, pola atau corak yang ditampilkan pada pakaian atau untuk memperindah bentuk bangunan, motifnya terdiri dari Ulen-Ulen (Bulan), Tei Kukur (Kotoran Burung), Emun Berangkat (Awan  Berarak), Pucuk Ni Tuis (Pucuk Rebung) dan lain-lain (1988: 1250)

Motif Emun Berangkat yaitu motif geometrik yang merupakan lingkaran memusat dengan berbagai ragam hias. Motif Emun Berangkat (awan yang berarak) adalah lambang ketinggian cita-cita dengan harapan bahwa manusia akan mampu mengarungi cobaan hidup di dunia ini (Syukri-Kompas: 2012)

jam dengan karya Seni bermotif Emun Berangkat.
jam dengan karya Seni bermotif Emun Berangkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, motif Emun Berangkat dapat dijadikan sebagai ide penciptaan karya seni dalam bentuk  ekspresi kriya kayu. Alasannya motif  Emun Berangkat sebagai produk budaya, selain memiliki nilai estetika  juga memiliki bentuk yang menarik, serta memilki nilai filosofis yang tinggi. Penciptaan karya seni bersumber dari produk budaya tradisi, kemudian diterapkan dalam bentuk ekspresi karya seni kriya, tentunya sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut baik sebagian maupun keseluruhan, tujuannya adalah mengembangkan karya seni bersifat tradisional menuju ke arah  karya kontenporer.

KRIYA

Kriya merupakan salah cabang seni rupa, penenpatannya lebih kepada karya terapan. Karya seni kriya selain memiliki nilai fungsional juga memiliki fungsi estetis. Awalnya kriya sebatas karya kerajinan tangan saja yang dapat dimanfaatkan nilai gunanya. Seperti peratan rumah tangga, peratan perkebunan, pembangunan dan sebagainya. Namun perkembangannya pemahaman kriya bukan hanya sebatas nilai gunanya saja, akan tetapi sudah menuju kepada nilai-nilai keindahan.

Seodarso (2006:107) menguraikan bahwa; seni kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung, yang pada zaman kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari kerajinan. Seni kriya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni masyarakat yang hidup di luar tembok keraton.

Berdasarkan penjelasan di atas karya seni kriya pada dasarnya mengacu kepada karya-karya fungsional yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seni kriya dipandang sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craftmanship yang tinggi. Seni kriya bukanlah karya yang dibuat dengan  intensitas rajin semata, di dalamnya terkandung nilai keindahan (estetika) dan juga kualitas skill  yang tinggi.

Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan dan pemikir-pemikir seni terutama di kalangan seniman. Sepertinya seni kriya tidak hanya dipandang sebagai karya yang funsional, kriyawan-kriyawan ingin membuat sesuatu yang baru. Sehingga karya kriya bukan hanya berfungsi sebagai nilai guna, namun kriya difungsikan juga sebagai karya ekpresi.

Meskipun seni kriya sudah mulai mengacu kepada karya-karya ekspresi dengan tujuan meningkatkan kepuasan batin dan melahirkan nilai-nilai estetika dalam karya seni Kriya. Untuk menjaga eksentesi Kriya itu senidiri, dan tidak menghilangkan fungsi utamanya yaitu nilai guna maka kedua unsur tersebut digabungkan dalam satu karya. Istilah ini sering disebut dengan karya seni fungsional estetis atau karya fungsional yang diekpresikan. Karya tersebut selain sebagai karya ekspresi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bersambung…(weinansar@gmail.com)

* Mahasiswa Jurusan Seni Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Padangpanjang

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.